[Request: Green_Fay]
Au!school
[✨]
Dibingkai jendela lorong sekolah, Venti bertopang dagu. Matanya tertuju pada siswa-siswi berlalu lalang di lapangan. Namun, pikirannya terbang ke angkasa.
"[Name] kenapa yah?" Monolog-nya mengambil atensi Xiao. "Hari ini keliatan murung."
"Lagi ada masalah kali." Jawaban Xiao, ia kembali menyerubut kaleng minuman berisi kopi hitam.
"Kalo yang itu aku tau," Nadanya cemberut, tiba-tiba Venti bersemangat. "Aku bakal hibur [Name]!" Ia berlari pergi.
[✨]
Bibirnya menciptakan senandung indah. Jari-jemari sibuk menata untaian-untaian rambut sehalus sutra. Diberi pita hijau sebagai finishing. Ia tersenyum bangga dengan mahakarya buatannya.
"Selesai!" Seru Venti memberikan cermin bulat pada [Name].
"Makasih banyak, Venti."
Si adam mengangguk-angguk. "[Name] semangat balik yah."
Matanya berkedip beberapa kali mengira-kira Venti punya profesi sebagai cenayang.
"Belakangan ini kau terlihat murung," Xiao yang jadi penonton sedari tadi menerjemahkan. "Venti mencoba menghibur mu."
"Maaf yah buat cemas. Cuman masalah di rumah aja."
"Kau bisa mengatakan kapan pun."
Telunjuk Venti mencolek pipi [Name]. "Aku selalu ada untuk [Name]."
"Makasih Venti, Xiao juga."
[✨]
"[Name]!"
[Name] tersentak tiba-tiba suara muncul, ia menoleh ke pintu mendapatkan Venti menyembulkan kepala. Venti melenggang masuk ke dalam ruang osis, sembarangan duduk di kursi kosong sebelah puja.
"Apa yang kau lakukan?"
"Merapikan anggaran eskul."
"Itu kan tugas bendahara, kenapa [Name] yang ngerjain?"
"Gpp, biar aku kerjaan."
"Hmm~" Venti tidurkan kepala di atas lipatan tangan, sorot matanya menelusuk masuk ke dalam [eyescolor]. Jarinya meraih sejumput surai si gadis memutar-mutarnya pada telunjuk.
Waktu yang terlewatkan dalam diam ini, ia harap terus berlalu. Tanpa perlu ungkapan lisan, Venti ingin perasaan yang membuat jantungnya berpacu hebat tersampaikan.
Fokusnya beralih pada bibir merah muda. Anak rambut itu sengaja di jatuhkan. Venti angkat kepalanya mendekat pada yang sedari tadi mencuri perhatian. Hanya tinggal seinci jarak lagi maka dua bibir insan bersentuhan.
"Venti?"
Venti terdiam, ia seakan sadar dari rasukan setan langsung menjauh dari [Name]. Ia palingkan wajah agar sipuan merah di pipi tak terlihat. "Nggak ada apa-apa!" Ia pergi tergesa-gesa keluar ruangan alias kabur.
[Name] melepas pena di genggaman. Ia sentuh bibirnya pelan. Ada semu merah di pipi [Name].
Kami hampir... ciuman...
[✨]
Venti menjatuhkan kepala ke atas meja cafe, rautnya seperti orang yang banyak masalah-- masalahnya cuman satu doang.
"Dia kenapa?" Wanderer yang risih melihatnya bertanya.
"Paling soal [Name]." Xiao yang tau semua masalah Venti membalas.
"Bilang aja apa susahnya."
Venti mengangkat kepalanya, menatap kesal pada Wanderer. "Kalo segampang itu mending lu nyoba bilang ke Mona."
Wanderer memukul permukaan meja. "KENAPA JADI BAHAS AKU HAH!?"
"Gimana kalau latihan dulu?" Kazuha memberi saran.
"Ada bagusnya!" Venti menatap serius pada Wanderer. Ia buat seolah-olah si surai indigo adalah pujaan hatinya. Keberanian telah terkumpulkan. "Aku menyukai mu, [Name]. Tolong berpacaran dengan ku!"
Tatapan jijik Wanderer berubah jadi terkejut, ia menunjuk pada seseorang yang muncul di belakang Venti, itu [Name]. Panjang umur.
Venti menoleh, pipinya merona hebat. Sontak ia langsung berdiri dan berlari secepatnya.
"Oi!"
"Biar aku yang kejar." [Name] letakkan nampan yang dibawa lantas berlari menyusul Venti.
"Jangan mengejar ku!" Venti berteriak, kakinya mulai lelah berlari.
"Kalo begitu berhenti!" [Name] masih ada di belakang Venti, ia pun sudah mulai kelelahan, tapi tak akan menyerah sebelum Venti tertangkap.
Napas Venti sudah di ujung, kakinya yang lemas membuat keseimbangannya hilang dan ia jatuh tanpa sebab.
"Venti, kau baik saja?"
Venti menatap tangan si gadis yang terulur untuknya. Ia tak menerimanya hanya menunduk. Banyak perasaan tercampur aduk di dalam dada.
[Name] menarik tangannya lalu duduk bersimpuh di atas tanah. "Yang tadi... harus ku jawab."
Iris hijau melirik dari sudut mata. Venti pasang telinga baik-baik siap mendengarkan apa pun jawaban yang keluar. Dari mata si gadis keseriusan terlihat.
"Aku menyukai Venti. Ayo pacaran."
Netra Venti membola, keterkejutan di wajahnya tak bisa di sembunyikan. Wajahnya mendekat ke [Name]. "Sungguh!?"
"Iya."
"Senangnya!" Venti memeluk [Name]. Pipinya digesek-gesek ke pipi jelita. "Aku mencintai mu!"
"Aku juga mencintaimu."
━━━━━━━━━━[✨]━━━━━━━━━
.
.
.
.Ah~ emang kalo ide ngalir tuh enak banget. TAPI mood Mars sudah naik turun gak jelas ᕕ(˵•̀෴•́˵)ᕗ
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐕𝐢𝐚𝐭𝐫𝐢𝐱┋𝘎𝘦𝘯𝘴𝘩𝘪𝘯 𝘐𝘮𝘱𝘢𝘤𝘵
Фанфик·˚✎ ﹏ Genshin Impact ❝Semuanya, hanya lah perjalanan imajinasi❞ ↷ ⋯ ♡ᵎ┊V I A T R I X ˎˊ˗ ✎... 07 October 2023 ✎... ⌢ : ♡ ⤹ ぃ ゚. ﹏ sensitive content . . . . . ©Marsruel . . . . . ©HOYOVERSE