Langit biru yang terlihat sedikit memudar menghiasi langit siang Kota KisekiRifu. Udara masih terasa sangat dingin di awal bulan maret ini. Haku duduk terdiam di samping Kanata yang tengah mengemudikan mobilnya.
Wajah Haku terlihat cemberut karena kesal dengan sikap seribu bahasa yang tengah dilakukan Kanata. Seberapa banyak Haku bertanya tidak pernah digubris oleh pamannya. Wajah cemberut itu kemudian menghilang saat ia sadar dirinya sedang berada di dekat kawasan Akademi Terra.
Selama perjalanan mereka, Haku benar-benar baru menyadari bahwa Akademi Terra memiliki kawasan yang sangat luas dan besar karena ia belum melihat ujung akhir dari tempat itu.
Walau sudah menghabiskan 5 tahun tinggal di kota KisekiRifu, Haku memang jarang bahkan mungkin tidak pernah melewati kawasan tersebut mengingat kawasan Akademi Terra berada pada daerah paling utara Kota KisekiRifu dan sedikit jauh dari keramaian orang-orang di kota ini.
Kawasan Akademi Terra dikelilingi oleh tembok nan tinggi yang membuatnya seperti sebuah kawasan terisolasi dari kehidupan luar. Hal yang terlihat dari tempat itu hanya bangunan-bangunan beserta pepohonan yang menjulang tinggi sehingga dapat terlihat dari luar karena mengalahkan tingginya tembok memanjang tersebut.
Beberapa waktu berlalu, mobil mereka memasuki kawasan Gedung Seni dan Museum Midorichou yang merupakan salah satu bangunan milik Akademi Terra.
Setelah memarkirkan kendaraan, Kanata mengajak Haku untuk memasuki gedung. Haku sama sekali tidak berbicara. Mata biru langitnya tengah sibuk berpetualang melihat tempat yang ia kunjungi untuk pertama kali.
Kanata yang melihat tingkah Haku lalu tersenyum. "Berkelilinglah. Kurasa tempat ini tempat yang tepat untuk mencari inspirasi hobi melukismu."
Haku balik menatap pamannya dengan wajah yang terlihat berbinar-binar dan antusias.
"Jangan pergi ke tempat lain selain gedung ini, mengerti? Ada hal yang harus kulakukan dulu. Aku akan menemuimu lagi nanti," perintah Kanata serius yang dibalas anggukan kuat kepala Haku yang membuat Kanata kembali tersenyum dan meninggalkannya.
Saat itu Haku baru memperhatikan tepat di depan pintu masuk gedung terdapat dua penjaga. Penjaga itu mengenakan seragam bermodel hampir sama dengan yang dikenakan oleh Ther Vasilis. Mereka mengenakan jaket biru tua berkerah yang dikancing dengan dihiasi gesper berwarna perak.
Haku menduga pakaian yang mereka kenakan pasti merupakan seragam Akademi Terra. Walaupun sudah lama tinggal di Kota KisekiRifu, Haku tidak pernah melihat orang-orang Akademi Terra sehingga baru saat ini ia mengetahui rupa seragam mereka. Kenapa aku tidak pernah melihat mereka, ya, selama tinggal di kota ini?
Tidak membuang-buang waktu, Haku segera berekplorasi di Gedung Seni dan Museum Midorichou yang begitu besar tersebut dan melupakan rasa penasarannya atas masalah syal yang diributkan oleh Kanata.
Entah berapa lama Haku berkeliling menikmati fasilitas dan pameran di dalam gedung ini dan dalam benaknya selalu mengatakan, Siapa menyangka kota ini memiliki tempat sebagus dan sekeren ini!
Haku yang tengah asyik memanjakan mata akhirnya menghentikan langkahnya. Mana? Aku sama sekali tidak menemukan tempat tersembunyi dan gerbang yang diceritakan oleh Kioshi! gumam Haku dalam hati yang terlihat kecewa.
Selama berkeliling menikmati berbagai hal yang berada di Gedung ini, keinginan terbesar dan utama Haku adalah untuk membuktikan isu yang diceritakan Kioshi kepadanya. Dia sama sekali tidak melupakan pembicaraan dengan kawannya tersebut karena Haku diselimuti oleh besarnya rasa penasaran.
"Kurasa isu itu hanya karangan," imbuh Haku seakan mulai tidak mempercayai isu tersebut, tetapi tubuhnya terus bergerak mencari ruangan tersembunyi itu. Rasa penasarannya telah mengalahkan pikirannya.
Saat tengah berjalan, Haku baru tersadar tempatnya kini terlihat sepi bahkan tidak ada satu pun orang di ruangan besar ini. Mata biru langitnya kini tertuju pada pintu yang jaraknya beberapa langkah di depannya.
