Sequel of Opposite attract
Oneshoot story of the moment that aren't mention in Opposite attract.
⚠️ Contain of uwunes 100/10
⚠️ Some chapter are containing mature content ⚠️
Please be wise reader.
You can read this without read opposite attract but...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
2017
Benda pipih yang sedari digenggamnya itu tampaknya kesakitan jika bisa punya indera perasa. Pun begitu Ia tak sama sekali merasakan pegal ketika buku - buku di jarinya itu mulai memutih, teringat ada perasaan lain menyelimuti dan lebih dominan dalam tubuhnya.
Dan dalam hitungan detik, kobaran api yang mulanya hanya sepercik mulai merambah membakarnya sejala dengan tangan yang terangkat. Tetapi karenanya Rose jadi tak menduga jikalau ponsel yang akan melayang, bisa mendadak berubah begitu saja.
Netra nyalangnya beralih, pun sepertinya tidak terlalu berpengaruh pada cowok yang dengan santainya itu justru berkata "Minum dulu gih kamu katanya pengen king mango asli thailand kan?" Dan bisa - bisanya Rose tak menampik sama sekali kala Jeffrey menuntun satu tangan yang memegang gelas plastik bergerak mendekati bibirnya. Rose seolah terperangkap dalam mantra sihir Jeffrey, karena Rose juga tidak sepenuhnya mengerti akan ada apa dengan dirinya.
Rose juga tak mengerti hubungan jelas di antara lama hubungan mereka yang bisa membuat jadi seperti ini. Tetapi Rose tahu jelas, karena kebersamaan keduanya lelaki itu seakan sudah canggih untuk mengendalikan apapun kondisi dan suasana hati yang lagi menguasai diri.
Pun pada detik ini juga, Rose tak mengerti mengapa Ia menuruti langkah Jeffrey yang membimbing setiap langkahnya, melalui dorongan tangan pada bahunya tuk menapaki tiap marmer sepanjang lorong lounge pada bandara sebelum mendadak Jeffrey membawa tubuh kecilnya masuk ke sebuah coffee shop. Dan Rose ngga marah sama sekali, pun bahkan disaat Jeffrey seketika mendudukan dirinya di side chair.
"Mau apa? Aku beliin red velvet cake kesukaan kamu kayak biasa ya?"
Rose ngga menjawab. Sibuk menghisap mangga pada gelas plastiknya dengan pandangan lurus pun tampak enggan menatap Jeffrey. Dan tak menunggu dua kali, Jeffrey beralih pergi. Lelaki itu seakan tau akan dirinya yang memang masih bungkam, kendati emosinya itu perlahan mereda terbekukan oleh dinginnya mango king.
Ditambah dengan scarlet red velvet sekalian java chip frappuccino yang disuapkan oleh Jeffrey padanya tuk menggantikan mango king. Pun juga bagaimana suatu senyum manis yang Jeffrey hantar, serta belaian pelan pada surainya dapat menetralisir emosi menderanya. Hingga pada titik tak tersedia sedikit pun lagi.
Sayangnya, rasa gengsi Rose yang masih saja tinggi itu menghalanginya untuk mengeluarkan suaranya. Rose masih setia terdiam, pun tampaknya Jeffrey juga tidak ada masalah. Lelaki itu hanya terdiam, setia memberi tatapan hangatnya tanpa sama sekali kata keluar dari rongga mulutnya. Apalagi untuk membahas masalah yang terjadi, Jeffrey kayak tahu jikalau hal itu adalah larangan keras untuk diungkit.
Rose benci namanya menunggu. Terlebih kalau yang ditunggu hilang kabar. Rose rasanya udah hilang rasa respect. Tapi sayangnya, sosok itu merupakan sosok penting, bahkan sebelum Jeffrey muncul. Jadi Ia ngga mungkin dengan mudahnya memutuskan hubungan antara keduanya. Enam tahun bukan waktu sebentar buat Rose kenal sama Lisa. Cukup tuk mengenal satu sama lainnya, dan harusnya Lisa tahu Rose ngga suka diperlukan begini.