Reia terdiam menatap Haku. Menantikan apa yang ingin disampaikan pemuda itu. Sepasang bola mata biru langit menatap lekat gadis di depannya. "Aku sudah tahu semuanya," ucap Haku dan ia kembali terdiam.
Haku terlihat akan mengatakan sesuatu, tetapi Reia tahu ia masih mencari kalimat yang tepat. Ingin berhati-hati dengan apa yang akan disampaikannya. Akhirnya Haku kembali bersuara, "Aku enggak peduli jika kamu adalah ... Iblis. Bahkan jika kamu lebih buruk dari itu aku enggak mempermasalahkannya ... karena kamu adalah Reia."
Reia mengangkat kedua alisnya saat mendengarkan hal tersebut. Haku lalu melanjutkan, "Sekarang kita sudah melakukan Soul Contract, selanjutnya apa yang harus kita lakukan?"
Iblis? Kurasa gertakanku yang bisa dibilang terlalu mendramatisir untuk menakutinya 3 hari yang lalu membuatnya benar-benar belajar ... Yah, dilihat dari mana pun apa yang kukatakan padanya akan berujung pada kesimpulan aku adalah Iblis, bisik Reia dalam hati.
Reia lalu berkata, "Tenang saja. Aku bukan Iblis. Ucapanku malam itu sedikit berlebihan. Aku mengatakan itu karena—" Reia menyadari sesuatu dari ucapan Haku tadi.
"Tunggu sebentar. Tadi kau bilang "kita sudah melakukan Soul Contract". Kapan itu terjadi?" tanya Reia.
"Tadi di taman. Kamu sebagai orang yang dapat melakukan Soul Contract dan aku melakukan penyegelan," jawab Haku.
Reia mengerutkan dahinya. Dia sedang mencerna segala hal yang terjadi dan akhirnya gadis itu mengerti ada kesalahan di sini. Apa dia bodoh? Ah, Pasti dia bodoh.
Reia menggosok-gosok keningnya. Kepalanya saat ini terasa begitu pengap dan serasa akan meledak. Gadis itu sadar bahwa Haku telah salah memahami proses Soul Contract. "Haku, sejak kapan penyegelan Soul Contract dilakukan dengan ciuman? Apa kau benar-benar belajar selama 3 hari ini?"
Haku memiringkan kepala dengan memperlihatkan tampang bingungnya yang terlihat begitu polos seperti anak kecil. Dia teringat jika informasi penyegelan dilakukan dengan ciuman didapatkannya dari Daichi.
Tunggu dulu! Daichi hanya bilang penyegelan dilakukan seperti di "Pertunjukkan Hiburan". Dia enggak pernah mengatakan dengan ciuman. Aku sendiri yang menyimpulkan segel kontrak terjalin dengan ciuman, pikir Haku.
"La-lalu bagaimana caranya?" tanya Haku mulai khawatir.
"Proses sihir dengan melibatkan pentagram-pentagram, semacam itulah. Yang pasti tidak melibatkan ciuman!" jawab Reia hampir membentak.
Haku mematung dan hanya terbentuk tanda "O" di mulutnya. Haku lalu mengingat bahwa yang dikatakan Daichi memang benar. Pertunjukkan hiburan yang dikatakan Daichi dan diartikan adalah TV oleh Haku memang memperlihatkan ritual sihir semacam itu untuk melakukan kontrak sihir.
Haku melirik bibir Reia dan segera mengalihkan wajahnya ke samping. Wajahnya memerah seperti tomat sekarang. Astaga! Apa yang sudah kulakukan?!
Haku segera menundukkan setengah badannya ke arah Reia. "Maaf! Aku telah lancang menci- ... menci—" Haku kini tidak sanggup untuk mengucapkan kata "ciuman" pada Reia karena sangat malu.
Walau Haku menunduk, Reia dapat melihat telinga Haku yang memerah. Haku segera berdiri tegak dan menatap Reia dengan pipi merahnya dan terlihat serius. "Aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku!"
Reia terdiam dengan matanya yang membesar dan akhirnya, "Pfffthahahahaha..." Tawa Reia pecah yang membuat Haku bingung. Di sela tawanya Reia berkata, "Tanggung jawab? Yah, aku hamil hanya karena dicium olehmu sehingga kau harus bertanggung jawab."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXISTENCE [END]
Fantasy*Seri ke-1 The Existence Series* [15+] Pandangan orang-orang di tempat kelahirannya yang selalu menatapnya dengan sinis dan ketakutan, tanda lahir di punggung telapak tangan kirinya yang membuat dirinya dipanggil "Titisan Iblis" atau "Anak Pemb...