The one who I look for

175 17 0
                                    


Let's turn back when they're not marriage yet. 

2019


Setelah lulus, hal yang lain menanti Rose adalah kerja. Sebenernya bisa aja Rose ngga kerja. Sebagai pemegang saham, Rose sudah memiliki penghasilan. Jeffrey yang nantinya bakal jadi suaminya juga ngga ada masalah kalau Rose tak mau kerja. Bahkan itu yang disarankan. Justru yang jadi masalah, Rose mau ngapain kalau gak bekerja? Rose alergi being gabut.

Di sini lah Rose sekarang. Divisi keuangan. Tempat yg ngga terpikirkan sama sekali sama Rose. Terlebih Rose juga tak menyasar tempat yang tinggi. She isn't such a lowkey, cuma selain harus belajar pelan - pelan. Rose lagi menjalankan sebuah tugas. Sesuai dengan yang Ia diskusikan sama keluarganya tempo hari.


Flashback on

Bukan seperti biasanya. Makan siang ini terasa lebih menegangkan. Melihat tatapan Stefano yang sedari tadi bermuram, juga Minerva. Siapa yang akan baik - baik saja ketika perusahaannya rugi milyaran. Bahkan nyaris bikin kolaps.

Rose harusnya senang akhirnya bisa kembali ke tanah airnya. Sayang, kenapa juga itu harus berbarengan dengan kejadian tak menyenangkan itu. Rose mulanya mau bersantai. Apa daya, Rose ngga bisa tutup mata begitu saja. Sebagai pewaris yang harus melindungi harta dan tahtanya, persis abangnya yang sekarang ini juga emosi berat. Rose kini lagi berpikir jalan keluar. 

"Udah dia aja yang jadi direktur keuangan"

Rose melotot. Bukan ngga mau membantu, tapi Rose yang merasa tak punya spesifikasi di sana, keberatan "Ngga usah ngaco"

"Richard lebih rela duitnya dikorupsi Rose daripada orang lain"

"Richard.."

Suara denting sendok terdengar kala masing - masing Richard lepaskan dari tangannya. Bukannya terdiam berkat peringatan Minerva, Richard malah kian berani "Ngga ada yang bisa kita percaya lagi, Pa. Setidaknya keluarga Orlando doang yang ngga akan ngehianatin Papa"

"Shut—"

"Butuh berapa lama kamu buat belajar, sebelum jadi direktur?"

Rose menganga, menatap Stefano tak percaya "Pa.." suara rendah, perwujudan protesnya. Melalui tatapan tak terbantah Stefano. Rose yakin, yang lagi berada di hadapannya ini bukan Papanya. Tetapi pemimpin dari Orlando.

Mau tak mau, Rose menghela nafas "In one condition"

"Rose mau jam istirahat dari jam setengah dua belas sampek jam dua demi memperlancar dari kerjasama Orlando dan Abraham. Rose minimal harus ketemu pewaris Abraham setidaknya pas makan siang"

"YEU BUCIN"

Flashback off

Here she is. Duduk di kantin perusahaannya sendiri bareng dengan teman satu divisi. Bagaimana Rose yg selama ini ngga milih - milih kawan, gadis itu sekarang masih sama. Waktu Ia datang, dan diperkenalkan. Tak satupun orang di sana yang tak segan. Baru setelah Ia bilang santai aja, perlahan Rose bisa berbaur dengan anggota divisinya.

Harusnya emang sekarang waktunya Rose tuk makan siang sama cowoknya; sebagaimana hal yang gadis itu dan keluarganya sepakati.Sayangnya hal itu terkadang ngga kesampaian karena saking sibuknya kekasihnya itu. Sejak keduanya sampai, bahkan Rose masih betah leha - leha di kamar, Jeffrey udah kerja lembur bagai kuda. Rose sampai heran. Lelaki itu masih memegang jabatan jadi manager aja begini, bagaimana kalau jadi ceo nanti? Lupakan. Setidaknya cowok itu masih ingat dan sering mengabarinya. Cukup buat mengobati rasa ngenes Rose derita.

BlissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang