Dainsleif ✨ Connect

256 24 0
                                    

[Req: reiimiko_]AU![]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Req: reiimiko_]
AU!
[]

Ledakan terdengar. Dinding berguncang hebat. Hal yang tak wajar sudah biasa terjadi di dalam menara sihir. Ledakan, monster yang tiba-tiba muncul, iblis yang datang, menara hancur setengah, kebakaran, dan berbagai kecelakaan yang dilakukan para penyihir.

Dainsleif menatap datar [Name] yang menjadi pelaku ledakan kali ini. Tak ada kesenangan, kekesalan, atau amarah dalam raut wajah sang pirang. Ia hanya menatap diam tanpa arti apa pun.

Pintu di banding. "APA YANG TERJADI!?" Itu Lumine yang berteriak.

Lenggang. Lumine menatap [Name] dan Dainsleif bergantian. Dainsleif angkat kaki dari ruangan seakan sudah waktunya dia pergi dari sana. [Name] dan Lumine menatap diam punggung si pria.

[✨]

Iris obsidian menatap ke bawah. Ada ukiran eksentrik di pergelangan tangan kiri bak bracelet berwarna merah muda. Ini dia dapatkan atas ledekan tadi membuat ia dan Dainsleif terkena imbas.

[Name] dan Dainsleif terhubung melalui ukiran ini. Perasaan mereka terhubung. Apa yang [Name] rasakan 'kan terasa oleh Dainsleif, begitu pula dengan sebaliknya.

[Name] mengerutkan alis. Mata masih tertuju pada tangan. Sejak tadi dia tak merasakan apa pun dari si pria. Ntah kekesalan atau kebahagiaan, tak ada yang terlintas. Seakan emosi si pria telah mati.

Memang jarang sih melihat Dainsleif berekspresi. Tapi pasti ada yang di simpannya satu atau dua hal mengesalkan dalam hati.

"Kok bisa ada manusia kayak gini."

Dainsleif melirik pergelangan tangan. Ukiran itu menyala lembut. Kelopak matanya terbuka lebar.

Oh, ia bisa merasakan kegundahan hati si gadis.

Apa ini bisa disebut hal baik untuknya?

[✨]

"Jangan menatap ku. Aku tau apa yang kau pikirkan." Tutur Dainsleif, sedikit resah dipelotot si gadis.

"Ah iya benar yah. Kita kan masih terhubung." [Name] mengangkat tangan kiri. Ukiran eksentrik itu masih ada di pergelangan tangan nya, dan juga pergelangan tangan Dainsleif.

Iris biru si pria melirik sesaat, nta untuk apa, ntah untuk arti apa.

"Udah lewat sehari masih belum hilang juga." Komentar Aether. Saat ini dia menemani seorang gadis yang tak bisa menebak isi hati lawan jenisnya namun sudah terhubung batin.

"Kalo gak bisa lepas selamanya bakal terhubung sama Dain." Lumine berujar. Ia kembali mengunyah kukis coklat.

[Name] mendengus. Menopang dagu. Ia resah. Sudah lewat sehari, ukiran itu masih tampak baru tak ada tanda memudar.

Apakah ini hal buruk untuknya?

[✨]

"[Name]!"

Si pemilik nama menoleh malas ke belakang. "Ada apa?" Jawabnya tanpa semangat.

"Kau kenapa?" Childe menyubit pipi [Name].

"Lagi nggak semangat."

"Semanga donggg. Ayo jalan-jalan biar semangat lagi." Childe menarik tangan [Name], menyeret si gadis ke alun-alun kota.

"Dah lama gak ke Ibu Kota, ada hal baru apa yahh."

Jalan besar ramai oleh pedangan dan petualang yang datang 'tuk berkelana. Suara pedagang kaki lima melambung ke udara bersatu dengan angin.

"Ayo ke toko-toko yang lagi tren. Pertama ke toko baju!" Childe menarik tangan [Name] memasuki toko butik terkenal di kalangan bangsawan.

