Sorry for 2 months late update 🙏
2019
Konon katanya, Rose mempunyai keahlian yang tidak dapat ditiru Jeffrey. Pun berhasil melakukannya, hasil yang diperolehnya tampak sangat berbeda jauh dari gadisnya. Bagaimana garis lengkung bibir menyimpul sangat sempurna, menipu siapa saja. Dengan hatinya hancur berkeping - keping, Rose betah bersandiwara. Mengelabui semua orang agar tak perlu mengasihani dirinya.
Nyatanya tidak satupun orang peduli, seperti yang Ia pikirkan. Lepas pintu tertutup sempurna, badan Rose merosot ke bawah seketika. Gadis itu bak kehilangan penyangga. Tatapan kosong diberinya, namun semua orang berlalu lalang tidak hirau sedikitpun padanya. Memberikan arti jikalau semua orang punya masalah mereka masing - masing.
Pun begitu, Rose masih punya Tuhan. Tak sedikitpun meninggalkan. Walau tak berwujud, sosok yang turut bersimpuh di sebelahnya adalah itikad baik Tuhannya. Setidaknya Rose harus bersyukur. Hanya saja, sekarang ini bukan waktu yang tepat. Gadis itu telah terlampau jauh kehilangan arah, dan waktunya bagi Edgar untuk menarik Rose agar tak kian hanyut tenggelam dalam duka.
Kemeja putih, kontras dengan air muka gadis itu detik ini tampilkan. Bahkan Edgar yakin, jika tak segera tuk disadarkan, takutnya Rose bakal terancam berada di gereja. Bukan tuk ibadah, tapi buat 'exorcism'. Badan Edgar bergidik seketika. Buru - buru Ia mengeluarkan kotak putih dari celananya. Benda sakti yang ga akan pernah Edgar lupakan. Benda adiktif itu seakan sudah mengalir dalam darah dan jiwanya.
Kini, Edgar tawarkan pada gadis sebelahnya. Lelaki itu tau kalau Rose membutuhkannya. Gadis itu tentunya tau efek mujarab yang dipunyainya. Diluar perkiraannya, kepala Rose menggeleng, memberikan Edgar kejutan luar biasa. A little bit he knows she never touched that thing again since her lover backed her again.
Lelaki itu tak menyerah. Bahkan seperti yang disebut teman - temannya. Julukan setan, memang pantas tuk disandang melihat hasutan buruknya selalu menjadi lakon utamanya "Ambil aja udah. Cowok lo lagi ga ada" Ujarnya seduktif. Jujur saja, Edgar mengasihani gadis itu.
Namun lagi - lagi Rose menolaknya "Gue udah janji ke diri gue sendiri, bukan karena Jeffrey"
Bukannya sakit hati, Edgar menarik simpul salah satu sudut bibirnya. Pengaruh Jeffrey emang tampak nyata. Membuktikan peribahasa air tenang selalu lebih amat menghanyutkan. Baiknya, Edgar lebih senang karena tau jalan hidup Rose akan condong ke arah yang lebih baik. Selagi menyimpan rokoknya, Edgar berkata pada Rose "Ayo ngantin. Cowok lo katanya agak telat"
"Gue nunggu di luar aja"
Sesaat setelah suara rendah Rose keluar, lantas saja gadis itu menyeret tubuhnya tuk bergerak. Pun setiap langkah terkesan gontai, tetapi Rose tahu kemanakah telapak kakinya membimbingnya. Menerbitkan suatu perasaan lega pada lelaki yang tak lekang mengikuti dirinya sejak tadi.
Bukan sekali ini Edgar melihat Rose di dalam keadaan terpuruknya. Bahkan Edgar pernah melihat satu yang terburuk. Membimbing Edgar bagaimana bertingkah. Pun tak dapat melukis pelangi, di antara awan kelabu yang bertebaran. Setidaknya Edgar harus menguatkan sinar matahari agar bisa menembus kelabunya langit.
"Take it easy. Mood Prof. Henderson emang lagi ngga bagus aja. Gue juga dari tadi kena semprot. Ya lo tau lah, itu pak tua gimana modelnya"
Gadis itu termenung. Pun bagaimana usakan dan juga tepukan yang diberikan Edgar untuk menghibur serta menguatkannya tiada artinya, Rose baru tersadarkan kala mobil sport hitam lewat di bayangnya. Langsung saja Rose berhari menghampiri. Bahkan tidak peduli akan umpatan Edgar, karena diperlakukan bak sampah yang tak digunakannya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bliss
FanfictionSequel of Opposite attract Oneshoot story of the moment that aren't mention in Opposite attract. ⚠️ Contain of uwunes 100/10 ⚠️ Some chapter are containing mature content ⚠️ Please be wise reader. You can read this without read opposite attract but...