#23 Makhluk Lemah

341 22 0
                                    

Pak Choi tampak berpikir keras, "Berapa bayaranmu untuk pekerjaanmu yang sekarang?"

Kulihat diam-diam Yoo In tersenyum. Bukan tersenyum senang, tapi tersenyum miring.

"Bayaranku adalah... nyawa seseorang."

Aku melotot dan Pak Choi juga terlihat kaget, "Apa?"

"Menurut Anda, berapa harga nyawa seorang manusia? Orang-orang bilang bahwa nyawa manusia tak ternilai harganya, tapi aku tidak percaya." Ucap Yoo In yang mengagetkan kami semua.

"Karena jika nyawa manusia memang tak ternilai harganya, kenapa manusia saling membunuh untuk mendapatkan apa yang dia inginkan? Kenapa manusia begitu menginginkan sesuatu milik orang lain, padahal mereka sudah memilikinya. Rakus."

"Manusia itu makhluk lemah. Tak punya kekuatan, tapi selalu melawan."

Kami semua terdiam karena ucapan Yoo In yang sangat di luar dugaan kami.

"Aku sudah bertemu dengan orang yang ingin kamu kenalkan padaku kan? Aku ingin pulang." Yoo In menatapku dingin.

"Eh, oh, aku akan mengantarmu."
Yoo In menahanku.

"Nggak perlu. Aku akan pulang sendiri."

"Tapi--"
"Terima kasih untuk hari ini. Semoga pemotretanmu lancar."
Yoo In-pun keluar dari studio.

"Hwang Han Na, kau berteman dengan orang itu?" Tanya Pak Choi padaku. Aku mengangguk.

"Dia... benar-benar luar biasa."

***

Normal POV

Di bus, aku sedang dalam perjalanan menuju rumah. Se Woo tak mengantar dan menjemputku karena aku yang menyuruhnya.

Sepanjang perjalanan, pikiranku menuju pada 1 orang.

Kim Jin Se.

Aku benar-benar kaget karena makhluk sepertinya bekerja sebagai idola.

Alasannya pasti kuat karena dia mau bekerja sebagai idola. Pekerjaan itu agak konyol untuk makhluk sepertinya menurutku.

Sesampainya di rumah, aku langsung duduk di meja kerjaku dan mengerjakan PR. Kenapa PR tidak ada habis-habisnya meskipun aku sudah mengerjakannya?

Tok.. Tok..

"Masuk!"
Se Woo pun datang dan meletakkan segelas teh di atas meja.

"Bagaimana perjalanan Anda?"
"Baik."
"Jika saya boleh tahu, siapa orang yang ingin dikenalkan pada Anda?"

"Dia adalah Dewa."

Se Woo menatapku, "Apa?"

"Dia Dewa. Namanya Kim Jin Se."

"Maksud Anda, Kim Jin Se yang seorang penyanyi di agensi yang sama dengan Hwang Han Na?"
Aku mengangguk.

"Nona Muda akhir-akhir ini sering bertemu dengan 'mereka' ya?"

"Untung saja aku nggak membawamu. Mungkin jika kau kubawa, studio akan hancur."

"Nona Muda, surat ini baru saja sampai." Se Woo menyerahkan sebuah amplop padaku.

Seperti biasa, 'surat cinta' dari Presiden Lee. Kubuka amplopnya dan membaca isi suratnya.

'Yth,
Kim Yoo In
Di tempat

Saya merasa puas dengan penyelesaian kasus yang kau lakukan baru-baru ini.

Sebenarnya ada sesuatu yang membuat saya khawatir.

Apakah kau tahu tentang kasus pembunuhan berantai yang sedang terjadi di wilayah Seoul?

NIS memberikan nama pelaku tersebut Three Nails Killer.
Untuk detailnya, sebaiknya kau tanyakan pada NIS.

Semoga kau dan NIS dapat bekerjasama dengan baik untuk menemukan pelaku yang mengakibatkan ini semua terjadi.

Seoul, 23 Maret 2xxx

Lee Min Guk'

"Apa lagi sekarang?" Ujarku lelah, "Aku bahkan belum mengetahui apa-apa tentang kasus ini."

"Memangnya ada apa?"

"Kau tahu kasus pembunuhan berantai yang pelakunya dinamai Three Nails Killer?"

Se Woo menatapku, "Saya tahu."

"Kasus apa itu?"
"Kasus pembunuhan berantai."
"Itu aku juga tahu. Tapi apa yang menjadi masalahnya?"
"Pembunuhan itu... sangat keji."

Aku menatap Se Woo, "Apa maksudmu?"

"Nona Muda tahu jika artinya Three Nails Killer adalah pembunuh tiga kuku kan?"
Aku mengangguk.

"Dinamai seperti itu karena... si pelaku mencabut tiga kuku jari para korbannya."

Aku terbelalak, "Kuku mereka dicabut saat mereka sudah mati kan?"

Se Woo terdiam, "Tidak.... Pelaku mencabut kuku jari korban saat korban... masih hidup."

Aku terdiam. Kejam sekali.

"Korbannya perempuan? Lelaki? Atau random?"
"Semuanya perempuan."

"Lagi-lagi perempuan. Apakah perempuan itu sangat lemah sehingga mudah diincar?"

"Itu karena pelaku membunuh perempuan lemah. Jika pelaku ingin membunuh perempuan seperti Anda, sudah dipastikan pelaku yang akan mati." Se Woo tersenyum.

"Menurutmu kapan kita harus pergi ke NIS?"

"Menurut saya, secepatnya adalah yang terbaik karena kemungkinan besar, pelaku masih mengincar orang lain."

"Menurutmu aku harus meminjam atau mencuri dokumen NIS?"

"Menurut saya, meminjam adalah yang terbaik karena Inspektur Kang bisa marah lagi pada Anda."

"Apa peduliku jika dia marah? Dia nggak punya hak untuk marah padaku." Aku bangkit dari kursiku dan mengambil coat yang tergantung di belakang pintu, "Kita pergi sekarang."

***

"Ada perlu apa datang kemari?" Tanya Inspektur Kang dingin seperti biasa. Detektif Hwang ada bersamanya.

"Wah, padahal niatku nggak mau bilang-bilang. Tapi kalau sudah bertemu, apa boleh buat? Hahaha." Aku berpura-pura tertawa,

"Langsung ke intinya saja. Aku ingin kau menceritakan semua tentang Three Nails Killer."

Inspektur Kang terdiam sebentar, "Presiden Lee menyuruh Anda?"

Aku mengangguk, "Jika bukan karena dia, aku nggak akan pernah mau menginjakkan kakiku disini."

"Jujur, saya pribadi juga tidak ingin melihat kalian berdua lagi."

To Be Continued~

Note: Chapter 23 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 24 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang