Filled with fear

291 29 13
                                    

July, 2017

Ketakutan yang sempat beberapa hari lalu terlontar dari mulut Jeffrey nyatanya benar - benar terjadi. Kini keduanya tak lagi bertegur sapa. Kala awalnya Jeffrey masih mencoba mencari - cari keadaan gadis itu lewat Richard, beberapa waktu lalu sudah tak lagi. Nyatanya Jeffrey memang bukanlah manusia yang sempurna. Ia bisa lelah kapan saja. Apalagi ketika Rose bertingkah pada malam itu, Jeffrey rasanya sudah tak tahu harus bersikap bagaimana dan memilih membiarkannya.

Sayangnya, diantara mereka berdua. Jeffrey adalah orang pertama yang menyerah dalam keadaan seperti ini. Jadi dengan cara apapun, Jeffrey akan lalui agar Ia bisa berbaikan dengan gadisnya kendati Jeffrey yang harus selalu menurunkan egonya. Melontarkan kata maaf terlebih dahulu meski Jeffrey juga tau ini bukan kesalahannya. Karena sampai kapanpun itu Rose ngga akan pernah meminta maaf duluan.

He knows it.

Tapi sepertinya, Tuhan kali ini sedang tidak berpihak pada dirinya. Selain permintaan maafnya yang harus diundur beberapa hari karena keduanya yang tak ada di satu tempat yang sama dan permasalahan mereka jadi ngga selesai - selesai, pas Jeffrey ingin berbaikan seluruh keluarga Orlando tak ada yang bisa dihubungi sama sekali.

"Makanya, punya pacar itu diperhatiin. Pacarnya ilang ngerepotin semua orang"

Jeffrey berdecak "Jeffrey ngga pernah minta bantuan Papa. Kalau Papa merasa keberatan dan ngerepotin ya ngga usah ngga papa. Jeffrey masih bisa cari Rose sendiri" Jawabnya tanpa menoleh ke Samuel sedikit pun dan tetap menatap ponselnya. Mencoba mencari - cari jejak gadisnya itu.

"Kamu yakin mereka masih di Istanbul?"

Kepala Jeffrey mengangguk "Bang Richard ngga bilang kalau mau pindah negara"

"Kapan bilang gitu?"

"Seminggu yang lalu"

Jessica sontak hanya bisa menatap kepolosan Jeffrey dengan menggelengkan kepalanya bak tak habis pikir "Udah lah Papa mau kerja aja. Makin stress yang ada di sini" Hanya Jessica yang tersenyum tipis ke Samuel yang kini mendekat.

Jeffrey yang sejatinya udah dua puluh tahun jadi anak kandung mereka, ngga pernah peduli dengan tingkah kedua orang tuanya. Apalagi pada keadaan kayak gini, yang Jeffrey butuhin cuma denger kabar Rose. Ngga dengan yang lainnya. Jeffrey cuma butuh kabar kalau Rose baik - baik aja itu udah cukup banget untuknya.

Terlebih sudah beberapa hari Jeffrey ngga mendengar apapun tentang Rose, hidup Jeffrey rasanya kayak ada yang kurang. Manalagi berbeda dengan gadis itu yang emang dasarnya liburan, Jeffrey kesini sebenernya itu cuma nemenin Jessica yang gabut kalau ditinggalkan Samuel lagi kerja begini.

"Keluarga Orlando beneran ngga papa kan ya, Ma?"

Jessica mengangguk "Mama yakin ngga ada masalah kok"

Jeffrey menghela nafas untuk kesekian kalinya "Tapi kenapa pada ngga bisa dihubungi? Kan Jeffrey jadi kepikiran"

"Kalau menurut Mama sih, Jeff. Mereka lagi pindah ke negara lain dan sekarang lagi di pesawat. Jadi ya udah jelas ngga bisa nerima telpon kan? Lagian kalau misal keluarga Orlando kenapa - kenapa pasti ada beritanya dan sampek sekarang kita juga ngga denger berita apa - apa tentang mereka kan?"

"They're fine, Jeff. Percaya sama Mama"

Namun sayangnya, kata - kata penenang Jessica yang biasanya ampuh, kini tak lagi sama. Rasanya Jeffrey itu masih ngga tenang kalau ngga Rose langsung yang bilang she's okay or at least, keluarga Orlando yang ngabarin.

"Kenapa kamu ngga tanya calon Istrinya Richard aja? Dia udah pasti tau kan kemana Orlando? Kamu kenal kan?"

Paras wajah Jeffrey yang awalnya pucat pasi seketika langsung berubah antusias "Oiya bener juga! Jeffrey tanya Kak Wendy dulu kalau gitu" Jessica hanya bisa tersenyum menatap dirinya yang kini mengutak - atik ponselnya tersebut sebelum tak lama ponselnya itu beralih pada telinganya.

BlissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang