"Gunakan kekuatanmu! Mungkin kau akan melukai manusia ini dengan kekuatanmu yang tidak terkontrol. Kau tidak berbeda dengan kami, iblis yang melukai orang-orang sekitarnya dengan kekuatan yang kau miliki!"
Haku sangat bingung harus berbuat apa. Ia merasa Jomei benar. Haku dapat melukai Kanata karena kekuatan yang dimilikinya tidak terkendali. Kejadian enam tahun yang lalu dapat terulang lagi.
Haku berusaha menggerakkan tubuhnya untuk menghentikan tindakan pamannya tersebut, tetapi tubuhnya tidak dapat bergerak sesuai keinginannya. "Paman...," panggil Haku putus asa. Ia melihat ujung pecahan itu telah sedikit melukai leher Kanata yang membuat Haku begitu takut dan khawatir.
Reia dan Longwei masih terlihat menyaksikan kejadian itu.
"Reia, kau sendiri yang mengatakan kalau kita tidak boleh menarik perhatian di Terra. Apa pun yang terjadi kita tidak boleh ikut campur. Urusan Terra harus diurus dengan makhluk Terra itu sendiri," kata Longwei menatap Reia dengan serius.
Reia sama sekali tidak menjawab dan terus melihat tontonan di bawahnya. Ekspresinya sangat sulit untuk ditebak. Gadis itu lalu membalikkan badannya membelakangi Haku dan akan berjalan meninggalkan tempat tersebut, tapi...
"Tolong..."
Suara yang begitu putus asa dari atrium itu membuat Reia menghentikan langkahnya.
"Tolong keluargaku..."
Reia membalikkan badannya dan menatap pemuda berambut putih. Tubuh Haku kini tergeletak dengan dadanya yang menyentuh lantai. Tangan kanannya terlihat berusaha menggapai tubuh Kanata yang begitu jauh dari dirinya.
"Tolong ... keluargaku...," pinta Haku dengan mata yang berkaca-kaca penuh ketidakberdayaan.
Saat itu di penglihatan Reia bukan Haku yang berada di depannya, melainkan seorang gadis kecil berambut panjang hitam dengan mengenakan gaun bergaya victoria berwarna merah tua berenda. Gadis kecil itu memiliki posisi yang sama seperti yang dilakukan Haku saat ini. Dengan genangan darah dibawah tubuhnya.
"Tolong keluargaku...," ucap gadis kecil itu menangis dengan penuh putus asa. "Kumohon ... tolong selamatkan keluargaku..."
Seketika, penglihatan itu menghilang. Kini Haku-lah yang berada dihadapannya.
"Tsk! Merepotkan!" gumam pelan Reia terlihat terusik.
Praang!
Pecahan kaca dilepaskan Kanata dan pecah. Haku dan Jomei yang melihat itu terkejut karena tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Tubuh Kanata akan terjatuh, akan tetapi terlihat tangan yang dilingkarkan di pinggang Kanata yang menahannya agar tidak terjatuh.
Mata Haku kini terbuka lebih dari biasanya saat melihat tubuh Kanata dibaringkan dengan lembut oleh seorang gadis berambut pendek sebahu dengan berbusana hitam dan mengenakan syal merah. Gadis yang tidak asing lagi baginya.
"Guar ... dian," panggil Haku tidak percaya.
Longwei begitu terkejut dengan membuka lebar mulutnya melihat tuannya yang telah melompat ke tempat kejadian yang seharusnya tidak dicampurinya.
"Siapa kau? Guardian?" tanya Jomei yang jelas tidak senang.
Reia kembali berdiri setelah membaringkan Kanata. Gadis itu menatap Jomei dengan tatapan dingin, lalu ia tersenyum kecil. "Hanya turis yang kebetulan lewat," jawab Reia.
Jomei berlari dan melayangkan pukulannya yang dihindari dengan lompatan berputar Reia melewati tubuh tinggi Jomei. Bola mata Reia saat itu telah berubah warna. Pupilnya merah dan irisnya abu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXISTENCE [END]
Fantasía*Seri ke-1 The Existence Series* [15+] Pandangan orang-orang di tempat kelahirannya yang selalu menatapnya dengan sinis dan ketakutan, tanda lahir di punggung telapak tangan kirinya yang membuat dirinya dipanggil "Titisan Iblis" atau "Anak Pemb...