Bab-7

4.9K 136 7
                                    

"Kamu, ikut saya keruangan saya. Nanti  saya akan memberikan tambahan tugas untuk kamu. Atau tugas kamu pada pertemuan lalu, kosong, " ujar Bima, setelah mengakhiri kelasnya. Sambil menyusun buku-buku dan memasukkan laptop nya ke dalam tas.

Sedangkan Mysha yang mendengar ucapan Bima itu, tak bisa untuk menyembunyikan raut jengkel nya.

Apa pria ini tak punya hati? Padahal dia baru saja duduk, setelah dua jam sebelum nya berdiri?

Sungguh like wife, like husband. Benar, mereka pasangan setan sesungguhnya.

"Jangan telat juga, saya tidak suka manusia dengan jam karet, " lanjut nya dengan nada tegas.

"Jerk! " umpat Mysha dari dalam hati.

Dan disaat pria itu berjalan pergi, Mysha segera bangkit, tak peduli kaki nya yang pegal, dia mengikuti langkah lebar Bima itu.

Namun, ditengah perjalanan, dia melihat Rendy menghampiri nya. Dengan langkah terburu-buru.

"Baby, are you okay? Kamu libur dua hari ini, dan kamu juga nggak ngizinin aku buat mampir di kos kamu. Padahal aku rindu, banget. " Kata Rendy, saat mereka berhadapan.

Tak peduli om nya mendengar ucapan nya pada sang kekasih.

"Ita okay sayang. Sudah sehat, emang butuh istirahat aja, " balas Mysha, sambil tersenyum manis.

"Serius? " tanya Rendy memastikan, yang lagi-lagi Mysha balas dengan anggukkan.

"Iya. Tapi, Ren aku harus nemuin pak Bima dulu, aku lupa bikin tugas, ini lagi di hukum, " ujar Mysha memberi tahu.

"Ha? Serius, kamu lupa? "

"Bukan lupa, tapi ketinggalan, kemaren lupa masukin ke dalam tas, " ujar Mysha meralat.

"Kalau gitu, kenapa nggak minta toleransi? Aku yakin, om Bima mau kasih toleransi. Penting jujur, " ujar Rendy.

Mysha yang mendengar itu, langsung mencibir. Untuk mahasiswa lain pasti dosen ini mau, tapi untuk nya? Pria itu tidak akan memberikan nya toleransi.

"Ini salah aku juga, terburu-buru. Its okay. Aku pergi dulu yah, " ujar Mysha, berpamitan pergi.

Menurut nya berbagai dengan Rendy sudah cukup, terlebih target nya Bima sudah lama pergi, bahkan Mysha sudah melihat pria itu masuk kedalam ruangan nya.

Karena sesungguhnya, jaraknya sudah dekat.

"Okay, tapi aku cium dulu, " ujar Rendy, sambil menundukkan kepala nya, berencana untuk mencium bibir Mysha.

Namun, Mysha sudah terlebih dahulu menghindar, hingga ciuman Rendy cuma sampai pipi nya.

"Sayang, nanti ya. Aku mau nemuin dosen, dan notabene itu juga om kamu. Nggak lucu bibir ku ada jejak air liur kita, " ujar Mysha, mencari alasan, saat melihat raut tak suka Rendy. "Maaf ya, aku nggak nolak kamu juga. Nanti, habis ini ya? "

"It's okay, baby. Aku cuma kangen kamu. Kamu nggak usah mikir apapun ya. Dan next time aja. Karena habis kuliah aku harus ke kantor papa, dan nggak bisa juga nungguin kamu, " ujar Rendy.

"Oh gitu. Okay, Hati-hati ya, " ujar Mysha, sambil tersenyum manis.

"Ok."

Setelah menerima balasan Rendy, Mysha beranjak pergi, namun dia terkaget, saat melihat Bima menatap remeh pada nya di depan pintu. Dia rasa pria itu sudah masuk kedalam ruangan nya. Atau keluar lagi? Mysha tak bisa tahu, sejak kapan pria itu disana, karena dari tadi penglihatan nya, ditutupin tubuh tinggi Rendy.

Namun, tak memusingkan itu, Mysha segera berjalan kesana.

"Minta pertanggungjawaban, tapi bertingkah seperti wanita murahan, di lingkungan terbuka, " ujar Bima, saat Mysha baru saja menutupi pintu kerja pria itu.

