Buaya buntung

506 37 10
                                    


Hola!!! We meet again!!


Dering ponselnya bersuara tepat pukul empat, sontak Rose lantas membereskan semua pekerjaanya. Bukan tanpa alasan Rose mengatur alarm, selain lantaran Ia harus berpindah kewajiban, tapi Rose juga ngga ingin terlalu overtime kalau mengerjakan sesuatu. Sebuah kebiasaan yang dari dulu selalu Ia lakukan.

Seperti halnya kali ini, lepas keluar dari ruang kerja di kediamannya—mengingat Rose memang memutuskan untuk kerja di rumah aja dibanding kantor Orlando—Ia kini menelusuri tiap pijaknya guna bisa menyambut anggota keluarga Abraham yang sebentar lagi pulang.

Sayangnya belum sempat Rose tiba di ruang tengah; sebagai tempat singgasananya sebagaimana mestinya, Rose dikejutkan dengan derap langkah kaki yang kali ini terasa kencang memenuhi telinganya, pun di detik berikutnya Rose bisa liat sosok lelaki dengan seragam sekolah berantakan muncul dari arah tangga.

"Jevan?"

Kening Rose mengernyit, menatap aneh tingkah laku anak lelakinya yang nafasnya pendek - pendek karena derap langkah kakinya terasa ringan membawa tubuh lelaki itu nyaris melayang "Kamu kenapa sih? Ngapain lari - larian di dalem rumah? Udah kayak dikejar setan aja"

"Bukan setan tapi nenek lampir" Mata Rose mendelik hampir keluar dari tempatnya. Sayangnya ketika bibir Rose siap membuka dan mengeluarkan pertanyaan, Ia sudah terlebih dahulu kalah dari Jevan "Pokoknya, Mi. Kalau ada yang cari Jevan, bilang aja Jevan ngga ada di sini. Okay, Mami?"

"I love you sooo much to the moon and would never comeback"

Rose ngga bisa berkata - kata melihat Jevan yang kini lepas memberikannya jejak bibir di pipi, main beralih pergi meninggalkannya sebelum menghilang di balik pintu kayu hitam tempat Jevan menghabiskan sisa hari.

Kepala Rose hanya menggeleng sesaat sebelum lebih memilih membawa tubuhnya ke tempat yang dituju sebelumnya. Dan ketika kaki kanannya mendarat ke lantai bawah, telinganya menangkap suara ricuh yang kini tengah Ia dekati.

"Ada apa ini?"

Berbagai macam suara serta tindakan lantas berhenti sendirinya. Para maid, dan staf - staf lainnya langsung membungkuk menghormat. Berbeda dengan sesosok gadis yang hanya terdiam "Gadis ini mencoba masuk paksa ke rumah, Nyonya. Katanya ingin bertemu sama Tuan muda Jevan. Tapi ketika diberitahu bahwa tuan tidak ada di rumah, gadis ini memaksa masuk dengan loncat pagar"

Kepala Rose mengangguk sekilas "Biar saya saja yang menanganinya. Kalian bisa ke tempat kalian dan saya minta tolong untuk dipanggilkan Mr. Jason" Senyum tipis Rose memicu orang orang di sana membungkuk sebelum beralih meninggalkannya dengan gadis yang kini menatapnya dengan senyuman di balik rok mini jeans dan croptee serta rambut merah terang dikuncir kuda. She's the one which Jevan called a witch.

"So? Bukankah sudah jelas jika Jevan lagi ngga ada di rumah? Kenapa masih maksa masuk? Don't you know about manners?"

"I apologize for my manner before, Mama. Tapi Feby yakin kalau mereka semua bohong. Feby tau kok plat nomer sama mobil Jevan. Dan Feby bisa lihat kalau dia lagi ada di rumah, mobilnya aja ada di rumah masak orangnya ngga ada? Jevan kan ngga bisa pergi kalau ngga naik mobil"

"Mobil anak saya ada sepuluh dan bukan karena mobil Jevan ada di rumah, artinya dia juga ada dirumah. Dia bisa naik mobil semua orang di sini buat dipake dia"

"Oh c'mon, Mama mertua juga jangan jadi ikut - ikut bohong juga dong. Feby tau kok kalau Jevan lagi ada di rumah" Rose hanya diam, masih tersentak ketika Ia mendengar gadis itu memanggilnya apa "Jevan ada di kamarnya kan, Ma? Feby langsung ke sana aja ya?"

BlissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang