Haku jelas-jelas terlambat di hari pertamanya pada pelajaran Elemen Sihir. Pelajaran itu berlangsung di kelas yang terdapat di lantai 1 Akademi Terra dan berada paling ujung timur gedung. Bisa dikatakan ruangan kelas ini yang paling terlihat lebar dari luar dibandingkan kelas lainnya.
Haku menempelkan telinga kirinya pada pintu kelas untuk memeriksa keadaan dalam kelas. "Sial, enggak terdengar apa-apa!"
Dengan perlahan dan begitu lembut, Haku membuka pintu kelas. Pemuda itu terkesiap melihat isi ruangan. Rasanya salah bila mengatakan tempat ini sebuah ruangan. Tempat ini lebih tepat dikatakan sebagai sebuah taman lapang nan luas. Wuah, apa ini yang dibilang taman dalam ruangan?
Haku menoleh melihat langit cerah terpampang jelas di tempat ini. Eeehh, langit? Apa kelas ini merupakan kelas outdoor? Haku menggelengkan kepala dengan cepat untuk menyadarkan dirinya bahwa sekarang bukan saatnya untuk terpukau.
Pelajaran Elemen Sihir berlangsung dengan menggabungkan dua kelas dalam pelaksanaannya. Ia melihat para murid yang merupakan murid 2-B dan 2-E tengah terfokus akan sesuatu yang membuat mereka berbaris membelakangi arah masuk Haku.
Terdengar suara ledakan kecil. Haku menebak bahwa mereka tengah menyaksikan pertunjukan kekuatan elemen sihir yang dikeluarkan oleh guru kelas ini, yaitu Frank Higgins. Beruntung! ujar Haku dalam benaknya sembari memasuki kelas dengan berjalan jongkok mendekati barisan murid. Aku bisa bergabung dengan mereka tanpa ketahuan terlambat, hehehe.
"Sekarang giliran kalian untuk menunjukkan elemen sihir yang kalian miliki." Terdengar suara pria dengan nada yang terasa begitu lambat hingga membuat pendengarnya serasa ingin tertidur. "Bagaimana kalau dimulai denganmu, Kohaku Nigihayami-kun?"
Eh? Haku terhenti. Barisan di depannya kini terbuka, membuka jalan yang memperlihatkan Frank berjalan mendekati pemuda berambut putih yang tengah jongkok. Kini guru kelas tersebut berdiri tepat di depan Haku.
"Kuberi kau kehormatan pertama untuk memulai pelatihan kelas ini. Silahkan perlihatkan kekuatan elemen yang kau miliki kepada kawan-kawanmu di sini," kata Frank dengan tersenyum.
Semua mata di dalam kelas kini tertuju pada Haku. Pemuda itu lalu berdiri tegak dengan wajah yang terlihat kebingungan. Frank mengayunkan tangannya, memberi isyarat untuk Haku berjalan maju, berdiri di depan barisan para murid.
"Aku sangat menantikan untuk melihat kekuatan yang kau miliki, Nigihayami-kun," lanjutnya lagi saat Haku berjalan melewatinya dengan perlahan.
Haku benar-benar merasa tidak nyaman. Bukan hanya karena tiba-tiba menjadi orang pertama yang mempraktikkan elemen sihir, tetapi juga dengan senyuman dan tatapan Frank. Senyuman yang sama yang diperlihatkan guru itu pada Haku saat berada di Aula Tengah. Senyuman licik dan sinar mata yang terasa sinis. Seakan pria itu memiliki berbagai hal yang menginginkan Haku sebagai kelinci percobaannya.
"Arahkan kekuatanmu kepada manikin di ujung sana." Ucapan Frank membuat Haku menyadari terdapat manikin monster di depan, jauh di ujung tengah taman.
Haku menghela napas untuk bersiap-siap. Ia menatap manikin itu dengan serius, lalu mengacungkan tangannya ke arah sasaran. Beberapa detik kemudian, Haku berbalik menatap Frank dan tersenyum canggung sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ba-bagaimana cara mengeluarkan kekuatan elemen?"
Frank terdiam. Para murid 2-B terlihat tertawa kecil mengejek, sedangkan murid 2-E hanya terdiam seakan tidak peduli.
Tidak ada Daichi di sana, karena yang Haku tahu kawannya itu tengah mengikuti mata pelajaran Pemanggilan dikarenakan dirinya yang tidak memiliki kekuatan elemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXISTENCE [END]
Fantasy*Seri ke-1 The Existence Series* [15+] Pandangan orang-orang di tempat kelahirannya yang selalu menatapnya dengan sinis dan ketakutan, tanda lahir di punggung telapak tangan kirinya yang membuat dirinya dipanggil "Titisan Iblis" atau "Anak Pemb...