Holy(shit)day

790 30 12
                                    

November 2018

Kedua iris bola mata hitam Rose yang terlapisi bingkai tipis bundar berfokus menatap layar 13 inchi di depannya. Tangan kirinya diletakkan di bagian bawah dada, sedangkan tangan kanannya berada di pipinya. Seolah tengah menyangga kepalanya.

Tak lama, kedua tangannya kembali pada tempatnya semula. Di atas papan keyboard yang kini Ia mainkan dengan sungguh - sungguh sebelum salah satu jarinya beranjak menekan tombol delete cukup lama. Cukup untuk menghapus semua kata - kata yang baru saja Ia tuangkan di sana.

Rasanya otaknya tidak mendapatkan secercah inspirasi untuknya bisa melanjutkan apa yang tengah Ia kerjakan. Seolah semua gagasan yang ada di pikirannya itu berubah menjadi sesuatu hal yang begitu buruk di matanya.

Tak ada satupun buah pikiran yang pas untuk Ia tuliskan "Goddamn it!" Sontak tangannya langsung menutup layar macbooknya begitu saja. Menyingkirkan benda abu - abu itu dari pangkuannya, kini berganti benda berwarna merah kesayangannya.

Nyatanya godaan setan memang pada dasarnya lebih dahsyat. Paras wajah yang semula nampak tak ada semangat, kini perlahan mulai berubah. Bahkan senyuman yang awalnya tak terlihat kini mulai nampak menghiasi wajahnya, disertai tawa ringan di sana.

"Babe" Rose bangkit dari tempat duduknya, berjalan mendekat ke arah pantry yang terdapat seorang lelaki yang sedari tadi sibuk sendiri di sana. Tak acuh dengannya "Edgar ngajak liburan ke great barrier reef"

"Queensland?"

Rose berdeham.

"Ngapain?"

"He said that he's so fucking stressed with his thesis. But don't you know how actually is he"

Lelaki itu sontak tertawa mendengar ucapannya yang barusan "Tell him 'kayak lo ngerjain skripsi aja'" Rose terkekeh pelan dengan tatapan yang masih setia menatap layar ponselnya dengan kedua yang sibuk menari di layarnya.

"Katanya 'anjir, Jeff. Kalau lo ngga percaya sini ke apartemen gue. Buktiin sendiri kalau gue sekarang lagi ngerjain skripsi'"

"Iya, pas gue kesana doang. Kalau gue ngga kesana lo juga pasti tiduran" Lelaki itu sontak berhenti dari kegiatannya, sedikit berbalik menatapnya dari sana "Right, Princess?" Rose sontak menatap ke arah lelaki itu.

"Absolutely" Mata gadis itu mengerling, mengundang kekehan dari lelaki yang kini sudah berbalik lagi menyibukkan diri di dapurnya kembali "So, Gimana?" Tanyanya menatap punggung lelakinya "Yes or no?"

"Why should I reject it, Princess?"

Rose mengedikkan bahunya "Ya bisa aja kamu nolak karena pengen ngerjain skripsi? Who knows?" Jeffrey yang tengah menggunakan apron dan pisau yang masih ada di tangan, sontak berjalan mendekatinya—ke arah bak cuci piring.

"Skripsi aku udah sampek ke Prof. Matthew kalau kamu lupa"

Rose berdecak.

"Males temenan sama orang sombong"

Kepalanya sontak menunduk, tidak menyadari kedua alis Jeffrey bertautan menatapnya "We're actually not friends" dagu lancipnya terangkat tiba - tiba, menatap lelaki yang kini tepat berada di depannya "Should I remind you?" Ibu jari lelaki itu beranjak mengusap pelan labia merah mudanya.

Parasnya berubah datar menatap lelaki itu "No" tangannya menampik tangan lelaki itu "Thank you" Jeffrey cuma terkekeh pelan, kembali menekuni apa yang sedari tadi dikerjakan oleh lelakinya itu.

"Pake pesawat pribadi Abraham aja, daripada pesawatnya nganggur di bandara. Biar ngga transit kelamaan juga kalau mau turun di pulau hamilton" Rose cuma berdeham "Rencananya mau dari mana emang?"

BlissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang