38-RODA TAKDIR

2.7K 284 34
                                    

     Reia hanya terdiam mendengarkan cerita Haku. Gadis itu masih melipat tangan di bawah dada. Haku yang telah menyelesaikan kisah masa lalunya hanya terduduk dengan menundukkan kepala, menyebabkan rambut putihnya menyembunyikan wajah yang terlihat begitu sedih.

     Reia yang melihat tubuh Haku gemetar merasakan itu sudah sewajarnya karena pemuda tersebut telah memberanikan diri untuk mengingat kenangan yang menjadi trauma pada masa kecilnya dan kini mengungkapkan kisah itu pada dirinya.

     "Karena aku Ichiro mati! Akulah pembunuhnya, bukan Iblis itu! Aku juga membahayakan nyawa Ayaka dan yang lainnya," ujar Haku di tengah keheningan.

     Reia melepaskan lipatan tangannya dan berjalan mendekati Haku. Tangannya akan memegang kepala pemuda itu, tetapi gerakannya terlihat ragu dan akhirnya ia mengurungkan niatnya.

     "Saat seseorang gugur untuk mengorbankan diri demi nyawa orang lain, itu telah melahirkan tanggung jawab bagi yang diselamatkan. Tanggung jawab itu adalah untuk terus bertahan hidup agar kehidupan sang pelindung tidak terbuang dengan sia-sia," kata Reia dengan tatapan menerawang seakan mengingat segala hal yang telah ia lewati dalam hidupnya.

     Reia membawa pandangannya kepada Haku dan melanjutkan, "Haku ... demi sepupumu yang telah meninggal itu, jangan pernah berpikir kematianmu adalah jawaban dari segalanya. Kau harus memperjuangkan hidupmu. Dengan begitu, kau akan membuatnya tetap hidup di dalam dirimu. Hiduplah dengan penuh semangat, bangga, dan bahagia sehingga sepupumu dapat melihat bahwa ia telah memberikan kehidupan yang begitu berharga dan berarti bagimu."  Ucapan Reia membuat Haku menengadah menatapnya.

     "Iblis telah mengincar anak-anak itu dari awal dan memperangkap mereka dalam Limbo. Dengan keberadaanmu di Limbo saat itu, kau telah menyelamatkan hidup mereka." Reia melakukan apa yang ragu dilakukannya tadi. Ia mengelus lembut kepala Haku dengan tangan kirinya dan berkata, "Kerja yang bagus, Haku ... walau mereka tidak menyadari itu, kau telah menyelamatkan mereka ... Terima kasih."

     Reia tersenyum lembut. Haku tertegun. Rasa langka itu datang lagi. Hangat.

     Senyuman lemah menghiasi wajah Haku. Pemuda itu lalu mengambil tangan Reia dari kepalanya. Membawa tangan yang begitu nyaman bagi dirinya ke depan dada dan menangkupnya dengan kedua tangan.

     "Kamu menepati janjimu," imbuh Haku yang membuat ada sinar bertanya dalam mata Reia. "Saat di Limbo kamu mengatakan, 'Jika sesuatu yang buruk terjadi, aku yang akan menghentikannya'. Saat aku akan berubah menjadi Iblis, kamu menghentikannya ... Terima kasih, Reia."

     Reia tertegun menatap Haku. Senyuman tulus dan sinar mata yang begitu hangat yang dimiliki pemuda itu membuat Reia merasa tidak nyaman. Amarah setiap melihat Haku yang begitu mirip dengan Ryuga Mine kini berubah menjadi rasa gelisah. Aku orang yang paling tidak pantas mendapatkan ucapan terima kasih darimu, bisik Reia dalam benaknya.

     "Bagaimana caramu bisa menghentikan kegelapan Batu Atropes dalam diriku? Apa itu juga salah satu kekuatan matamu?" tanya Haku yang membuat Reia mengangkat kedua alis.

     Sejenak Reia terdiam. Terpaku menatap sepasang bola mata biru langit itu. Reia lalu mengangguk dan menjawab, "Saat kau membebaskan para Kalinys dengan cahaya, aku sempat terkejut bagaimana bisa kau melakukannya dengan kekuatan itu, karena yang kutahu kau memiliki kekuatan es. Lalu aku tersadar, 'Ah, dia masih memiliki kekuatan yang tertidur dalam dirinya'. Dengan berpikiran seperti itu aku mencoba membantu memudahkan kekuatan itu untuk muncul.

     "Kekuatan mataku, Mata Horus, dapat melihat kekuatan dan kelemahan baik itu makhluk hidup atau pun mati. Mata Horus juga membantuku dalam menebak pola pikir lawanku. Bisa dikatakan aku beruntung dan sial memiliki kekuatan mata ini. Dengan menggunakan Mata Horus, aku melihat apa yang harus kulakukan untuk membangunkan kekuatan cahayamu. Selain itu..."

THE EXISTENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang