Blackout

619 24 4
                                    



21+ 

⚠️ Not safe for underage⚠️



Langkah kaki Jeffrey berbalik arah, tepat dwinetranya menelisik apa yang tersaji di ranjangnya. Sosok wanita yang tampaknya sudah tak peduli apapun lagi. Rasanya di jam yang beralih ke pukul sembilan, Rose sudah tak berarti lagi. Pertanda kalau usianya sudah tidak dapat dibohongi lagi. Rose tak lagi remaja yang menemukan semangat di hari yang menuju malam. Gadis tersebut justru bersyukur kalau tak ada kerjaan yang membuat dirinya lembur.

Sekarang, rebahan dan bermain ponsel adalah sesuatu hal terindah yang pernah didapat. Pun berasa menjilat ludah karena Rose suka nyinyir sama kelakuan Jeffrey. Padahal besok udah weekend, tapi entah kenapa Rose tak menemukan mood tuk begadang menonton film, atau yang lainnya. Sampai mengundang iri hati, atau penasaran akan tingkah lakunya dari sosok yang tidak lain dan tidak bukan itu suaminya sendiri.

"Fuck!"

Rose melayangkan umpatan, selaras bagaimana manik elangnya Ia asah pertajam. Memperingatkan pribadi tak tau diri yang menampar bokongnya tiba - tiba aja. Disaat Rose lagi ingin menjaga perdamaian, dan lelaki itu tak mendapat pertandanya "Salah siapa diumbar - umbar gitu"

"Lo yang cabul!"

"Language—"

Plak

"JEFF!"

Malas berdebat—apalagi melihat raut dingin, dan jua tajam netra Jeffrey membalasnya—Rose mengangkat selimut sampai batas dadanya. Menyelamatkan kulit mulus pantatnya yang tak dapat tertutupi gaun tidur mininya agar tak terus dapat perlakuan jahanam dari telapak mesum suaminya. Setelahnya Rose meletakan ponsel, dan memejamkan matanya. Berpura - pura tuk tertidur biar ngga semakin memperpanjang masalah. Pun tuk beneran tertidur juga rasanya tidak mungkin.

Atau justru menutup mata terhadap perlakuan Jeffrey lainnya. Termasuk menaikkan suhu pendingin, baru memposisikan tubuh tepat di belakangnya, sehingga mudah memperlakukan dirinya bak malam - malam sebelumnya.

Masa pacaran, Rose akui keduanya masih sering buat tidur bareng. Tapi durasinya tak sesering saat mereka terkekang janji suci. Even kerjaan Jeffrey membludak, sesuai sikap gentleman Jeffrey, prioritas tertinggi laki - laki itu tetap dirinya. Tidak heran kalau Rose menjadi sangat ketergantungan dengan lelakinya. Wanita itu akan merasa kurang jika lengan Jeffrey tak melakukan pekerjaannya. Mendekapnya erat seakan - akan Rose bisa sewaktu - waktu meninggalkannya.

Nyatanya cara itu emang ampuh menidurkan dirinya. Nyawa Rose nyaris dibawa oleh alam sadar jika gadis itu tak merasakan ada yang salah. Pinggul Jeffrey tak mau diam, kecupan selamat malam yang belum juga berakhir, dan tangan Jeffrey bukan cuma bersemayam di belahan dadanya. Rose tidak bodoh kalau lelakinya sengaja memanggil gairahnya.

"Jeff, pake kondom sana. Aku ogah bersih - bersih. Capek" ujarnya payah. Detik Rose masih dipenuhi oleh kewarasan. Rose ngga tau, sehebat itukah dry hump keduanya waktu itu, atau memang pelepasan Jeffrey selalu sebanyak itu. Yang wanita itu ingat cuma Rose jadi batal tidur, dan yang bikin betenya adalah waktu aftercarenya harus rela terpotong sebab Jeffrey harus mengurus sprei mereka yang basah sekali malam itu.

"Ngga punya"

"Then I don't have intention to dry hump"

Kegiatan lelaki itu lantas terhenti "Making love?"

BlissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang