Haku dan Kioshi kini berada di Shopping District KisekiRifu setelah jam shift kerja mereka di Kafe Rainbow berakhir. Mereka berdua berjalan berdampingan dengan Haku yang mendominasi percakapan di antara mereka disebabkan Kioshi yang memang jarang bicara.
Di tengah dirinya yang asyik berbicara, Haku melihat tubuh Kioshi yang mulai gemetaran. Haku baru menyadari bahwa busana yang dikenakan Kioshi terlihat tidak cukup hangat. Haku segera melepaskan syal putihnya dan memberikannya kepada Kioshi.
"Aku tidak apa-apa," kata Kioshi yang membuat Haku memaksa kawannya untuk menerima syal miliknya. Pria berkacamata itu lalu mengenakan syal putih Haku. "Terima kasih."
Haku tersenyum dan kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Langkahnya tiba-tiba terhenti saat ia menatap sosok gadis yang sangat ia kenal atau lebih tepatnya dulu ia kenal. Ekspresi Haku tampak terkejut melihat gadis berambut panjang cokelat gelap dikepang dua itu.
Gadis cantik yang memiliki bola mata bulat besar berwarna cokelat tua itu tidak lain adalah Ayaka Manami, teman masa kecil Haku saat di Desa Itou, desa kelahiran Haku dan tempat tinggalnya hingga ia berusia 10 tahun. Gadis yang selalu muncul dalam ingatan Haku setiap dirinya melihat tanda di telapak tangan kirinya.
Ayaka yang tengah bercanda bersama kedua temannya lalu mengarahkan pandangannya dan menatap Haku. Saat itu juga senyum manis yang menghiasi wajah cantik Ayaka menghilang, digantikan dengan ekspresi terkejut dan mulai memucat. Ia menghentikan langkahnya dan hanya beradu pandang dengan Haku.
"Ayaka? Ada apa?" tanya temannya yang berambut pendek cokelat kemerahan. Gadis itu lalu ikut mengarahkan pandangannya pada Haku.
"Kenalanmu?" tanya teman Ayaka yang satunya.
Ayaka segera menatap kedua temannya dengan gugup. "Eh? Ah, ti-tidak. Ayo!" jawab Ayaka memaksakan tersenyum dan segera berjalan dengan cepat melewati Haku. Ia terus menundukkan wajahnya tanpa menoleh sedikit pun ke arah pria berambut putih itu karena memaksakan dirinya agar tidak bertukar pandang.
"Ayaka tunggu!" Kedua temannya segera berlari menyusul kawannya yang tengah berjalan cepat.
Saat berjalan beberapa langkah, teman Ayaka yang berambut panjang hijau tua berkata. "Eh, dia-kan anak yang diberi hukuman oleh sekolah karena membuat beberapa anak sekolah kita terluka parah sampai masuk rumah sakit."
"Ah, kamu benar! Aku ingat sekarang! Dia anak yang sering kena masalah perkelahian itu. Ayaka jangan bilang kalau berandalan itu kenalanmu?" tanya teman yang berambut pendek.
Ayaka menggeleng lemah. "Kami hanya ..." terdengar suara Ayaka sedikit gemetar. Gadis cantik itu mencoba untuk menenangkan dirinya. "hanya berasal dari desa yang sama," jawab Ayaka terus melangkah cepat yang membuatnya memimpin dalam berjalan di antara teman-temannya. "Tidak lebih, tidak kurang ... Hanya itu," lanjutnya dengan wajah yang terlihat begitu sedih.
Sedangkan di tempat Haku, pemuda itu hanya terdiam dengan raut wajah yang juga terlihat sedih. Tak lama kemudian ia kembali melangkahkan kakinya. Kioshi sempat terdiam menatap Haku, tapi tak lama ia segera menyusulnya.
"Apa kamu mengenal gadis tadi?" tanya Kioshi yang sama sekali tidak mendapatkan jawaban. Kioshi merasakan Haku tidak ingin membahas mengenai gadis yang baru saja mereka temui sehingga dirinya pun memutuskan untuk tidak melanjutkan pertanyaannya.
Beberapa saat keheningan di antara mereka berlangsung.
"Kioshi, kemarin kamu bilang akan menjadi siswa SMA mana?" tanya Haku memecahkan keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXISTENCE [END]
Viễn tưởng*Seri ke-1 The Existence Series* [15+] Pandangan orang-orang di tempat kelahirannya yang selalu menatapnya dengan sinis dan ketakutan, tanda lahir di punggung telapak tangan kirinya yang membuat dirinya dipanggil "Titisan Iblis" atau "Anak Pemb...