Kohaku Nigihayami kini berada di Gedung Perpustakaan yang berada di belakang Gedung Akademi Terra. Gedung perpustakaan milik Akademi Terra ini sangat besar dan berlantai 8 sehingga membuat tampilannya seperti menara.
Rak-rak buku berbaris dan ada juga yang terentang sepanjang dinding ruangan hingga ke langit-langit kubah. Tangga-tangga panjat bergerak sepanjang rel, memudahkan untuk mengambil buku di tempat ini. Terdapat 12 meja seperti mimbar yang memiliki kekuatan sihir untuk mengakses pencarian buku-buku perpustakaan. Meja-meja besar yang memanjang menyediakan tempat yang nyaman bagi pengunjung perpustakaan.
Awalnya Haku merasa risih berada di perpustakaan ini saat ia mendapatkan hukuman untuk membersihkan gedung perpustakaan. Melihat banyaknya buku dan tampilan perpustakaan seperti bangunan Inggris abad pertengahan membuatnya merinding. Ditambah lagi, film-film yang pernah ia tonton mengenai sekolah sihir selalu memiliki hantu pada ruang perpustakaannya. Hal yang sangat ia syukuri, perpustakaan Akademi Terra bersih dari makhluk yang paling dibenci Haku.
Haku kini tengah bertugas merangkum buku sebagai ganti dirinya yang tidak mengikuti pelajaran elemen sihir yang diajar oleh Frank Higgins. Perpustakaan yang begitu sunyi dan sepi, bahkan tidak ada satu makhluk di dalamnya, membuat Haku mulai merasa bosan. Haku menguap sembari terus membaca buku yang tebalnya bisa membuat kepala siapa pun mengalami gegar otak apabila tertimpa oleh benda ini. Setidaknya itu pemikiran yang terlintas di otak Haku.
Hanya suatu hal yang tidak disengaja, Haku melirik ke beberapa barisan rak buku dan tepat saat itu ia melihat sekelebat bayangan bergerak cepat melewati jalan belakang deretan rak.
"Huh?" Haku mengusap kedua matanya karena mengira ia berimajinasi akibat rasa kantuk yang dirasakannya. Sekelebat bayangan itu kembali lagi, tetapi kini terlihat lebih jelas. Memperlihatkan bayangan biru ukuran tubuh anak kecil.
Haku menegang. Posisi duduknya kini begitu tegak dan seakan menjadi patung melihat ke tempat yang sama. Dengan cepat ia menidurkan kepalanya di atas meja—wajah yang menghadap jendela besar ruangan—membelakangi barisan rak-rak buku dalam ruangan.
A-a-a-apa itu? Ma-ma-masa hantu? Enggak, enggak, enggak! Ini pagi menjelang siang. Hantu gak akan keluar pada hari yang cerah, kan? Pasti hanya imajinasiku! Itu hanya bayangan yang dipantulkan sinar matahari melalui jendela. Pasti! oceh Haku dalam hatinya.
"Ba-baiklah. Tugasku selesai di tempat ini. Le-lebih baik aku pergi," ucap Haku dengan memasang gaya berani, tetapi suaranya terdengar gemetaran. Haku akan bangun dari duduknya hingga akhirnya ia mendengar suara langkah kaki. Sekali lagi, Haku menidurkan kepalanya di atas meja dengan gerakan cepat sehingga menimbulkan suara benturan saat kepalanya menyentuh meja.
Oiiiii, kenapa sekarang ada suara?! Di sini enggak ada orang selain aku! Apa itu benar-benar hantu? Di hari cerah seperti ini? Enggak mungkin, enggak mungkin! Apa dia marah karena aku mau pergi? teriak Haku dalam hatinya.
Suara langkah itu masih terdengar bahkan kini semakin jelas, seperti mendekatinya. Eeeehhh, kenapa? Kenapa ke sini? Apa tempat Guardian yang biasa membasmi Iblis juga bisa dihuni oleh hantu? Aku akan memberi masukan saran dan kritik agar nantinya Guardian enggak hanya membasmi Iblis tapi juga hantu dari muka bumi ini ... Tunggu sebentar, aku juga Guardian, itu berarti nantinya aku juga akan dapat tugas untuk membasmi hantu. Enggak, enggak. Aku menarik kembali saran dan kritikku!
Mata Haku terbelalak dan wajahnya memucat saat merasakan tangan kecil menepuk pelan punggungnya. Haku segera terlonjak dan membentuk salib dengan kedua jari telunjuknya. "Jangan mendekat!" teriak Haku menutup mata.
Jeda keheningan terasa. Haku perlahan membuka mata dengan mengintip dan melihat sosok anak kecil berambut biru muda yang memiliki telinga runcing tengah tersenyum lebar hingga membuat matanya tertutup. Haku segera memperbesar jarak mereka. "Si-siapa kamu? Ha-hantu, kah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXISTENCE [END]
Fantasy*Seri ke-1 The Existence Series* [15+] Pandangan orang-orang di tempat kelahirannya yang selalu menatapnya dengan sinis dan ketakutan, tanda lahir di punggung telapak tangan kirinya yang membuat dirinya dipanggil "Titisan Iblis" atau "Anak Pemb...