"Omelette sudah siap!" seru riang pria muda berambut putih yang mengenakan hoodie biru laut. Hoodie tersebut memiliki motif Sided Snowflakes berwarna perak di bagian punggung dengan dalaman kaos putih dan celana panjang berwarna cokelat.
Pria muda itu tengah menyuguhkan makanan di atas meja untuk seorang pria yang memiliki gaya rambut ponytail berwarna hijau tua. Pria yang lebih tua itu mengenakan jaket kulit berwarna cokelat gelap dengan dalaman kemeja putih dipadukan celana jeans berwarna hitam. Terlihat anting kecil menghiasi telinga kirinya.
Wajah yang dihiasi dengan sedikit janggut kecil di dagunya itu kini memasang ekspresi serius memandang omelet sehingga membuat pria muda berbola mata biru langit terlihat tegang seakan-akan menunggu komentar dari chef professional yang menjadi juri sebuah kompetisi masak.
Lelaki bersurai hijau tua itu mulai menyantap hidangan di depannya.
"Hahaha, masakan keponakanku memang sangat lezat dan terlihat sempurna. Keluarga Nigihayami sangat beruntung kau terlahir menjadi bagian dari kami!" puji lelaki berusia 30 tahun yang bernama Kanata Nigihayami dengan wajah riang.
Pria muda berambut putih itu lalu terlihat lega dan menampilkan senyuman yang memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Hahaha, tentu saja! Siapa dulu yang membuatnya?! Kohaku Nigihayami, si tangan super!" balasnya dengan bangga sembari melambaikan kedua telapak tangannya yang terbungkus sarung tangan putih di depan Kanata.
Pria muda tersebut bernama Kohaku Nigihayami. Ia biasa dipanggil dengan nama Haku yang berarti putih karena sesuai dengan warna rambutnya. Bola matanya yang berwarna biru langit memancarkan sinar mata yang terlihat ceria dan nakal, membuat parasnya yang manis berpadu dengan ketampanan.
Pria muda berkulit putih sedikit pucat itu melirik ke arah jam dinding dan segera melepaskan celemek kuning yang ia kenakan. "Gawat! Aku harus segera berangkat!"
Tanpa sengaja Haku mengarahkan pandangannya pada sebuah surat yang sedikit terbuka di atas meja makan, memperlihatkan selembar kertas dan brosur. Haku melihat tulisan besar yang tertera di sampul brosur pada surat tersebut dan terbaca 'Akademi Terra'.
Pria berusia 16 tahun itu akan mengambil brosur tersebut untuk melihat lebih jelas, akan tetapi surat itu segera diambil alih oleh Kanata yang membuat Haku terkejut dan melihat pamannya dengan heran. Kanata hanya membalas tatapan keponakannya dengan senyuman. Ia menaruh surat tersebut ke dalam kantong jaketnya yang membuat Haku menjadi sangat penasaran dengan isi surat tersebut.
"Apa Paman ingin memindahkanku ke Akademi Terra?" tanya Haku memicingkan mata dengan curiga.
"Tidak," jawab lelaki dengan bola mata hitam itu segera yang membuat Haku memandang Kanata dengan tatapan bingung karena melihat wajah serius pamannya merupakan hal yang sangat jarang dilihat olehnya. "Aku tidak akan memasukkanmu menjadi siswa Akademi Terra. Aku lebih memilih kau tidak sekolah dibandingkan memasukkanmu menjadi bagian dari sekolah itu."
Haku merupakan siswa kelas 2 tahun ini di SMA Kira Selatan, salah satu SMA terkenal di Kota KisekiRifu yang merupakan Ibu Kota di pulau Midorichou, tempat tinggalnya sekarang. Haku memiliki rentetan catatan masalah selama bersekolah di sana, akan tetapi ia selalu selamat menjadi siswa di sekolah tersebut karena nilai yang ia dapatkan di seluruh mata pelajarannya yang sangat brilliant.
"Seseorang memberikan ini padaku. Ini bukan apa-apa," lanjut Kanata yang tahu Haku ingin menanyakan mengapa dirinya memiliki brosur itu. Kanata kembali tersenyum pada keponakannya. "Bukankah kamu harus bekerja paruh waktu di kafenya Hiromi-chan*?"
Haku yang kembali teringat, dengan segera mengambil mantel putih yang digantungkan di salah satu kursi meja makan dan mengenakan pakaian yang menutupi hingga pahanya. Setelahnya, Haku berlari menuju pintu depan rumahnya untuk segera berangkat.
"Haku!" panggil Kanata dengan segera yang membuat keponakannya itu menghentikan langkah dan menoleh ke arah lelaki yang memanggilnya.
Kanata kemudian mendekatinya sembari tersenyum. "Kau melupakan ini." Kanata melilitkan syal putih di leher Haku. "Selalu gunakan syal ini bila kau di luar ruangan. Udara masih sangat dingin. Janji?"
Haku tersenyum. "Aku berangkat," ucapnya dan segera berlari keluar ruangan.
"Sehabis bekerja langsung pulang. Jangan kemana-mana!" teriak Kanata agar Haku yang semakin menjauh mendengarnya. Haku hanya membalas dengan melambaikan tangannya dan sejenak menoleh ke belakang. Ia kini terlihat berlari menelusuri jalanan.
"Berhati-hatilah. Jangan sampai mereka menemukanmu," gumam pelan Kanata terlihat cemas. []
________________
Mulmed: Sided snowflakes bentuknya seperti itu ^^.
Trivia ^^:
*Chan merupakan panggilan tambahan pada akhir nama seseorang yang merupakan keluarga atau anak-anak. Juga digunakan pada orang yang dianggap manis oleh pemanggilnya atau orang dewasa yang ingin bersikap kekanak-kanakan.
________________
A/N:
Chapter ini untuk pengenalan si pemeran utama. Maaf klo boring atau berantakan, harap dimaklumi hohoho..., yang pasti kuharap para readers menikmati cerita q ini.
Comment or Voted akan sangat q hargai 'n nantikan...
See you next chapter...
![](https://img.wattpad.com/cover/50445731-288-k689685.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXISTENCE [END]
Fantasy*Seri ke-1 The Existence Series* [15+] Pandangan orang-orang di tempat kelahirannya yang selalu menatapnya dengan sinis dan ketakutan, tanda lahir di punggung telapak tangan kirinya yang membuat dirinya dipanggil "Titisan Iblis" atau "Anak Pemb...