Hari berlalu. Haku sibuk dengan aktifitasnya di dalam gedung perpustakaan. Hari ini adalah hari terakhir yang menjadi penentuan antara dirinya dengan Reia. Berkaitan dengan masalah itu, Haku tidak bisa tenang dan terus mencari informasi menyangkut semua hal yang dikatakan Reia padanya.
Gunung-gunung buku kini menemani Haku yang duduk serius di salah satu meja memanjang perpustakaan. Dari seluruh buku yang ia baca, Haku mengetahui banyak hal, tetapi seluruhnya menyimpulkan pada satu kesimpulan.
"Reia adalah Ras Iblis," gumam Haku pelan dengan wajah terkejut yang bercampur sedih.
Dalam mengakses Limbo, Guardian harus menemukan titik yang tepat dan menggunakan mantra sihir atau kekuatan sihir dalam aplikasi Hermka untuk membuka Rift. Berbeda dengan Ras Iblis yang menjadikan Limbo bagaikan rumah mereka, para makhluk kegelapan itu dapat membuka Rift hanya semudah membuka sebuah pintu tanpa kunci.
Soul Contract hanya dapat dilakukan Guardian Kelas Summoner yang merupakan level 1 dan level berikutnya dari kelas tersebut. Soul Contract yang mereka lakukan merupakan kontrak legal sehingga tidak akan memiliki dampak negatif.
Berbeda dengan Soul Contract yang dilakukan oleh orang di luar kategori itu. Melakukan kontrak dengan iblis berarti bersekutu dengan kegelapan dan berlaku selamanya. Hal itu merupakan Soul Contract illegal dan dapat berakibat datangnya hukuman neraka, Ruang Kehampaan—dimensi di mana para jiwa terbuang dan dikucilkan, terperangkap dalam kegelapan dan hanya berisi kesunyian, keputusasaan, dan penderitaan.
Haku merebahkan kepalanya di atas meja. Pandangannya menerawang ke luar jendela besar perpustakaan. Dilema tengah memenuhi otak dan hatinya.
"Apa kamu sedang membuat benteng dengan buku-buku ini?"
Tanpa melihat, Haku sudah tahu itu adalah suara Daichi. Haku mendengar pergerakan Daichi yang duduk di depannya dan memainkan beberapa buku yang ditumpuk Haku menyerupai gunung.
"Daichi, apa yang akan kamu lakukan untuk melindungi orang-orang yang kamu sayangi?" tanya Haku tak bergerak.
"Apa pun akan kulakukan," jawab Daichi.
"Apa kamu pernah bertemu dengan seseorang yang bila bersamanya kamu merasa apa pun bisa kamu lakukan dan akan baik-baik saja. Orang yang entah kenapa bisa memberikanmu rasa hangat. Tapi, akhirnya kamu mengetahui orang itu adalah orang yang sangat berbahaya dan satu-satunya cara untuk melindungi orang-orang yang kamu sayangi adalah ikut bersama orang itu ke dalam tempat yang terburuk ... Apa yang akan kamu lakukan?"
Hening sempat terasa, hingga akhirnya menghilang oleh tawa Daichi. "Apa yang harus kupikirkan lagi? Bukankah bersamanya membuatku merasa baik-baik saja dan bisa melakukan apa saja. Justru enggak bisa melindungi orang yang kusayangi akan terasa sangat buruk dan menyiksa. Akan kuanggap hal itu sebagai petualang seru dan berbahaya dalam hidupku."
Haku segera duduk dengan posisi yang benar. Matanya terlihat membesar menatap Daichi.
Pemuda berambut merah terang itu melipat tangan di dada dan terlihat berpikir. "Orang yang memberikanmu rasa mampu melakukan apa pun, perasaan yang membuat segalanya baik-baik saja, dan juga hangat. Kalau itu seorang wanita akan kunikahi dia." Daichi kembali tertawa.
Haku sempat tertegun dan tak lama sebuah senyuman menghiasi wajahnya yang kini terlihat lega. Sebuah puzzle dalam pikiran dan perasaannya telah terselesaikan. Haku segera bangun dari duduknya.
"Ngomong-ngomong, untuk apa kamu bertanya pertanyaan semacam itu?" tanya Daichi menatap Haku.
"Terima kasih, Daichi! Kamu memang yang terbaik!" ucap Haku.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXISTENCE [END]
Fantasy*Seri ke-1 The Existence Series* [15+] Pandangan orang-orang di tempat kelahirannya yang selalu menatapnya dengan sinis dan ketakutan, tanda lahir di punggung telapak tangan kirinya yang membuat dirinya dipanggil "Titisan Iblis" atau "Anak Pemb...