Tanpa berpikir panjang Haku segera mendekati pintu tersebut. Setelah sampai, ia segera membuka pintu ganda dan melihat koridor panjang dengan tembok kaca yang membawanya ke pintu ganda lainnya. Di setiap sisi koridor yang dihalangi tembok kaca tersebut terdapat taman bunga yang begitu indah, membuat Haku menikmati perjalanannya ini.
Haku berjalan menelusuri koridor panjang itu hingga sampai ke pintu ganda berikutnya dan masuk.
Haku terkesiap takjub melihat apa yang berada di depannya. Tembok ruangan yang sepertinya terbentuk dari kristal yang terlihat berkilauan kini terpampang di depan matanya. Di tengah ruangan terdapat gambar sebuah pentagram besar di lantai yang Haku rasa ia sering lihat dalam games petualangan RPG, yaitu pentagram sihir yang pernah ia dan Kioshi mainkan. Saat itu ia berpikir bahwa Kioshi pasti akan sangat senang melihat pentagram tersebut.
Haku melihat di sisi jauh ruangan terdapat tangga besar yang menjadi penghubung ruangan tempat Haku berada menuju sebuah taman yang berada di bawah ruangannya. Haku berjalan menuju jeruji pegangan anak tangga besar tersebut.
Dari sana Haku memperhatikan taman di bawahnya. Terlihat kincir-kincir angin kecil yang berada di pinggiran jalan setapak dan gerbang-gerbang merah yang biasa ditemui di kuil Jepang. Jalan setapak tersebut menuju sebuah pintu gerbang besar berwarna cokelat kayu. Bagian atas pintu gerbang tersebut terlihat dihiasi oleh sebuah batu Kristal putih berbentuk belah ketupat yang berkilauan.
"Kabarnya gerbang itu adalah sebuah pintu yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia-dunia yang tidak pernah kita ketahui. Terkadang gerbang itu akan bersinar dan terbuka, lalu makhluk dari dunia lain pun akan memasuki dunia kita."
Ucapan Kioshi itu berbunyi di ingatan Haku saat menatap gerbang tersebut.
"Apa itu yang dimaksud Kioshi? Gerbang Dunia?" tanyanya terlihat bersemangat dengan apa yang baru saja ia temukan.
Ia segera menggelengkan kepalanya dan tersenyum meremehkan. "Yang benar saja! Itu tidak mungkinkan?!" sangkal Haku yang tiba-tiba merasa konyol hampir mempercayai ucapan Kioshi. Haku merasakan sudah saatnya akal sehatnya mengambil alih, bukannya rasa penasarannya.
Haku bergerak membelakangi tempat yang baru saja dilihat dan akan melangkahkan kaki untuk kembali, hingga angin sepoi-sepoi terasa di ruangan tersebut menghentikan langkahnya. Angin terasa berasal dari tempat gerbang itu berdiri. Haku merasakan seperti ada sinar yang muncul. Ia segera membalikkan badan untuk melihat apa yang terjadi.
Kincir-kincir itu berputar mengikuti arah angin yang datang dari gerbang. Pintu gerbang tersebut terbuka perlahan dengan sendirinya dan mengeluarkan sinar yang begitu terang.
To Be Continued...
____________
Trivia ^^ :
Setting kota dan pulau pada negara Sakura alias Jepang dalam cerita ini merupakan tempat karangan. Yap, Kota KisekiRifu dan Pulau Midorichou hanya buatan author, but, klo ada kota dan pulau dengan nama itu, well author hands up aja, gak tau ^^
MulMed: That's Our white hair boy, Kohaku Nigihayami alias Haku.
____________
A/N :
Yeay akhirnya masuk cerita yg di bahas di sinopsis, hohoho... \^^/
Smoga para Readers gak bosan y ikutin cerita author. Thanks buat kalian yg udah sediain waktu buat baca cerita ini.
Vote+Comment adalah hak Readers, but, author bakal guling2 kesenengan klo bisa dapetin itu dari kalian. Saran+Kritik juga sangat OK.
(Ah, spesial thanks untuk shafaorihara yg udah berbagi ilmu dengan q >///<)
Lets Be Friends Guys...
See you next chapter...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXISTENCE [END]
Fantasy*Seri ke-1 The Existence Series* [15+] Pandangan orang-orang di tempat kelahirannya yang selalu menatapnya dengan sinis dan ketakutan, tanda lahir di punggung telapak tangan kirinya yang membuat dirinya dipanggil "Titisan Iblis" atau "Anak Pemb...