"Dah lama gak belanja kan? Biar ku traktir beli lah semua yang kau mau."

"Nggak perlu...."

[✨]

Dainsleif menatap pergelangan tangan kiri. Ada hambatan yang datang dari pemilik ukiran satu lagi, yaitu [Name]. Perasaan risih dan lelah si gadis terkirim olehnya. Melemparkan tanda tanya dalam kepala Dainsleif.

Apa yang terjadi dengan si gadis sampai seburuk ini moodnya?

Lonceng pintu berbunyi kala pintu terbuka. Mata birunya menoleh pada kehadiran yang ia rasakan.

Oh, [Name] dengan Childe.

Apa yang mereka lakukan?

"Ayo ke toko yang di seberang jalan!" Childe menarik tangan [Name], lebih tetapnya menyeret.

[Name] sudah tak peduli lagi di seret ntah kemana oleh si kepala jingga. Ia dalam mood buruk, tak punya semangat untuk berteriak dan meluapkan amarah.

Dainsleif tak tau apa yang di bicarakan dua orang itu. Tapi, dia tau jelas perasaan si gadis saat ini.

[Name] tersentak akan bahunya tiba-tiba di sentuh. Ia menoleh, matanya bertemu dengan iris biru si pirang.

"Dainsleif..."

Dainsleif melirik pada tangan [Name] yang di gengang Childe. "Maaf, aku harus membawa [Name] sekarang."

Dainsleif melepas tangan [Name] dari Childe. Lantas menggandengnya dan membawa pergi si gadis.

"Yah... direbut."

[✨]

Langkah kakinya terburu-buru. [Name] menatap tangannya yang di genggam erat oleh si pemuda. Lalu ia mendongak pada punggung lebar itu. Tak ada ungkapan yang bisa disalurkan lewat perasaan.

Langkah kakinya berhenti setelah merasa sudah cukup jauh, tapi tidak untuk tangan yang masih bertaut. Dainsleif menatap ragu-ragu si gadis.

"Kau dekat dengannya?"

"Childe? Ya, kami dekat."

Pria itu diam, menoleh ke arah lain 'tuk menatah hati yang seperti labirin.

Cahaya lembut keluar dari pergelangan tangan [Name]. Ia menatap takjub pada ukiran tersebut disusul oleh perasaan terkejut.

"Anda cemburu?"

Ah, [Name] bisa melihat daun telinga si pria mulai memerah bak tomat matang. Lantas tawa renyah terlontar ke langit.

Dainsleif kesal, kenapa pula gadis ini menertawakannya? Apakah lucu?

Bagi [Name] lucu. Seseorang yang dikira mati secara perasaan, bisa cemburu! Dan alasan cemburunya adalah [Name].

[Name] puas tertawa, dan bahagia hanya ia yang tau tentang perasaan Dainsleif.

"Tapi kenapa anda cemburu?"

Dainsleif berbalik badan, menatap ke dalam iris sang jelita, ada warna merah tipis di pipinya. Tangan [Name] ia genggam lebih erat.

Bisa di rasakan perasaan lembut mengalir di tangan jelita. Perasaan yang tumbuh tanpa di sadari, membuat bingung dan rumit namun juga bahagia. Berkembang terus hingga takut ketahuan. Membuat ia bertindak implusif.

[Name] tau nama perasaan ini. Karna ia juga menyimpan perasaan yang sama seperti ini, yang lebih besar lagi.

Sebuah kata yang mudah di katakan tapi sulit untuk di jelaskan

"Saya juga menyukai anda."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Akhir-akhir ini Mars suka baca komik kerajaan

𝐕𝐢𝐚𝐭𝐫𝐢𝐱┋𝘎𝘦𝘯𝘴𝘩𝘪𝘯 𝘐𝘮𝘱𝘢𝘤𝘵Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang