#3 Bertemu Inspektur

651 41 0
                                    

Foto di atas adalah Goo He Ra.

Istirahat di kelas, He Ra datang. Ia langsung menemuiku dan mengajakku mengobrol.

Jika kalian bertanya, apakah aku punya teman selain Goo He Ra, jawabanku adalah aku tidak punya.

Goo He Ra adalah teman sekaligus sahabatku satu-satunya. Ada alasan mengapa mereka semua menjauhiku.

"Yoo In-a! Kamu mendengarku nggak sih?"

"Eh, maaf. Bisa di ulang?"
"Rain loh... Rain...."
"Kenapa Rain?"
"Dia keren banget!"

Aku menjauhkan wajahku dan menatap He Ra heran. Keren darimana coba? Dan lagi dia bukan manusia.

"Selera cowokmu aneh, Yoo In-a. Cowok anime malah disukain."

Jleb!

"Cowok di anime nggak akan mengkhianatiku!" Balasku kesal.

He Ra tidak tahu jika aku adalah 'orang bawah'nya presiden. Aku tidak ingin melibatkannya dalam pekerjaanku.

"He Ra-ssi, kamu tahu kasus tentang hilangnya gadis remaja di sekitar sini?"

He Ra mengunyah sandwichnya dan tampak berpikir, "Aku pernah dengar berita itu di TV. Tapi aku nggak tertarik."

Kelihatannya bertanya pada He Ra tidak membantuku sedikit pun.

"Tapi aku tahu salah satu korbannya adalah temanku. Makanya aku nggak mau mengungkit berita itu."

Aku terbelalak. Teman He Ra adalah salah satunya korbannya?

"Siapa nama temanmu? Dan dia sekolah di mana? Kelas berapa?" Tanyaku cepat.

"Kenapa kamu sangat ingin tahu?"

"Nggak apa-apa sih. Soalnya berita itu memang lagi gempar di TV dan aku nggak nyangka temanmu adalah salah satu korban."

He Ra tampak berpikir, "Namanya Jung Min Seo. Teman sekelasku waktu SMP dan dia sekolah di SMA Haeryung."

SMA Haeryung? Bahkan sekolah itu sama sekali tidak bagus untuk disebut sekolah.

Aku menemukan satu petunjuk tentang kasus ini. Tapi jika aku terlalu banyak bertanya, He Ra bisa mencurigaiku.

"Kelihatannya kamu begitu terpukul tentang temanmu yang hilang."

"Dia teman dekatku saat SMP. Bagaimana aku nggak terpukul?"

"Dia pasti sangat baik padamu."

"Dia terlalu baik untuk menghilang dari muka bumi ini." Raut wajah He Ra tampak sedih sekarang.

Rasanya kasihan juga melihat He Ra tampak sangat sedih. Aku harus menghentikan pembicaraan ini.

"Semoga temanmu dan yang lainnya segera ditemukan oleh NIS." Ucapku menenangkannya.

Aku pergi ke toilet untuk mengganti lensa kontak yang kupakai untuk menutupi mataku yang berwarna hijau.

Setelah dari toilet, aku malah bertemu Rain. Aku tidak ingin bertemu dengannya malah harus bertemu.

"Apa yang kaujanjikan pada Se Woo seonsaengnim sebagai gantinya?"

Aku yang sudah melewatinya seketika berhenti dan membalikkan wajahku, "Apa maksudmu?"

"Se Woo seonsaengnim tidak akan mau jadi pelayanmu jika tidak ada gantinya kan?"

Aku tersenyum, "Bukankah Se Woo seonsaengnim sudah memberitahumu? Ini perjanjian antara aku dengannya. Dewa Kehidupan sekali pun tidak ada hak untuk ikut campur."

"Baiklah. Kelihatannya aku harus menghadapimu lebih dulu jika aku ingin membawa pelayanmu ke pengadilan." Rain tertawa sinis.

"Semoga berhasil."

***

Pulang sekolah.
Aku segera menuju ruang wakasek dan menarik Se Woo. Tidak ada waktu untuk minum teh sekarang.

Se Woo sedang menyetir mobil dan aku membicarakan analisisku berdasarkan omongan He Ra istirahat tadi.

"Kemungkinan si pelaku memilih perempuan karena mereka lemah." Ujarku sambil menulis semua kemungkinan di bukuku.

Di lantai dua, NIS menyimpan seluruh dokumen dan lagi dokumen di sini tidak disusun sehingga ini agak menyulitkanku.

"Saya menemukannya, Nona Muda."

Aku langsung melesat menuju suara Se Woo berada. Se Woo menyerahkan beberapa file padaku.

"Aku akan memotretnya dulu."

Setelah memotret semua dokumen, aku dan Se Woo kembali ke lantai bawah.

"Menarik sekali. Dasar pencuri."

Aku menoleh dan Inspektur Kang Myun Yeong, salah satu inspektur yang bekerja di NIS, berada di belakangku.

"Hehe.... Nggak bermaksud kok. Hanya jika aku izin dulu, pasti urusannya akan memakan banyak waktu. Sedangkan mereka sangat memerlukan pertolongan." Kataku basa-basi.

"Anda sekali pun tidak diizinkan membaca dokumen NIS seenaknya."

Aku menatapnya tajam dan menunjukkan surat yang dikirimkan oleh Presiden Lee.

"Kalau cuma kasus anak hilang biasa aku nggak perlu turun tangan." Ucapku sinis, "Tapi kelihatannya kasus kali ini di luar kendali NIS karena kalian belum menemukan persamaan korban."

Inspektur Kang menundukkan kepalanya, "Maafkan saya."

"Kita pergi Se Woo." Ajakku dan keluar dari kantor NIS.

***

Di rumah, aku sedang membaca semua dokumen yang diperlukan. Yang jadi masalah, gadis remaja di sini dinyatakan hilang, bukan meninggal.

Aku mengamati satu-persatu foto-foto korban. Barangkali ada persamaan di antara mereka. Mereka memang dari sekolah yang berbeda, tapi kebanyakan mereka berasal dari SMA Haeryung. Aku berhasil menemukan data tentang teman He Ra yang menjadi korban.

Nama: Jung Min Seo
Umur: 18 tahun
Tempat lahir: Seoul
Tanggal lahir: 25 Febuari 1xxx
Riwayat pendidikan: SMA Haeryung tingkat 12

Riwayat singkat: Putri kedua dan merupakan anak bungsu dari pasangan Jung In Woo dan Jung Hae Mun...

Aku membaca dengan teliti semua data dan sekarang aku pusing. Aku harus tahu siapa yang terakhir kali bersama para korban dan mereka terakhir terlihat di mana.

"Se Woo, kemarilah."

Suara langkah kaki terdengar. Se Woo pun membuka pintu lalu berdiri di depan mejaku.

"Bisakah kauselidiki siapa yang bersama korban terakhir dan di mana mereka terakhir terlihat?" Aku menyerahkan print data pada Se Woo.

To Be Continued~

Note: Chapter 3 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 4 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang