Bab-5

8.4K 106 5
                                    

Bima merasakan rasa pegal ditangan nya, karena digunakan sebagai bantalan tidur sang istri.

Walaupun begitu, Bima merasakan rasa senang, karena permainan mereka kemarin malam sangat berbeda dan luar biasa nikmat nya.

Karena itu, dengan segera Bima membuka matanya, untuk menoleh kepada istrinya, untuk mengucapkan terimakasih dan setidaknya menghadiahkan istri nya itu dengan ciuman kening , kan?

Namun, saat Bima menoleh, wajahnya di serang rasa kaget. Kaget melihat wanita yang menemani tidur dan menghangatkan malam nya bukan sang istri. Rasa kaget itu tak juga berkesudahan, saat tahu betul yang menemani nya adalah mahasiswa nya. Orang yang terakhir bersama istri nya.

Oleh karena itu, Bima segera beranjak, namun nasib sial kembali menyerang nya, saat sadar dibalik selimut hotel ini, tubuh mereka tidak ditutupi apapun.

"Shit! " umpat Bima.

Umpatan Bima itu, bersamaan dengan suara ringisan wanita itu.

"Argh, " ringis wanita itu, sambil memijit kepala nya yang sakit.

Bima melihat itu semua, bagaimana cara wanita itu bangun tidur dengan wajah bantal dan rambut berantakan nya. Tampak menawan dalam satu waktu.

Lalu, kenapa Bima memuji? Bukannya seharusnya dia marah? Dia merasa terjebak disini.

"Kamu, menjebak saya! " tuduh Bima langsung.

Bahkan tak membiarkan Mysha menyadari kondisi nya.

Sedangkan Mysha, yang akan memulai drama pagi nya, dengan skenario yang telah ia rancang setelah pergulatan panas itu, menoleh.

"Ba-pak! Bapak menuduh saya menjebak bapak? Padahal disini saya yang menjadi korban, perawan saya di renggut. " Mysha mengatakan itu, yang juga memulai mengeluarkan air mata palsu nya.

"Kamu bisa mencegah! Saya rasa kamu tidak mabuk! " Ujar Bima, masih tak ingin di salahkan.

"Bapak bisa lihat berapa banyak luka goresan di tubuh bapak, karena pemberontakan saya. Dan berapa keras usaha bapak untuk melecehkan saya! " balas Mysha, mengatakan itu dengan tangan bergetar, menunjukkan tangannya yang membiru.

Tangan membiru ini, Mysha dapat beberapa hari lalu, karena terlalu banyak mengangkat beban berat. Walaupun kemarin sempat mengumpat, tapi sekarang Mysha bersyukur, karena bisa mengelabui Bima dengan memar ini.

Sedangkan Bima yang mendengar ucapan Mysha itu mengumpat, terlebih melihat banyak nya cakaran pada tubuh nya, yang Bima pastikan milik Mysha.

Memejamkan matanya sebentar, sebelum membuka nya kembali, melihat ke arah Mysha yang masih mendekap tubuh nya di dalam selimut itu, seolah menutupi tubuh nya dari kejahatan.

"Oke, kita bikin ini semua mudah. Saya akan memberikan sejumlah uang kepada kamu. Dengan syarat, kamu melupakan semua kejadian malam tadi. Dan tidak membocorkan nya pada istri saya, " ujar Bima, memulai negosiasi nya.

"Tidak, saya tidak butuh uang bapak, yang saya butuhkan itu pertanggungjawaban dari bapak!"

"Pertanggungjawaban dari saya? Uang itu adalah bentuk pertanggungjawaban yang saya berikan! " kesal Bima.

"Bukan uang, tapi nikahi saya! " ujar Mysha dengan lantang.

Sial, dia tidak butuh uang Bima, walaupun sesungguhnya butuh. Tapi, menjadi istri pria itu memiliki banyak privilege kan?

Diantara nya mendapatkan uang yang banyak, sekaligus bisa menghancurkan Aulia. Lebih menguntungkan, daripada hanya seperti ini. Dan Mysha bisa lebih dekat dengan target nya.

"Apa?! Jangan gila kamu! Saya sudah punya istri! " geram Bima, tak suka mendengar ucapan Mysha itu.

"Gila gimana, pak? Uang bapak tidak akan bisa mengembalikan keperawanan saya?! " ujar Mysha.

"Pe-perawan? " tanya Bima, tak percaya dengan ucapan Mysha itu.

Bagaimana tidak percaya, semua orang di kampus tahu sepak terjang wanita bernama Sabrina Mysha. Wanita yang hobi bertukar pasangan, hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup nya.

Perawan itu, mustahil. Terlebih wanita itu sekarang berpacaran dengan keponakan nya, yang Bima tahu tidak bisa hidup tanpa sex perminggu nya.

Jadi, bagaimana bisa pacar nya masih perawan.

"Iya, bapak nggak percaya? Lihat aja! " Mysha mengatakan itu, sambil menggeser tubuh nya, untuk memperlihatkan bercak merah yang ada di sprai.

Dan benar saja, Mysha dan Bima bisa melihat bercak darah disana. Bima dengan tatapan tak percaya nya , sedangkan Mysha dengan luka hatinya.

Walaupun begitu, Bima tampak belum percaya, dia menggeser tubuh Mysha kian jauh, sebelum mendekatkan hidungnya ke warna merah itu.

Karena, bisa saja itu tinta atau pewarna merah kan? Bukan darah? Dan yang perlu Bima lakukan adalah memastikan.

Namun, faktanya, Bima bisa mencium bau anyir di sana. Sial.

Sedangkan Mysha yang melihat apa yang dilakukan tak bisa untuk tak mengumpat. Sialan saja pria itu, tak tahu kah, karena darah itu, membuat Mysha menangis kemarin malam?

Walaupun begitu, Mysha bersyukur dia menggunakan cara ini menjebak Bima, bukan menggunakan pewarna yang di teteskan di atas tempat tidur. Karena pria itu, tampak sangat cerdas.

"Bapak, terlihat bodoh sekarang? Apa bapak tidak mau mencium punya bapak? Karena saya rasa, darah milik saya, masih tertinggal di sana, " ujar Mysha, yang langsung di hadiahi dengan tatapan tajam oleh Bima.

Walaupun begitu, Bima tetap melihat milik nya yang tertutup selimut, tapi berdiri dengan tegak. Ada sisa darah di sana.

Menarik nafasnya sebentar, memejamkan mata, lalu kembali menatap ke arah Mysha yang ternyata juga sedang melihat ke arah nya.

"Saya akan memberikan tiga kali lipat, untuk harga perawan kamu itu. Dan, lupakan semua, " ujar Bima, kembali memulai negosiasi nya.

"Saya rasa pendengaran bapak masih normal, saya minta pertanggungjawaban berupa nikahi saya, bukan uang! "

Uang yang diberikan Bima tampak menggiurkan, tapi mejadi bagian dalam hidup pria itu lebih menggiurkan, bukan?

"Saya tidak bisa, kalau kamu menolak itikad baik saya dengan uang itu. Berarti, di atas ranjang hotel ini, dan di jam--" Bima menghentikan kalimat nya, sembari melihat ke dinding, yang menunjukkan jam 6 pagi. Pertanda, Aulia bisa saja sudah bangun. "06.00 pagi, kejadian semalam berakhir. Dan, saya rasa, kamu tidak punya apapun, untuk mengancam saya! " Setelah mengatakan itu, Bima segera bangkit dari tempat tidur.

Meraih pakaiannya yang berceceran, untuk digunakan kembali, tapi ia sama sekali tak peduli dengan tubuh nya dilihat Mysha.

Untuk apa malu? Wanita itu sudah melihat dan merasakan juga.

Sedangkan Mysha, yang melihat kelakuan Bima itu, tak bisa untuk tidak mengumpat.

"Kita lihat saja nanti, pak! " balas Mysha dengan ketus.

"Ya, kita lihat nanti, kamu tidak akan mendapatkan apapun, yang ada hanya kerugian. Saya berbaik hati, dengan memberikan waktu seminggu untuk kamu berpikir ulang, dengan menganggap semua yang terjadi malam tadi, hanya kecelakaan. " Setelah mengatakan itu, Bima segera pergi.

Dia cukup sadar, ini bukan kamar ia dan Aulia, dia terjebak dalam kamar mahasiswa, dan entah siapa yang melakukan nya. Namun, untuk sekarang, yang Aulia pedulikan adalah keadaan istri nya.

Sedangkan Mysha yang mendengar ucapan Bima itu, mengeram kesal. Apalagi setelah mendengar pintu terbuka dan tertutup.

"Sialan! Pantas aja nikah, sama-sama setan, " umpat Mysha kesal. "Oke, kita lihat, siapa nanti yang akan merugi! "

Setelah mengatakan itu, Mysha segera beranjak dari tempat tidur nya, untuk membersihkan diri. Walaupun dalam langkah ke kamar mandi, dia tertatih-tatih, karena rasa sakit pada inti tubuh nya. Tapi, tetap saja, Mysha butuh kamar mandi untuk membersihkan diri.

T. B. C

Mysha(21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang