Haku berdiam diri di kamarnya. Ia hanya duduk di atas ranjang sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Beberapa saat terlewati, ia mendengar ketukan pintu dan suara Kanata memanggilnya.
"Biarkan aku sendiri untuk saat ini," respon Haku.
Mendengar suara Haku membuat Kanata sedikit merasa lega karena mengetahui bahwa keponakannya itu tidak melarikan diri dari rumah. Kanata masih terdiam berdiri di depan pintu Haku yang terkunci.
"Orangtuamu tidak membuangmu," kata Kanata yang membuat Haku mengarahkan pandangan ke pintu kamar. "Aku yakin mereka sangat menyayangimu. Percayalah! Jika tidak, mereka tidak mungkin menitipkanmu kepada kami. Mereka hanya pergi karena suatu alasan yang harus mereka selesaikan.
"Maaf selama ini membuatmu hidup dalam bayang-bayang. Aku dan nenekmu hanya ingin kau tumbuh selayaknya anak-anak lainnya dan aku tidak tahu saat yang tepat untuk menceritakannya," lanjut Kanata. "tapi kau harus tahu, kami ... kami sangat mencintaimu. Mungkin itu tidak cukup untuk membuatmu bahagia—"
Pintu kamar Haku terbuka. Kanata kini melihat Haku berdiri di depannya. "Paman sudah terlambat kerja," ucap Haku yang membuat Kanata terpaku menatapnya. "Cepatlah pergi kerja. Nanti aku juga akan berkunjung."
Kanata tersenyum lega karena tahu ini adalah kebiasaan Haku dalam menyampaikan bahwa dirinya baik-baik saja.
"Dan jangan lupa untuk menceritakan semuanya padaku. Aku akan menunggu," Haku melanjutkan. "tapi jangan lama-lama. Paman tahukan aku tidak bisa menahan rasa penasaranku."
Kanata tertawa melihat tingkah keponakannya itu. Ia mengacak-acak rambut Haku yang membuat anak itu meronta sebal.
"Aku pergi dulu," ujar Kanata kemudian beranjak meninggalkan Haku, namun pria itu tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Aku baru ingat, kau bilang 'Iblis menginginkanmu', itu berarti kau bertemu dengan mereka? Lalu bagaimana kau bisa lolos?"
Mata Haku kini sedikit membesar dari biasanya karena tidak menyangka pertanyaan itu. Ia lalu tersenyum nakal dan menjawab, "Give and Take. Paman ceritakan apa yang ingin kudengar maka akan kuceritakan petualangan kecilku."
Kanata terbelalak mendengar jawaban keponakannya dan kemudian tertawa lepas. Ia kembali menggerakkan langkahnya meninggalkan Haku.
()xxx[:::::::::::::::>
Senja hari telah tiba saat Haku sampai di depan tempat kerja pamannya. Kanata bekerja sebagai salah satu manajer di Kantor Dee-Aoi, kantor periklanan dan hiburan di Kota KisekiRifu. Tidak membuang waktu, ia segera memasuki gedung perkantoran besar itu untuk menemui pamannya.
Ruangan depan kantor terlihat begitu sepi, bahkan penjaga maupun receptionis tidak terlihat. Bukan hanya mereka, tidak satu pun orang terlihat yang membuat Haku bertanya-tanya apakah jam bekerja memang telah berakhir.
"Sebaiknya aku telpon Paman saja," imbuh Haku akan mengeluarkan ponselnya, akan tetapi ia menghentikan tindakannya tersebut saat tiba-tiba ruangan terasa semakin gelap.
Ruangan yang gelap kini hanya disinari cahaya dari luar jendela yang terlihat memerah. Haku melihat cat-cat dinding di sekelilingnya yang terkelupas. Lantai gedung pun berubah menjadi retak. Kejadian yang terasa seperti deja-vu ini membuat Haku merasa khawatir dan segera mengarahkan pandangannya ke jendela untuk memastikan apa yang ia pikirkan.
Bulan yang terlihat berdarah, Limbo!
Ia lalu membalikkan badannya karena merasakan bahwa dirinya tidak sendiri. Sosok mengerikan muncul dihadapannya. Iblis. Tidak hanya satu, kini lima iblis berada di depannya.
()xxx[:::::::::::::::>
"Tidak ada apa-apa di sini. Kurasa kita harus mencarinya di tempat lain," keluh Longwei.
Makhluk bertubuh kecil itu kemudian terbang menghampiri tuannya yang tengah berdiri di dekat salah satu jendela dalam ruangan, memandang keluar dengan tatapan bosan dan melipat tangan di bawah dada.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
"Ingatkan aku lagi untuk apa kita berada disini?" tanya gadis berambut hitam tanpa menatap Longwei. Ia terlihat bosan karena sudah menghabiskan waktu berjam-jam di dalam limbo.
"HAH?!" suara Longwei yang keras menggema di ruangan. Ia yang menyadari suaranya terlalu keras, lalu bergerak semakin mendekat pada tuannya dan dengan suara pelan hampir berbisik melanjutkan, "Bukankah misimu menghapuskan makhluk-makhluk yang berada dalam 'Death List' Hermka-mu. Berdasarkan info yang diberikan, aktifitas aneh dirasakan terakhir berada di sekitar sini.
"Target misimu sudah berkurang mengingat kau telah menghapus satu dalam daftar dan siapa sangka legiun kadal yang kau musnahkan di hari pertama-mu di Terra adalah salah satunya," cetus Longwei.
Seperti tidak memperdulikan apa yang didengarnya, gadis itu tetap terlihat malas dan menguap.
"REIA!!!" teriak Longwei memanggil nama gadis bersyal merah tersebut karena kesal.
Reia mengusap telinganya yang sedikit sakit akibat teriakan pelayannya itu. Ia menatap makhluk kecil berambut panjang di depannya. "Bukankah kau pintar dalam urusan mantra sihir? Gunakan saja sihir yang berkekuatan pelacak atau apalah namanya. Aku bisa mati terperangkat di lingkaran kebosanan ini!"
"Kalau aku punya kekuatan seperti itu dari tadi telah kulakukan! Apa kau bodoh?!"
Reia segera menghimpit tubuh kecil Longwei dengan kedua telapak tangannya dan menatapnya dengan ekspresi mengancam. "Aku bosan, karena itu sekarang aku menjadi mengantuk. Karena mengantuk, mood-ku menjadi buruk. Kau tahu jelas apa yang bisa kulakukan jika dalam keadaan seperti ini."
Longwei terlihat memucat dan mengeluarkan keringat dingin melihat tuannya yang dirasakannya begitu menyeramkan. "A-aku mengerti! Ayo sama-sama kita cari lagi, ya, ya," bujuknya dengan nada begitu ramah dan tersenyum agar setidaknya bisa mengurangi bad mood Reia dan melepaskan himpitan pada tubuhnya.
PRAAAANG...!!!
Terdengar suara kaca yang pecah dari arah sayap timur gedung tempat mereka kini. Dari besar suaranya, kaca yang pecah tersebut pasti berukuran sangat besar. Suara tersebut membuat Reia dan Longwei segera mengalihkan pandangan mereka ke arah asal suara.
()XXX[:::::::::::::::>
Di tempat yang menjadi asal suara itu, kaca jendela setinggi 4 lantai yang berada di atrium gedung Dee-Aoi pecah akibat terkena serangan salah satu iblis yang mencoba melukai Haku.
Atrium tersebut kini dipenuhi oleh para iblis level 1 dengan berbagai bentuk dan ukuran di setiap sudut ruangan yang menyebabkan Haku terjebak di tengah-tengah dan tidak dapat melarikan diri lagi.
"Percuma untuk melawan." Terdengar suara yang begitu berat dan besar yang membuat Haku membalikkan badannya ke arah pemilik suara.
Haku melihat sosok Iblis dengan tubuh yang begitu kekar. Memiliki wajah yang sangat garang. Ukuran tubuhnya sedikit lebih tinggi dibandingkan ukuran manusia biasa. Beberapa bagian tubuhnya dipenuhi dengan api. Kulitnya seperti arang yang menyala akibat panas api.
"Nephilim, Iblis Jomei datang untuk menjemputmu," ujar Iblis tersebut.
To Be Continued...
_________________
Mulmed: Itu dia si paman di cerita ini, Kanata Nigihayami ^^.
_________________
A/N:
Finally, nama si gadis misterius dari dunia seberang muncul! Moga namanya enggak mengecewakan Readers ya...^^
Vote,Comment,Saran+Kritik silahkan...akan q tunggu ^_~
Arigato dah baca cerita q ini...Smoga bisa menghibur...
See you next chapter...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXISTENCE [END]
Fantezie*Seri ke-1 The Existence Series* [15+] Pandangan orang-orang di tempat kelahirannya yang selalu menatapnya dengan sinis dan ketakutan, tanda lahir di punggung telapak tangan kirinya yang membuat dirinya dipanggil "Titisan Iblis" atau "Anak Pemb...