Hujan rintik menghiasi malam di kota kecil itu. Angin malam yang dingin dan sunyi menyelimuti kota yang merupakan salah satu kota kecil di dunia Ayriauna—dunia yang menjadi tempat tinggal beberapa Ras Mythical—salah satu dari kelima Ras yang ada di seluruh dunia.
Seseorang mengenakan jubah hitam dengan penutup kepala yang membuat rambut dan wajahnya tidak terlihat jelas itu berdiri di ujung atap salah satu bangunan yang menjulang tinggi. Ia terlihat memperhatikan keadaan di bawahnya.
Rumah-rumah bergaya eropa abad pertengahan itu terlihat porak-poranda. Pecahan-pecahan kaca yang berasal dari perumahan, bunga-bunga yang tak memiliki tempat karena pot-pot yang menampungnya hancur, dan stan-stan yang hancur membuat jalanan di kota terlihat tidak terawat. Sekali melihat keadaan kota itu siapa pun akan mengira kota tersebut adalah tempat yang terkena imbas peperangan dan tak satu pun orang selamat.
Sosok berjubah melompat turun meninggalkan gedung tempat pijakannya. Dengan lihai dan santai ia sampai ke dasar seakan-akan ketinggian yang dilaju tadi bukanlah apa-apa. Ia menelusuri koridor kecil kota tersebut hingga sampai ke bagian utama kota.
Disana, terlihat makhluk-makhluk mengerikan dengan berbagai bentuk dan ukuran. Makhluk yang merupakan Ras Iblis itu menyadari kehadiran orang asing di antara mereka dan menatap tamu tak diundang.
Ia membuka penutup kepalanya. Sosok berjubah itu adalah seorang gadis berambut pendek di atas bahu berwarna hitam berponi dan memiliki bola mata berwarna merah. Kantong matanya terlihat sedikit berwarna gelap dibandingkan warna kulit wajahnya. Ia menarik turun syal merah tua yang hampir menutupi bibirnya—membawa syal tersebut ke bawah dagu. Gerakan tangan itu sedikit menyibak jubah sehingga memperlihatkan jaket hitam yang ia kenakan.
"Guardian....?!"
"Bunuh...!"
"Hancurkan!"
Kata-kata para Iblis tersebut terdengar dan bersiap untuk menyerang sang tamu tak diundang.
Sang gadis terdiam mengalihkan pandangannya ke sekitarnya. Memperhatikan seisi kota yang hancur. Tak satu pun tanda kehidupan di sana. Mayat-mayat warga yang tidak terlihat menandakan mereka habis menjadi makanan para iblis atau mungkin beberapa warga kota tersebut berubah menjadi bagian dari ras kegelapan itu.
Dengan menyimpulkan hal tersebut, si gadis menatap para Iblis yang kini mulai bergerak mengitarinya. Saat para Iblis mulai mendekat dan salah satu dari mereka berlari ke arah sang gadis, ia melemparkan jubahnya yang membuat perhatian para Iblis teralihkan ke arah jubah. Jubah itu tersobek oleh cakaran salah satu Iblis, tetapi gadis itu tidak terlihat di depan mereka.
"GUUUUAAAAH...." Terdengar teriakan kesakitan salah satu Iblis yang menyebabkan Iblis lainnya mengarahkan perhatian mereka pada datangnya suara. Tangan Iblis yang berteriak itu terpotong dan ia pun terjatuh.
Tepat di belakangnya, gadis bersyal merah itu berdiri dengan bersenjatakan dua buah pedang pendek. Pedang pendek yang menyerupai senjata Gladius dan memiliki ukiran ular naga pada crossguard atau pembatas antara bagian pegangan pedang (hilt) dengan bilah pedang. Mata merah gadis itu terlihat berbeda. Kini matanya terlihat berwarna merah pada bagian pupil dengan warna abu pada iris matanya yang terlihat bersinar berkilauan.
Para iblis semakin marah dan berlarian ke arah gadis tersebut untuk menyerang. Gadis itu juga melakukan hal yang sama. Dengan lincahnya ia menghindari serangan yang di arahkan padanya dan memotong tangan, kepala, dan perut mereka. Cairan hitam pekat yang merupakan darah para Ras Iblis tersebut terlihat menyembur dan berceceran di lokasi pertarungan.
Salah satu Iblis yang berada tepat di belakang gadis itu akan menghantam, tetapi segera disadarinya. Ia menghindar dengan melompat tinggi kemudian memasukkan kedua pedang pendeknya ke sarung senjata di belakang pinggulnya. Dengan cepat gadis tersebut mengeluarkan dua pistol merah yang berada di masing-masing sisi celananya dan mulai menembaki Iblis yang masih banyak tersisa.
Satu persatu Iblis berhasil dibunuh hingga tidak ada yang tersisa.
Iblis yang pertama dilukai olehnya kembali berdiri dan bersiap menyerang. Tanpa menoleh, gadis itu mengarahkan pistol ke arahnya dan menembakkan peluru yang tepat mengenai kepala musuhnya hingga akhirnya Iblis itu pun mati.
"Rest in peace, Legiun," ucapnya dingin.
Keadaan sekeliling gadis tersebut kini sunyi dan hanya dipenuhi oleh mayat-mayat para Iblis. Tak selang perdetik ia mendengar suara berisik seperti tubuh yang diseret. Dari balik kegelapan jalan kecil yang diapit oleh dua rumah warga terlihat seorang anak laki-laki yang berusaha menggerakkan tubuhnya dengan bantuan tangannya. Kakinya terlihat terluka parah sehingga tidak bisa digunakan. Anak itu membawa dirinya mendekati gadis tersebut.
"To-tolong ... mereka membunuh orangtuaku. Tolong selamatkan aku," pinta anak itu dengan menangis.
Gadis itu terdiam menatap anak yang semakin mendekat. Ia lalu mengarahkan pistolnya ke arah sang anak yang membuat anak laki-laki itu terkejut dan terlihat ketakutan. "Ka-kakak, apa yang ka—"
"Saran kecil dariku," sela gadis bersurai hitam menghentikan anak tersebut. "Seharusnya kau menghilangkan bau busuk orang-orang yang telah kau makan dari mulutmu sebelum menggunakan penampilan seperti sekarang."
Anak itu terdiam dengan menatap dingin gadis di depannya dan kini wajahnya terlihat berubah menjadi menyeramkan. Ia segera melompat untuk menyerang, akan tetapi gadis itu lebih cepat. Ia telah menembak tepat kepala Iblis yang menyamar tersebut.
"Ah, satu hal lagi ... Aku tidak suka anak kecil."
Melihat keadaan yang telah aman, ia memasukkan kedua pistol ke dalam sarung senjatanya. Bola Mata gadis itu pun kini terlihat kembali berwarna merah seutuhnya, seperti semula.
Bzzzz...
Terasa getaran yang berasal dari saku celana hitamnya. Ia segera mengambil sebuah barang yang menjadi sumber getaran—sebuah benda yang terlihat seperti batu kaca berwarna hitam berbentuk lingkaran. Di tengah benda tersebut terdapat sebuah segi empat kecil berwarna putih yang kemudian disentuh oleh sang gadis. Benda itu berubah bentuk menjadi sebuah kubus kaca berwarna hitam. Kubus berukuran kepalan tangan itu disebut dengan Hermka, benda yang berguna layaknya ponsel, radar, dan inventory.
Terlihat tulisan putih muncul di layar Hermka dan gadis itu hanya terdiam membacanya. "Terra," katanya sembari mengangkat kedua alisnya. Rautnya terlihat sedikit bingung dengan pesan yang menyebutkan salah satu Dunia Cahaya yang merupakan dunia yang dihuni oleh Ras Manusia.
Tak lama ekspresi gadis tersebut berubah menjadi tenang. Ia menggoyangkan sedikit benda di tangannya yang membuat Hermka berubah menjadi bentuk semula dan menaruhnya kembali ke dalam saku. Langkahnya mulai bergerak meninggalkan tempatnya kini. Melewati mayat-mayat iblis yang mulai berubah menjadi debu hitam. []
_______________
A/N:
Terima kasih sudah membaca cerita buatanku. Masih pemula, jadi tolong kemurahan hatinya, hehehe ... Arigatou ^^/.
See you next chapter...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXISTENCE [END]
Fantasy*Seri ke-1 The Existence Series* [15+] Pandangan orang-orang di tempat kelahirannya yang selalu menatapnya dengan sinis dan ketakutan, tanda lahir di punggung telapak tangan kirinya yang membuat dirinya dipanggil "Titisan Iblis" atau "Anak Pemb...