"Maksud bapak apa?! " tanya Myy, dengan nada tak suka.

"Jangan pura-pura polos, setelah kamu menjebak saya. Seharusnya kamu tahu maksud saya! Berciuman bibir di lingkungan kampus. Miris. "

"Maksud bapak, saya dan Rendy? "

"Menurut kamu, siapa lagi yang saya maksud?! " ujar Bima, membalikkan pertanyaan nya.

"Tapi kami tidak ciuman! " Bantah Mysha, yang benar adanya, karena memang mereka tidak berciuman.

"Apa kamu pikir saya bodoh? "

"Oke-oke, terserah bapak. Jadi, apa tugas yang bakal bapak berikan. "

"Ambil uang yang akan saya berikan, dan lupakan semua kejadian malam itu. Bayaran yang saya berikan banyak, walaupun servis yang kamu berikan tidak memuaskan, " ujar Bima, membuat Mysha membesarkan matanya.

"A-pa? " tanya Mysha tak percaya. "Bapak terlihat tidak profesional disini, menyamakan urusan kampus dengan urusan pribadi." Mysha mengatakan itu, sambil melipat tangan di dada.

"Saya tidak sedang membahas tugas kamu, Sabrina Mysha. Tapi saya ingin menyelesaikannya masalah beberapa hari yang lalu. Terlebih tadi kamu berani sekali menyindir saya, " ujar Bima, dengan tatapan datarnya.

"Oh, kalau begitu saya tidak membutuhkan uang yang bapak berikan, saya minta per tnggu dari bapak. Saya mau status jelas untuk selaput darah saya. Lebih baik dibilang janda, berarti memang tidak segel daripada gadis tapi tak segel. " Mysha membalas ucapan Bima kepada nya.

"Di zaman sekarang, siapa peduli dengan selaput darah, asal cinta? "ujar  Bima, sambil terkekeh.

Sedangkan Mysha yang mendengar itu, mendengus kesal. " Menurut saya itu penting, dan seharusnya cuma suami saya yang mendapatkan nya. Tapi bapak, memaksa saya. "

"Saya dalam keadaan tidak sadar, dan saya juga tidak memaksa. Walaupun dalam keadaan sadar, saya tidak mungkin memiliki nafsu kepada mu! " ujar Bima santai. "Saya, tidak paham kenapa banyak pria yang ingin kamu menjadi pacar nya, padahal kamu tidak semenarik itu, hanya merugikan saja, karena menghabiskan uang pacar dan mantan-mantan mu! '' Lanjut nya.

Mysha yang mendengar ucapan Bima itu, mengeram kesal. Walaupun fakta nya memang benar. Tetap saja di tak nerima.

Tubuh nya tak menarik? Sepupu nya saja, merengek ingin merasakan. Dan apa? Walaupun sadar, pria itu tak ingin merasakan. Kita lihat saja, apa itu benar.

Menarik nafas nya kasar, Mysha segera berdiri dari duduk nya, Bima melihat itu mengerutkan dahinya, terlebih melihat Mysha yang berjalan ke arah nya. "Kamu, mau ngapain? " tanya Bima.

Namun, Mysha tetap diam, tapi melanjutkan langkah nya, dan saat sudah berada di dekat Bima. Mysha segera naik kepangkuan pria itu. Melihat apa yang dilakukan Mysha itu, Bima membesarkan matanya. "Apa yang kamu lakukan?! Turun! "

Tapi, Mysha sama sekali tidak mendengarkan apa yang Bima ucapkan, karena wanita itu malah meraih pipi Bima, yang kemudian, dia satukan bibir mereka.

Bima yang merasakan bibir hangat Mysha menyatu dengan bibir nya, langsung membesarkan matanya, tak percaya.

Bima ingin melepaskan, tapi Mysha menahannya. Walaupun amatiran, Mysha berusaha mencium Bima sedetail mungkin.

Tak hanya itu, tangan Mysha juga bergerak kebawah, tempat dimana kejantanan Bima bersembunyi.

Mysha bisa merasakan kejantanan itu menegang, saat ia usap.

Dan ia juga bisa mendengar Bima mendesis frustasi, karena apa yang ia lakukan. Menyentuh kejantanan pria itu, naik turun.

T. B. C

Mysha(21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang