Too many spoilers here ⚠️⚠️⚠️
Desember, 2017
Langkah kaki jenjangnya, membawa dirinya itu untuk menepati setiap undakan tangga yang ada di kediamannya. Berjalan dengan sedikit menghentak dan raut wajah kesal, menuju salah satu ruang yang kini menjadi tempatnya menghamburkan badannya kesana.
Mengundang rasa penasaran pada seorang wanita yang sedari tadi mengamati tingkah lakunya yang kini menaruh ponsel di telinga, menatapnya sebentar sebelum kembali meletakkan di telinga sambil bergumam tidak jelas "Kenapa sih?"
Rose berdecak kesal "Itu mantu kesayangan Mama itu. Dari tadi ngga bisa dihubungin" Kerutan di dahi Minerva tercetak begitu jelas terlihat menatap anaknya yang masih setia dengan wajah begitu betenya.
"Siapa? Jeffrey?"
"Ya siapa lagi mantu kesayangan Mama sama Papa yang baiknya ngga ketolongan di mata Mama sama Papa tapi sekarang hilang ngga ada kabar?" Rose menghela nafas menatap ponsel yang ada di genggaman tangannya.
"Ada tuh si Wendy" Sontak kepalanya itu menoleh mendapati Kakaknya serta Kakak iparnya yang tengah menuju ke arahnya "Si Jeffrey kan belom jadi mantu, jadi kalau kata - kata lo tadi udah pasti mengacu pada Wendy bukan Jeffrey"
Rose melengos, males meladeni Kakaknya dan memilih membaringkan badannya itu di sofa coklat yang menjadi tempat duduknya sedari tadi "Kok malah tiduran. Jadi ikut ngga kamu ini? Kak Wendy udah dateng itu loh"
Kepalanya menggeleng dengan pelan seolah tidak mempunyai semangat sama sekali "Ngga deh, Mama sama Kak Wendy aja. Rose lagi ngga ada Mood" Jawabnya dengan malas - malasan dan meratapi ponselnya.
"Lagak lo udah kayak jadi korban selingkuhan lagi aja"
Sontak bantal sofa yang ada di pelukannya melayang ke arah Richard "Wlee, ngga kena" Emosi Rose makin mendidih melihat juluran lidah Kakaknya yang kini Ia ganti lempar dengan majalah vogue milik Mamanya.
"Abang, jangan digangguin Adeknya" Richard cuma bisa ketawa meledek menatap Rose yang kini tengah termakan api emosi "Kalau Abang masih gangguin Rose, abang ikut Mama aja. Nanti rumah malah jadi hancur. Kasian Maid yang bersihin"
Richard menggeleng "Ngga ah, Mama aja sama Wendy. Richard males nungguin. Pasti lama. Mending Richard di rumah bisa tidur. Bisa main game"
"Yaudah kalau gitu jangan digangguin Adeknya. Mama ngga mau dapet laporan dari Maid kalau kalian ngancurin rumah" Richard berdeham "Awas ya, kalau sampek Mama dapet laporan, Mama laporin Papa"
"Iya, Ma. Udah Mama berangkat aja keburu macet. Tadi udah lumayan padet pas Richard ke sini"
"Yaudah, Mama berangkat dulu" Minerva berdiri meninggalkan Rose yang masih nampak terbaring lemah di sofa "Mama tinggal dulu" Rose hanya berdeham menjawab Mamanya "Jagain adeknya, Bang"
Richard hanya berdeham, kemudian menatap Rose yang masih saja setia tidak berpindah posisi masih seperti orang galau—emang galau "Kenapa si Jeffrey? Ngga bisa dihubungin dari tadi?" Rose berdeham.
"Yaudah biarin aja, mungkin dia lagi pengen me time. Bosen ketemu sama lo terus. Di Melbourne ketemu, di sini ketemu. Posesif amat lo kayak pacar padahal bukan" Rose melirik malas Richard dari posisinya.
"Sekarang gini ya, Bang" Rose membawa tubuhnya itu bangkit duduk di sofa "Gue sih sebenernya ngga peduli kalau dia mau me time atau pergi kemana gitu. Gue tau di bosen ketemu gue terus di Melbourne"
"Tapi masalahnya, bisa ngga sih ngabarin. At least dia bilang 'aku mau ngilang sehari' that's it. Gue juga bakal ngerti" Rose membuang nafas kasar "Setidaknya jangan bikin gue khawatir sama keadaan dia gitu loh"

KAMU SEDANG MEMBACA
Bliss
FanfictionSequel of Opposite attract Oneshoot story of the moment that aren't mention in Opposite attract. ⚠️ Contain of uwunes 100/10 ⚠️ Some chapter are containing mature content ⚠️ Please be wise reader. You can read this without read opposite attract but...