Anne and her Jeffrey

387 20 6
                                    


2018!!

Timestamp: After night Jeffrey's party in the previous section. 


Roda berputar mengarungi sepanjang jalan finders ln sebelum berhenti tepat penghujung jalan. Mobil sport mencolok terparkir di depan sebuah gedung pencakar langit. Menuruti permintaan Rose setelah membunuh waktu makan malam, keduanya merayakan lagi acara kelulusannya tanpa teman - temannya. Meski katanya sebagai ritual antar keduanya, tapi Jeffrey paham jika itu akal - akalan Rose biar mereka bisa berduaan.

Jeffrey memilih berpura - pura tidak tahu. Mengikuti apapun yang dimau gadisnya seperti biasa. Terlebih Ia menemukan senyum riang di paras ayu itu. Excitement Rose sepertinya tak main - main, bahkan luntur ketika Jeffrey menahan tangannya "Wait a second" Parasnya itu penasaran menatapnya yang lantas membuka tiap kancing kemejanya.

"Get this"

"No way"

"Very much way" Dengan senyum terpasang, tangan kirinya memaksa Rose menerima. Pun sedikit terpaksa gadisnya memahami betul arti tatapnya. Dan gadisnya itu menolak untuk pulang jika masih keras kepala tak memakai kemejanya.

Melbourne memang musim panas. Tapi bukan berarti Jeffrey membiarkan Rose menggunakan dress terbuka sebagai pelapis satu - satunya. Selain Jeffrey tak ingin Rose terserang penyakit, Jeffrey ingin menghindarkan tatapan menelanjangi cowok - cowok mata keranjang di luaran sana. Bukan Jeffrey tidak mampu bertarung, Jeffrey hanya tak suka keributan.

Untungnya Rose menurut kali ini. Jadi dengan senang hati Jeffrey membawa masuk gadisnya itu. Ruangan temaram memberikan kesan mewah, pun begitu jika boleh jujur Jeffrey kurang tertarik. Bahkan merasakan tempat itu tidak cocok dengannya "Pardon me, I have to use a man room"

Gadis itu mengangguk "Kamu duduk dulu. Aku nanti langsung nyusul" selepas memberikan jejak bibirnya di pelipis Rose, tubuh Jeffrey beralih. Memasuki suatu bilik yang tak jauh dari tubuh keduanya berada tadi.

Sebenarnya Jeffrey tak ada masalah dengan seremoni Rose tuk mensyukuri kelulusannya. Justru Jeffrey juga mengindikasikan pencapaian tertentu dengan segelas champagne. Sayang, Jeffrey kurang suka tempatnya. Menurutnya akan lebih baik berada di rumah. Tak ada asap rokok yang mengganggu, serta jiwa introvertnya yang tak perlu melolong kesetanan. Terlebih lelaki itu termasuk kolektor, Jeffrey yakin ada beberapa koleksi miliknya tak dapat ditemukan di sini. Belum lagi lelaki itu telah memikirkan kemungkinan dampak - dampak negatif yang akan dilaluinya. Salah satunya yang ini.

Rahang Jeffrey lantas mengeras kala kedua bola mata lelaki itu memandang, Jeffrey tak hanya menemukan gadisnya semata, namun juga dengan cowok yang tak dikenalnya. Anggaplah Jeffrey cemburu, karena tatap Jeffrey mengandung kebencian. Mungkin Rose hanya berpikir jika lelaki itu ingin berteman. Tak dengannya. Jeffrey melihat jelas melalui binar matanya ada suatu kagum dirasa, juga keinginan menjadikan gadisnya itu hak milik semata. Di antara milyaran penduduk bumi serta ratusan ribu wanita, kenapa harus gadisnya??

Tentu Jeffrey tak tinggal diam. Langkah tegapnya kini berjalan lurus ke arah gadisnya. Jeffrey akui, gadisnya itu menarik. Bahkan luar biasa cantik. Kemeja putihnya tak dapat menyembunyikan keindahannya. Pun kalau Rose cuma pakai kolor sama kaos lecek, Jeffrey masih ngasih empat jempol atas keelokannya.

"I went too long"

Merasa terusik gadis itu menoleh. Belum sempat Rose menjawab, Jeffrey terlebih dulu menempelkan bibir pada ceruk gadisnya. Bermaksud memberitahu posisi kepemilikannya atas gadisnya itu sebelum mengambil tempat persis sebelah kiri gadisnya. Pula tanpa ingin meninggalkan jarak sedikitpun, keduanya begitu rapat tanpa adanya celah

BlissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang