Sesampai di rumah ayah cepat berganti pakaian dinas mau absen saja dulu sambil serahkan laporan kerja.
Ibu mengajaknya bicara, tentang calon mantunya si Aryan.
Terpaksa ayah duduk mendengarkan."Yah, ibu prihatin dengan keadaan Aryan, kok ibu berpikiran mau nikahkan saja sama Asya." Ayah berpikir sebentar.
"Alangkah mulianya hati ibu, dimana-mana pasti akan mundur teratur dapat mantu seperti Aryan yang gak inget apa-apa begitu." Ibu malah senyum.
"Ibu memang harus tanya dulu sama putri kita, apa dia setuju atau tidak." Kali ini ayah yang senyum-senyum. Nggak komen.
"Sekarang ayah sebagai orang tuanya Asya setuju nggak kalau putri kita menikah dengan Aryan."
"Gimana ya bu, putri kita itu kita besarkan dengan susah payah begitu juga dia dengan susah payah dia meraih mimpinya bisa sekolah terus ibu suruh menikah?"
"Yah ibu sih belum pernah bilang sama Asya dia setuju atau nggak begitu, tapi kalau sewaktu-waktu datang lamaran dari Aryan gimana?" Eh ayah senyum lagi.
"Memangnya ibu bisa tahu kalau Asya dalam waktu dekat akan dilamar sama Aryan?" Ibu menggeleng.
"Hanya feeling ibu saja yah, kok ke situ-situ nanti ini." Ayah malas mendengar ocehan ibu lagi, dia lalu mencium kening ibu dan pergi keluar kamar hendak laporan ke kantornya.
Saat ayah membuka pintu eh ada Asya mau kasih berkas laporan PBB ke ibu.
"Tadi ada dapat nguping pembicaraan ibu atau nggak Sya?" tanya ayah ngetes.
"Ada sih Asya dapat dengar kata menikah, emang siapa yang mau nikah yah?" ayah mengusap-usap kepalanya yang sebenarnya gak lagi gatal.
"Gak tahu ibu mu tadi kok tiba-tiba jadi tukang ramal, katanya Asya mau dilamar sama keluarga Aryan, gitu nak." Asya sedikit kaget.
"Memang sudah ada pembicaraan ya yah?"
"Ya itu ibumu jadi tukang ramal yang membuat ayah sedikit kaget dengan ramalannya yang itu. Katanya dalam waktu dekat gitu, padahal kan belum ada pembicaraan antara kita sebagai orang tua kedua belah pihak."
"Kalau ramalan ibu benar gimana yah?"
"Yah ayah terserah Asya, karena ayah berpikir Asya sudah dewasa pasti bisa memikirkan yang baik dan buruk aja."
"O gitu, ni yah surat pembayaran PBB nya, tadi diantar sama mas Ipung katanya pak kepala lingkungan yang nyuruh mas Ipung untuk ngantar kesini." Ayah menerimanya dan menyuruh Asya buat kopi.
***
Hari ini Asya selesai ujian dan baru dua hari kemudian dia akan kuliah lagi. Dengan situasi seperti ini, kekasih sakit gak ingat dirinya siapa, terus mengajaknya menikah lagi, misalnya. Ah bagai buah Simalakama saja hidupku. Diambil salah gak diambil juga salah.
Tapi kalau ingat lagu "cinta terbaik" Asya seperti punya semangat. Lirik-liriknya sangat indah menurutnya.
"Apa kuterima saja ya kalau Aryan datang melamarnya?" pikir Asya.
Terus gimana Asya menjalani rumah tangga kalau pasangannya tidak ingat dirinya pernah di hatinya?
Kayaknya Asya perlu datang menjenguk ke rumah sakit lagi, tapi kalau ada ibunya sangatlah riskan sekali. Tapi hal ini perlu diluruskan lagi biar enak perjalanan cintaku padanya.
Berbagai pertanyaan. yang belum ada jawabannya ini berputar-putar di otaknya.
Dia harus datang menjenguknya sekali lagi tanpa ragu lagi biar ada jawaban yang diinginkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Cinta
General FictionAsya seorang gadis yang cantik sedikit manis sedikit manja dan periang sampai akhirnya bertemu dengan Aryan, seorang pemuda yang tegas dan bertanggung jawab. Aryan merubah semua sifat bawaan Asya yang lembut dan sedikit keras kepala. Namun Asya mal...