Haku menghentikan langkah saat sampai di Tamah Tengah KisekiRifu. Tangannya bergerak memegangi dada dan merasakan jantungnya berdetak dengan kencang, entah diakibatkan berlari atau pertemuannya dengan Ayaka.
Haku mengatur napasnya untuk menenangkan diri. Matanya kini tertuju pada Reia yang tengah duduk di pinggiran air mancur dengan sesekali mengecek jam tangan.
Pandangan Reia lalu beradu dengan Haku. Gadis itu segera bangun dari duduknya. Senyuman khas milik Reia terlihat—senyuman miring yang sedikit terkesan sinis.
"Kukira kau tidak akan datang," sapa Reia saat Haku berada di depannya. "Kurasa 3 hari ini kau belajar banyak." Gadis bersurai hitam itu terlihat santai menebak Haku telah mencari informasi mengenai hal-hal yang ia katakan menyangkut Soul Contract.
"Jadi bagaimana? Tidak perlu ada rasa bersalah. Apa pun keputusanmu tidak menjadi masalah bagiku," lanjut Reia.
Haku diam menatap Reia dengan lekat. Pemuda itu terlihat begitu serius yang membuatnya tampak lebih dewasa dibanding biasanya di mata Reia.
Perhatian Reia yang terfokus pada Haku menjadi teralihkan saat air mancur menyemburkan tarian air yang diberi nama Pelangi Takdir. Di tengah Reia yang melihat indahnya semburan air mancur itu, Haku terus menatapnya.
"Selama ini aku selalu berpura-pura kuat, tapi sebenarnya hidupku selalu dikelilingi oleh dinding-dinding tinggi yang memperangkapku di dalam kegelapan. Rasa bersalah dan penyesalan selalu menyertai alam sadarku sehingga aku sering ingin menutup mata untuk mencari ketenangan," ungkap Haku.
Mendengar itu, Reia kembali menatap sepasang bola mata yang memiliki warna seperti langit biru yang meneduhkan. Sepasang bola mata yang selalu memancarkan sinar ketulusan.
"Seperti mimpi kamu tiba-tiba datang ... membawa cahaya yang perlahan masuk melalui celah-celah dinding yang selalu memberikanku kegelapan," lanjut Haku. "Berulang kali aku berpikir kamu hanya mimpiku yang datang untuk menenangkan rasa lelahku, tapi saat aku membuka mata, kamu ada di depanku. Nyata."
Ucapan Haku membuat Reia terpaku pada pemuda di depannya. Kedua alis gadis itu sedikit terangkat. Ia benar-benar tidak menyangka akan mendengarkan rangkaian kalimat seperti yang dituturkan oleh Haku saat ini.
"Reia ... kehadiranmu membawa harapan dan ketenangan yang bahkan enggak pernah terlintas di pikiranku akan benar-benar ada," ujar Haku.
Siapa pun yang melihat sepasang mata milik pemuda berambut putih itu pasti tahu bahwa Haku menyampaikan ucapan tersebut dari lubuk hatinya yang terdalam. Ungkapan yang begitu tulus yang diucapkan dari mulut Kohaku Nigihayami.
"Eh? Ke-kenapa tiba-tiba..." Reia mulai merasa canggung dan berdebar dikarenakan ia tidak terbiasa berada dalam situasi seperti sekarang.
Haku melepaskan syal merah dari lehernya dan melingkarkan syal itu ke leher Reia. Sedetik gadis itu melihat syal merah yang tengah dipasang oleh Haku. Mata Reia lalu beralih ke pemuda berambut putih. Ia menautkan alisnya karena bingung apa yang dilakukan Haku.
"Aku enggak akan berpura-pura kuat lagi. Aku akan berjuang untuk menjadi kuat yang sebenarnya. Aku enggak bisa mengatakan rasa sesal dan bersalah atas segala hal yang telah terjadi karena insiden itu akan hilang dari hidupku, tapi walaupun begitu ... aku akan terus berjuang dan pantang menyerah untuk menjalani kehidupanku," kata Haku.
Tangan Haku tidak terlepas dari syal merah. Pandangan yang melekat pada syal kini beralih menatap Reia begitu dalam, membuat Reia tidak bisa melepaskan pandangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/50445731-288-k689685.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXISTENCE [END]
Fantasía*Seri ke-1 The Existence Series* [15+] Pandangan orang-orang di tempat kelahirannya yang selalu menatapnya dengan sinis dan ketakutan, tanda lahir di punggung telapak tangan kirinya yang membuat dirinya dipanggil "Titisan Iblis" atau "Anak Pemb...