#61 Ceritakan

273 20 2
                                    

Aku harus mencari cara, bagaimana caranya bukti tidak mengarah pada Han Na. Bagaimana jika butiran kayu benar-benar tidak ada di sana dan sidik jari Han Na ada di sana? Apakah aku sanggup...

Apakah aku sanggup untuk menghabisi Han Na?

Tiba-tiba aku teringat bahwa Han Na dulu punya maksud tertentu untuk mendekatiku. Apa maksudnya? Dan Han Na juga mengenal Hae Eun. Begitu pula dengan kasus pembunuhan di N Seoul Tower, misi Rain dan Hae Eun yang belum selesai, dan juga orang kelima yang membuat racun Tueur Mortelle.

Ada begitu banyak misteri yang kutinggalkan demi pendidikan.

Rasanya kepalaku ingin pecah memikirkannya. Kupanggil Se Woo dan tak lama dia muncul.

"Cari benda ini di tempat tinggal Han Na-ssi." Perintahku sambil menunjukkan butiran kayu yang ada di TKP.

"Jika benda itu ada di sana, apa yang harus saya lakukan?"

"Ada atau nggak, laporkan saja padaku."

"Tentu, Nona Muda."

Se Woo pun keluar dari ruangan.

***

"Nona Muda saya ingin melaporkan bahwa benda yang ingin Anda cari tidak ditemukan di manapun."

Aku membelalakkan mataku tidak percaya dan aku mendekati Se Woo, "Kau yakin... nggak ada?"

"Saya yakin. Saya sudah menggeledah seisi rumah Nona Hwang Han Na."

Aku menatap Se Woo tidak percaya, "Kumohon... katakan kalau kau... bohong padaku."

"Saya serius kali ini karena saya yakin ini berkaitan dengan kasus kematian Nona Jung So Eun."

Dengan lemah kuberikan butiran kayu itu pada Se Woo, "Berikan ini pada polisi dan... cari tau sidik jarinya."

Se Woo mengambilnya, "Tentu, Nona Muda."
Tak lama Se Woo pun pergi.

Aku kembali duduk di meja kerjaku. Aku benar-benar berharap sidik jari yang ada di butiran kayu itu bukan milik Han Na.

Dan meskipun itu Han Na... aku benar-benar harus menyeretnya... ke neraka.

***

Sudah lima hari sejak pertengkaranku dengan Im Sil dan Han Na. Hari ini He Ra mendatangiku untuk melihat keadaanku.

"Yoo In, apa kepalamu sudah dingin?"

Aku menatap lemah teh di depanku, "Lima hari bukan waktu yang cukup untuk mendinginkan kepala dari kejadian kemarin."

"Yoo In, apa yang akan kamu lakukan setelah ini?"

"He Ra-ssi, aku harap kamu nggak marah jika suatu hari--" Aku tidak sanggup melanjutkan kata-kataku.

"Suatu hari?"

"--aku membunuh Han Na-ssi."

Kulihat He Ra terkejut mendengar pernyataanku. "APA-APAAN KAMU, YOO IN?! Kemarin aku membiarkanmu karena kamu hanya mencurigai Han Na. Dan sekarang... KAMU MAU MEMBUNUHNYA?!" He Ra mencengkram kerah bajuku.

Kudorong He Ra hingga cengkramannya terlepas dan terbatuk-batuk karena leherku tercekik.

"So Eun-ssi adalah sahabatku. Nggak akan kumaafkan, apapun yang telah mengusikku dan sahabat-sahabatku."

"Han Na juga sahabatmu, Yoo In!!!"

"Dia seketika telah berubah menjadi musuhku setelah dia melakukannya. Siapa pun dia."

Hening. He Ra menatapku tajam.
"Yoo In, seandainya kamu bukan sahabatku, kamu pasti sudah habis di tanganku."

Aku menatap He Ra datar. Aku teringat apa yang dikatakan Im Sil lima tahun lalu. Tentang He Ra yang seorang pembohong.

"He Ra-ssi, aku ingin bertemu lagi setelah kepala kita sedikit lebih dingin. Bagaimana kalau 4 hari lagi?"

"Baiklah."

Aku dan He Ra saling bertatapan. He Ra... Semoga Im Sil yang salah mengenai dirimu.

***

Empat hari kemudian.

"Kenapa kamu mengajakku ke sini?" Tanya He Ra karena aku membawanya ke tempat ilalang yang jauh di pinggir kota Seoul dengan mobil. Se Woo pun menunggu di mobil.

"He Ra-ssi, jujurlah padaku."

He Ra menatapku datar. "Apa maksudmu?"

"He Ra-ssi... Haruskah aku memberitaumu kenyataannya?"

"Ada apa denganmu, Yoo In? Kamu mencurigaiku?"

Aku terdiam karena tidak sanggup melanjutkan.

"Bisa-bisanya kamu nggak percaya padaku, Yoo In. Padahal kupikir kita ini sahabat."

"Silakan kalau kamu mau berpikir kita ini sahabat, tapi.. aku sudah nggak menganggapmu sahabatku lagi."

He Ra terkejut. "Yoo... In?"

Kutatap He Ra dengan amarah.
"Kamu... yang membunuh So Eun-ssi kan?"

He Ra terlihat tidak percaya dengan apa yang kukatakan. "Se... sekarang kamu mencurigaiku?"

"Ya."

Hening, kemudian He Ra tertawa. "Apa ada buktinya?"

Kulempar sebuah kancing baju ke tanah dan He Ra menatapnya dengan penuh keterkejutan.

"Mengenali benda itu, He Ra-ssi?" Tanyaku, "Kancing baju itu... milikmu kan?"

"Da... darimana kamu menemukannya?" Tanya He Ra tidak percaya.

"Di saku baju milik So Eun-ssi. Mungkin kamu nggak tau, tapi sebelum dia mati, dia sempat mengambil kancing bajumu yang bahkan kamu nggak sadari itu lepas karena kamu buru-buru meninggalkan TKP."

"NGGAK MUNGKIN! Mayatnya itu di gantung di rumahnya! Mana mungkin dia yang digantung bisa mengambil kancing itu?!"

Aku tersenyum puas.

"He Ra-ssi, darimana kamu tau kalau So Eun digantung dirumahnya? Aku hanya memberitau kalian kalau So Eun-ssi sudah mati."

He Ra terdiam cukup lama. Anehnya dia malah tertawa keras.
"Jadi kamu menjebakku, Yoo In-a? Aku merasa tersinggung."

He Ra menghentikan tawanya, kemudian tersenyum, "Aku akan menceritakan semuanya padamu, Yoo In-a. Semuanya."

To Be Continued~

Note: Chapter 61 terbit nih.
Puncak cerita udah terlihat nih. Author yang bikin jadi ikut deg-degan😂
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 62 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang