9| Chairman.

107 9 0
                                    

Walau sudah 4 hari berlalu (Eugene ijin demi kepentingan provesinya) Eugene masih tidak percaya bahwa sekarang ia satu meja dengan Sehun dan Kai. Otaknya agak aneh kemarin malam. Ternyata setelah dingat-ingat memang benar Sehun dan Kai pindah kemari dan mendapat predikat murid baru, bahkan ia mengobrol dengan Suho dkk kemarin —walau sebentar.

Tapi, tetap saja... Eugene masih tak percaya dia akan terus melihat wajah-wajah orang-orang berisik itu. Hal ini sama sekali tak pernah dipikirkan oleh Eugene. Otaknya tak menghayal sampai sana. Intinya ini benar-benar kejutan.

"Hei, Ngomong-ngomong kalian ini masuk club mana? Kalian harus mengikut satu club sebagai ekstrakurikuler." Seulgi memecah keheningan yang terjadi.

"Entahlah. Ketua club yang ingin kami masuki tak bisa kami temui." Sehun yang menjawab.

"Benar! Wah! Susah sekali bertemu dengannya! Ini bahkan sudah hari keempat!" Kai menyetujui ucapan Sehun.

Kai mendecak kesal, "Aku jadi kesal jika mengingat club! Bagaimana seorang ketua tidak bertanggung jawab seperti itu?!" lanjutnya.

Sehun mengangguk setuju atas perkataan Kai, "Bahkan para anggotanya tak memberi tahu namanya. Aneh sekali."

Eugene dan Seulgi saling berpandangan.

"Memangnya club apa?" Seulgi bertanya.

"Lagi pula bukanya tak memberitahu namanya, kalian saja yang tak bertanya kan?" lanjut Seulgi menatap kesemuanya.

"Club musik."

Seulgi langsung melotot kaget. Eugene sendiri yang sedari tadi hanya makan tak berkomentar langsung berhenti makan.

"Dan bukan berarti kami tak bertanya. Bukanya kalau ada murid baru setidaknya para ketua menawarkan clubnya bukan?" lanjut Sehun.

"Wah... Aku merasa ia seorang presiden! Susah sekali ditemui." Kai menggerutu kesal.

"Iya! Bahkan presiden lebih mudah diketahui namanya ketimbang ketua club musik!" Kai menambahkan.

Seulgi geleng-geleng kepala, "Kalau makan diamlah. Tersedak hingga mati baru tahu rasa."

Sehun mendecak, "Seulgi... Kau sangat tak seru."

"Hei! Kalian ini. Berhenti memprotes. Yah... Walau kuakui ketua club musik disini sangat sulit ditemui. Tapi, berhenti menggerutu dan makan dengan baik!" Seulgi melerai dengan tegas, sembari sesekali melirik Eugene, masalahnya ada pada Eugene.

Bukan berarti Eugene adalah pendendam, bukan. Tapi... Oh ayolah! Ini Eugene. Dia bisa sangat marah. Marah dalam artian diam. Diam. Ya, sekali lagi, Diam. Eugene lebih memilih diam atas kemarahannya dan menyetel musik sekeras mungkin untuk melampiaskannya. Eugene adalah penganut 'Music is my escapee'. Tentu saja.

Dan saat Eugene diam itu sangat tak mengenakkan. Bagi Seulgi lebih baik mendengar semua perkataan sinisnya dari pada melihatnya hanya diam. Eugene saat diam lebih menakutkan.

Seulgi berdehem keras saat semuanya sudah selesai makan, "Apakah kalian sungguh-sungguh tak ingin tahu siapa ketua club musik?"

Eugene memutar bola matanya kesal, "Hei. Aku akan pergi. Silahkan kalian bicarakan saja ketua club musik yang sulit ditemui bak presiden itu." Eugene berkata dengan ketus dan langsung pergi tanpa sempat dicegah oleh siapapun yang ada disana.

Kai berkedip heran, "Kenapa dia jadi ketus begitu?"

Seulgi memukul meja kanti dengan lumayan keras, "Babo! Kalian itu benar bodoh!"

Sehun dan Kai menatap Seulgi heran, "Kenapa kau marah?"

"Heii, jangan bilang kau suka pada Eugene." ujar Kai spontan.

"Aih... Itu tidak mungkin! Aku masih normal!" Seulgi membenarkan.

Kai membasahi bibirnya, "Heii... kenapa kau marah?"

Seulgi berdecak tak senang, "Kalian pasti tak akan senang jika tahu kebenarannya."

"Kalian benar-benar akan merasa menyesal." tambah Seulgi menatap keduanya kasihan.

"Hei, apa-apaan tatap kasihanmu itu?" Kai mengerutkan keningnya.

"Ketua club musik itu adalah...



Eugene." ucap Seulgi.

Hening beberapa detik, sampai...

"MWO?!!!"

Kai menjerit tak percaya.

***

"Aku harus meminta maaf di istirahat kedua ini!"

Kai dengan heboh berjalan menuju kelas Eugene. Kesalahan fatal telah diperbuat oleh mereka. Fatal? Ya.

Kai merasa cemas atas kecerobohan dirinya dan Sehun di istirahat pertama tadi, tapi tetap saja semua ini harus dijalankan dengan kepala dingin. Jangan asal bertindak saja, meminta maaf pada Eugene bukanlah sesuatu yang sulit, tentu saja. Hanya saja... Kau tahu? Eugene itu memiliki hati yang baik walau sifatnya yang, C'mon... Do you khow how Eugene's behavoir.

Tapi, Eugene pasti akan sulit melupakan kejadian ini. Oh ayolah! Orang akan mengatakan bahwa dirinya memaafkan orang lain, but in the fact, orang tersebut belum bisa melupakan. See? Mulut mudah berbicara, tapi berlawanan dengan hati yang sulit menerima.

"Wah... Aku merasa kasihan dengan Sehun yang sekelas dengan Eugene." ucap Kai pelan.

Kai menaiki tangga menuju kelas Eugene.

"Kelasnya kosong." Kai berujar lemas.

"Umm.... Permisi, apakah ada yang tahu dimana kelas 10-A?" Kai bertanya pada beberapa siswa.

"Ah... Kelas 10-A sedang olahraga."

Kai tersenyum senang, "Kalau begitu terimakasih."

Kai pun menuju sport center sampai hampir berlari. Seperti jika dia lambat sedikit saja semuanya akan menjadi malapetaka.

Lihat, betapa menyesalnya Kai.

-TBC-

A/N : pendek ya? Iya. Cuma 700+ words. Jadinya... Sorry. Idenya masih mentok sementok-mentoknya. Diusahain chap depan cepet publish lah ya...

Ditambah juga habis kena musibah —yang gak bisa dijelaskan satu persatu—. Jadi tolong dimaklumi...

Silly Love || Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang