32-NAMA SANG AYAH

2.8K 280 55
                                    

     Udara terasa mendingin dan berat. Getaran kecil sedikit terasa. Rambut Haku mulai bergoyang-goyang. Cahaya energi samar-samar terlihat menyelimuti tubuh Haku—cahaya putih dan beberapanya terlihat menggelap. Reia yang melihatnya mengerutkan alis. Sial! Mereka berhasil mempengaruhi perasaan anak itu sehingga membuatnya lebih cepat jatuh dalam kegelapan!

     Aludra semakin melebarkan senyuman, begitu pula Rooker yang terlihat makin menikmati tontonan di depannya, sedangkan Selene hanya terdiam dengan tatapan tajam dan dinginnya.

     "Kelima dunia menginginkanmu sebagai aset berharga yang akan menjadi senjata mematikan mereka. Apa kau tahu kenapa?" tanya Selene pada Haku. Sinar mata Selene benar-benar menampilkan sosoknya yang berdarah dingin. "Seorang Guardian Dunia Ellinor, yang berasal dari keturunan terakhir salah satu Klan petarung terkuat di kelima dunia, Ras Malaikat yang terkenal, sang Legenda bagi Guardian Cahaya."

     Reia sudah menatap Selene dengan lekat karena menebak apa yang akan didengarnya, tebakan yang ia harap salah.

     "Ryuga Mine."

     Reia terbelalak dan mematung. Jika mulutnya tidak ditutup dengan begitu erat oleh Rooker, mungkin saat ini gadis berambut hitam itu akan membuka mulutnya karena sangat terkejut. Ia merinding. Perutnya serasa menggelitik. Darahnya seakan naik dan mendidih. Tatapannya beralih pada Haku.

     Bola mata sebiru langit. Rambut seputih salju. Energi kekuatan yang begitu menggetarkan dan hebat. Pantas saja aku seperti mengenal anak itu. Mereka begitu mirip! Tangan Reia mengepal dengan kencang. Matanya penuh dengan kemarahan menatap Haku.

     Selene berkata, "Sebagai warisan Ryuga Mine, kau sudah dianggap monster di mata semua orang. Mungkin Guardian akan menggunakanmu sebagai senjata, tapi percayalah, tak lama mereka akan merasakan senjata yang mereka gunakan terlalu berbahaya. Pada akhirnya mereka akan membinasakanmu."

     Wajah-wajah para Guardian yang dikenal Haku kini terlintas di ingatan pemuda itu. "Mereka tidak akan membinasakan-ku," tegasnya.

     Wajah Kanata kini terlintas dalam ingatan Haku. "Aku tidak akan menjadi Iblis dan bergabung dengan kalian. Aku akan melindungi mereka semua dari kejahatan kegelapan!"

     Sinar hitam yang menyelimuti tubuh Haku terlihat berkurang. Warna putih kembali mendominasi. Melihat itu, ketiga Alastair sama sekali tidak senang. Tak lama Aludra kembali menyunggingkan senyuman licik. Ia mengayunkan pelan tangan kanannya yang membuat akar-akar bermunculan membungkus tangan Haku dan memaksa Haku bertekuk lutut.

     Aludra mendekatkan diri pada Haku dan tangannya meraih syal merah yang dikenakan pemuda itu hingga melepaskannya dari leher Haku. Aludra memperhatikan syal di tangannya. "Menutupi energi bahkan aroma bagi pemakainya. Pelindung yang benar-benar membuatmu tidak akan bisa terdeteksi oleh Iblis dalam Limbo maupun di luar Limbo. Benar-benar barang yang bagus." Aludra lalu meremas keras syal itu dan menatap Haku. "Lalu kenapa kami dapat menemukanmu?"

     Aludra melemparkan syal merah itu dan tersenyum. "Mereka tidak akan membinasakan-mu, kau bilang?" Sinar mata Aludra benar-benar terlihat penuh dengan aura membunuh saat ini. "Justru salah satu dari mereka-lah yang memberitahu kami mengenai keberadaanmu."

     Haku terbelalak kaget mendengarnya.

    "Apa kau mengira Guardian adalah penegak keadilan dan pelindung cahaya?" kata Aludra yang kemudian tertawa. Aludra terlihat begitu menikmati apa yang terjadi. Wanita itu mengeluarkan sebuah batu kecil seperti batu spinel yang tidak asing bagi Reia. "Salah satu dari mereka-lah yang menciptakan ini. Jika mereka adalah pelindung cahaya, kenapa salah satu dari mereka menciptakan batu yang dapat mengubah siapapun menjadi Iblis dan membantu para Ras Kegelapan memasuki Dunia Cahaya dengan leluasa?"

THE EXISTENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang