31-PASUKAN KEGELAPAN

2.9K 294 37
                                    

     Tubuh Haku terhempas dan berguling-guling saat akar yang melilit tubuhnya terlepas. Menjatuhkan Haku di atas lantai marmer hitam dalam ruangan yang begitu besar seperti sebuah aula dengan langit-langit yang melengkung. Terlihat beberapa Kalinys menghiasi lantai ruangan.

     Haku bangkit dari jatuhnya dan segera berbalik ke arah pintu ganda untuk mencari seseorang yang direbut darinya. "Reia!" teriak Haku akan berlari, tetapi langkahnya terhenti saat melihat beberapa Iblis level 1 memasuki ruangan dari pintu itu dan menyebar di sudut-sudut ruangan.

     Melalui pintu tersebut, seseorang bertubuh jangkung memasuki ruangan. Pria itu terkekeh. "Mencari seseorang, Bocah Nephilim?" tanyanya.

     Haku terbelalak melihat Reia masih berada dalam kuasa tangan pria itu. Tatapan yang menghiasi wajah Haku berubah menjadi marah.

     "Oi, oi, matamu bisa keluar kalau terus menatapku seperti itu. Tenang saja, pacarmu ini aman di tanganku," kata pria kekar tersebut yang tidak melepaskan dekapannya pada Reia. Tubuh tingginya membuat dekapan tersebut mengangkat tubuh Reia, seakan-akan gadis itu tidak menjadi beban sama sekali. Ia lalu mendekatkan wajahnya hingga pipinya mengelus kepala Reia. "Itu pun kalau kamu menjadi anak yang baik."

     "Lepaskan dia! Urusanmu denganku, kan?! Aku sudah di sini, jadi apa mau-mu?" tanya Haku.

     "Urusan kami memang denganmu, tapi bukan aku yang membawa gadis ini. Kamu sendiri yang membawanya saat kami mengincarmu," jawab pria itu membuat Haku terdiam. Haku memang sadar semua ini kesalahannya.

     Kami? Reia menautkan alis. Merasa janggal dengan kalimat yang baru ia dengar, gadis itu mengarahkan pandangannya pada salah satu sudut ruangan yang gelap karena merasakan 2 orang dengan kekuatan yang tidak bisa dianggap remeh berada di sana.

     "Aw~, Rooker ... bukan begitu cara memperlakukan wanita. Itu sebabnya kau tidak populer di kalangan gadis-gadis," celetuk seorang gadis berambut pirang panjang yang muncul dari arah gelap yang dipandang Reia. "Jangan melukai manusia yang menjadi teman tamu kita."

     Gadis pirang itu tidak sendiri. Di sampingnya terlihat gadis berambut panjang berwarna abu.

     "Berisik kamu, Aludra! Aku enggak peduli dengan gadis-gadis bodoh dan enggak berguna!" sahut pria jangkung yang bernama Rooker itu pada gadis berambut pirang dengan jengkel.

     Aludra tertawa kecil mendengar Rooker. Mata merah darahnya lalu menatap Haku dan ia tersenyum lebar. "Wah..., kau lebih tampan bila dilihat langsung. Aku hanya melihat fotomu saat ditugaskan untuk membawamu ke tempat ini." Walau gadis di depannya itu cantik dan memasang ekspresi ramah, Haku merasa tidak nyaman dengannya. Haku merasa Aludra adalah sosok berbahaya.

     "Apa kalian tidak bisa mengundang orang dengan cara baik-baik?" tanya Haku yang kini terlihat begitu berantakan karena pelarian dirinya dan Reia selama menuju tempat ini.

     "Kebiasaan Rooker sulit untuk dihentikan. Dia tidak akan tenang tanpa bermain denganmu terlebih dahulu dengan perangkap-perangkap buatannya." Gadis berambut abu menimpali. Ekspresinya datar, tapi saat Haku menatap sepasang bola matanya yang berwarna emas, Haku tahu pasti, gadis ini berdarah dingin.

     "Apa yang kamu ocehkan, Selene?! Kamu juga menikmati permainan yang kuberikan pada mereka, kan? Jujur saja kamu juga ingin ikut campur tangan untuk menyiksa mereka," tukas Rooker.

     Di tengah perbincangan ketiga orang itu, Reia memperhatikan seisi ruangan. Matanya terhenti pada bagian tengah atas aula, yang memperlihatkan beranda dengan pintu ganda yang terbuka. Tidak terlihat siapa pun di sana karena yang terlihat hanya kegelapan, tapi Reia tahu ada orang di sana.

THE EXISTENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang