"Kyaaa ... Haku-chan sangat terang-terangan! Kukira selama ini kau tipe anak pemalu bila menyangkut lawan jenis. Ternyata Haku-chan sangat agresif dan romantis! Kalimatmu di taman tadi pasti membuat gadis mana pun akan melayang," pekik Hiromi membuat dua kepalan tangan di depan dada dan bergoyang kecil karena begitu gemas.
Haku terlihat bingung dengan kata-kata yang diutarakan Hiromi. Haku belum menyadari apa yang dilakukannya telah membuat kesalahpahaman atau lebih tepatnya pemuda itu dari awal tidak tahu bahwa Kanata dan Hiromi sedang salah paham atas hubungan dirinya dengan Reia.
Di tengah kesalahpahaman itu, Reia mencoba mengingat ucapan Haku setelah menciumnya. Ia mengakui siapa pun yang mendengar kalimat itu pasti akan mengartikan ke arah romantis, padahal kenyataannya Haku hanya mengutarakan kalimat yang berhubungan dengan tantangan Reia mengenai Soul Contract.
Mata Reia kemudian saling beradu dengan Kanata yang tidak pernah melepaskan pandangannya pada Reia. Gadis itu tahu pasti bahwa tatapan Kanata menyuruhnya untuk kembali duduk.
Reia melakukannya. Dia tetap memasang wajah tenang walau dalam hatinya ia benar-benar berteriak ingin meninggalkan situasi yang baginya sangat menyiksa.
Reia menyadari bahwa Haku masih memegangnya. Dengan hati-hati ia melepaskan tangan Haku untuk mengurangi kesalahpahaman yang terjadi.
Hiromi kembali duduk dan menatap Reia dengan mata besarnya yang membuat Reia merasa sangat tidak nyaman.
Keheningan yang terjadi dengan mata Hiromi dan Kanata yang terus melekat padanya membuat Reia menyadari bahwa dua orang itu tengah menunggu jawaban atas pertanyaan terakhir yang dilontarkan kepadanya.
"19. Usiaku baru 19 di tahun ini," jawab Reia.
Haku menatap Reia dengan mata yang membulat karena baru saat ini ia mengetahui usia Reia yang sebenarnya.
"Hm ... Perbedaan usia yang tidak jauh," gumam Kanata melipat tangan di dada sembari mengangguk-angguk kecil.
Haku beralih menatap Kanata. "Apa Paman ingat di hari Paman mengajakku ke Gedung Seni dan Museum Midorichou? Itu pertama kalinya aku melihat Reia. Karena penasaran aku terus mengikutinya dan akhirnya kontak terjadi," cerita Haku.
Reia segera menatap Haku dengan wajah gusar. Hei, hei, hei, apa yang sedang kau lakukan?
"Kurasa Reia dikirimkan Tuhan untukku sehingga selalu mempertemukan kami setelah hari itu," lanjut Haku menyelesaikan ceritanya dengan tersenyum.
HAKU ... Hentikan! Jangan menimbulkan kesalahpahaman yang lebih rumit! teriak Reia dalam hati.
Hiromi kembali memekik gemas. "Jadi cinta pada pandangan pertama!"
Sayangnya kalimat yang bisa menjadi petunjuk atas situasi yang sedang terjadi tidak diperhatikan oleh Haku sehingga pemuda itu masih terlihat santai.
"Aku selalu merasakan hal enggak biasa bila bersamanya. Walau mengenalnya dalam waktu yang enggak lama, dia dapat membuatku begitu mudah percaya dan merasa tenang. Aneh sekali. Membuatku merasa nyaman dan hangat," ungkap Haku memperlihatkan senyum manisnya.
Tidak ada maksud apa-apa dibalik kalimat Haku. Pemuda itu hanya jujur mengutarakan isi hatinya terhadap Reia yang dianggapnya sebagai teman berharga dan penyelamatnya. Tapi hal yang berbeda dirasakan oleh ketiga orang dalam ruangan itu.
Kanata dan Hiromi terlihat terkesima seakan jatuh dalam cerita drama romantis yang dianggap mereka tengah Haku rasakan.
Rasanya ingin sekali Reia membenturkan kepalanya sendiri ke meja di depannya. Tidak. Bukan hanya kepalanya sendiri, tapi juga kepala Haku yang dianggapnya bodoh karena tidak bisa membaca situasi mereka sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXISTENCE [END]
Fantasy*Seri ke-1 The Existence Series* [15+] Pandangan orang-orang di tempat kelahirannya yang selalu menatapnya dengan sinis dan ketakutan, tanda lahir di punggung telapak tangan kirinya yang membuat dirinya dipanggil "Titisan Iblis" atau "Anak Pemb...