Rosie in Paris

394 22 12
                                    


Warning: 18+


July, 2021

"Sayang.." gadis yang dipanggilnya itu menoleh "Maaf ya aku baru sampek. Makasih udah mau nungguin aku" Dengan paras penyesalannya, Jeffrey mendekat lalu Ia berikan usakan serta kecupan atas apresiasi Rose telah menunggunya dirinya. Bahkan Jeffrey yang tak dapat memenuhi janjinya mengantar Rose. Beruntung rapat yang dijalaninya tak berlangsung kian lama.

Setidaknya senyum Rose masih bisa dilihatnya "Ngga papa, Jeff" Jeffrey sedikit terhibur dari rasa bersalah "Bantuin pilih dong, Sayang"

Sebenarnya Jeffrey tak terlalu mengerti. Tapi teringat kelakuannya tadi, Jeffrey berusaha sepenuh hati untuk menyenangkan istrinya itu "Aku suka dua duanya sih, tapi aku prefer yang hitam aja. You love a little black dress a lot"

"Exactly"

Jeffrey tersenyum. Merasa sedikit bangga kepada diri sendiri, pun membuatnya makin kerja keras buat milih mulai dari tas, baju, sepatu, scarf, jaket, serta lainnya. Tekor sekalipun Jeffrey tak peduli. Asal Rose senang, Jeffrey senang. Sudah sepantasnya jika Ia bertanggung jawab atas apapun pada Rose sekarang.

Segalanya. Termasuk kebutuhan pakaian dalam. Lelaki itu tiada masalah kalau Rose menghabiskan nominal di kartunya, teringat Jeffrey bekerja memang tuk Rose. Masalahnya adalah kenapa Jeffrey juga harus ikut tuk memilihkan, bahkan ikut masuk ke dalam toko ini. Pria itu bahkan tak berhenti menunduk sedari tadi.

"Ay, aku nunggu di luar aja ya.." Ucapnya berbisik kala Rose sibuk memilih. Tangannya mengambil ujung kaos Rose tuk dimainkannya.

"Mau ngapain di luar? Kenapa ngga di sini aja?" Rose tampak abai akan perasaannya. Apalagi ketika wanita itu justru bertanya kepadanya "Bagus yang mana, Jeff? Yang putih apa yang pink?" Tanpa peduli kini gadis itu memamerkan dua set pakaian dalam. Wanitanya yang sangat pecinta aesthetic itu pasti ngga suka jika pakaian dalamnya tidak matching satu sama lainnya.

Bukan itu masalahnya. Keberadaan dua pelayan yang berdiri tak terlalu jauh itu mengusiknya. Membuatnya jadi tampak tiada harga dirinya "Ter—terserah kamu. Itu bagus kok dua - duanya" jawabnya cepat agar tak kian malu.

"Kamu kenapa deh? Tadi semangat. Kenapa sekarang kayak gitu jawabnya. Udah capek? Mau pulang aja?"

Jeffrey menggelengkan kepalanya cepat "Bukan itu, ay"

"Terus??"

Bibirnya tergigit. Berupaya sekuat tenaga agar Ia dapat menyampaikan perasaannya "Malu.. ay" pun sekedar cicitan yang keluar, Jeffrey harap Rose dapat mengerti

Beruntung Rose bukan bocah kemarin sore yang tidak paham mengenai dirinya. Tanpa dipinta, Rose sontak saja berujar "May we have a room?"

Jeffrey masih betah dari posisinya. Tapi Ia tahu jikalau kedua pegawai itu meninggalkan dirinya. Menyisakan Jeffrey dengan senyuman, serta Rose yang kini lantas berkata "Tuh dah aku usir mereka"

Dengan senyum cerianya Jeffrey berkata "Makasih, ay" Jeffrey mendekat. Memberanikan diri tuk mengecup pipi Rose agar tak terlalu marah padanya.

"Cepet pilih sekarang"

"Dua - duanya bagus. Kamu suka pink. Tapi yang putih modelnya lucu. Jadi ambil aja dua - duanya. Gak akan bikin aku bangkrut kok" Ucapnya semangat tanpa ada keragu - raguan sedikitpun. Bahkan bikin Rosenya jadi geleng - geleng kepala ngga habis pikir.

"Yauda aku cobain dulu kalo gitu. Kamu tunggu di sini bentar"

Jeffrey menyetujui. Membiarkan Rose mencoba dua pieces set pakaian dalam itu. Sementara kini lelaki itu berganti melihat - lihat. Kendati masih ada rasa malu di dalam hatinya, bahkan sudah merasa seperti orang mesum. Tetapi Jeffrey masih melihat berbagai koleksi di gantungan.

BlissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang