Sequel of Opposite attract
Oneshoot story of the moment that aren't mention in Opposite attract.
⚠️ Contain of uwunes 100/10
⚠️ Some chapter are containing mature content ⚠️
Please be wise reader.
You can read this without read opposite attract but...
Rose tak menduga suatu pagi di februari, perasaannya bisa secampur aduk ini. Instead of it's most favorite month—her month—she always had luck during this period. Bahkan digadang - gadang, there's something special. Yang bahkan ngga akan mau Rose beri sebuah ekspektasi terlalu tinggi. Selain ngga baik, Rose takut akan rasa sakit yang didapatkannya. Kendati pepatah pernah bilang, kalau ngga akan ada namanya sebuah kebahagian jika kita tak pernah merasakan kepahitan. Tetap saja, Rose merupakan anak bathara biasa yang tak luput dari rasa egois, dengan melindungi perasaan dalam hati sekuat yang Rose mampu.
Pagi ini tampak seperti pagi biasanya. Gadis itu berada di alam sadar ketika alarmnya menunjuk pukul tujuh. Diikuti mata panda karena Rose baru tertidur di pukul tiga pagi, beruntung Tuhan masih mengizinkannya tuk bertemu mimpi semalam, Rose meletakkan tubuhnya dalam rendaman tirta sembari mengompres masing - masing kelopak menggunakan potongan timun yang dipesannya melalui maid sesaat lepas terbangun dari tidur, dan menunggu para pelayan menyiapkan kamar mandinya. Rose mungkin terbiasa mandiri kala dirinya berada di Melbourne. Sayang, gadis itu kembali tergiur oleh privilege yang ditawarkan orang tuanya. Tak apa. Rose akan menikmatinya selagi bisa.
Berhadapan dengan cermin. Garis bibir Rose bergerak melekuk. Setidaknya tak separah dikala gadis tersebut membuka mata. Bahkan Rose sempat malu terhadap pelayan, saking buruknya penampilan dirinya. Berkat bantuan skincare, Rose harus memberikan rasa terima kasihnya. Tanpa berpindah, Rose sontak melepaskan bathrobe lalu digantikan dengan pakaian layak. Hari ini tampaknya ada yang berbeda. Alih - alih baju kerja, Rose justru mengambil kaos putih, celana training jua jaket abu - abu tuk melindungi tubuhnya yang sedikit tak enak. Tanpa alas kaki, kaki telanjangnya beranjak sekali lagi mengunjungi tempat tidur. Merusak tatanan rapi Maid yang susah payah rapikan.
Pupil Rose melirik benda pipih yang ada di atas meja. Tangannya seketika menjulur meraihnya. Setelah tak disentuhnya sejak pagi karena Rose masih kehilangan kepercayaan diri dan keberanian, gadis itu mencoba memeriksanya. Dari ribuan notifikasi, sama sekali tak ada artinya bagi Rose. Gadis itu rasanya terlempar lagi ke masa lampau. Ada masa - masa dimana Rose tidak dapat makna dari berbagai macam notifikasi di ponsel. Bahkan kata - kata manis dari Juna—sosok yang dulu dipuja—sedikitpun tak mampu menggairahkan.
Atensi Rose berpulang sebuah jendela obrolan. Dalang dari Rose memutuskan tidur semalam. Gadis tersebut memiliki harapan terhadap perubahan. Rose memang hidup di dunia nyata, tetapi bodohnya Rose berharap kepada para peri dari dunia dongeng mengasihinya, dan menyisipkan sihirnya demi dirinya. Sekuat apapun Rose percaya, tetap saja ada salah satu pikiran gadis itu menolak akan realita yang dihadirkan kepadanya. Ditemani paras masamnya, Rose menelusuri dalil dari patah hatinya pagi ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.