#57 Air Mata

299 19 2
                                    

"Yoo... In...." Gumam Han Na tidak percaya.

"Kaget ya? Aku sih nggak kaget. Aku sudah tau dari awal kalau Kim Jin Se memang... mengincar ayahmu."

Han Na menatapku tak percaya, "Kamu tau... ayahku akan... mati?"

Melihat tatapan Han Na membuatku membuang muka, "Ya, aku tau dan aku membiarkan dia mati begitu saja. Jadi karena itu... aku menebus kesalahanku dengan... membunuh Kim Jin Se dengan kekuatanku."

Hening.

"Aku sudah selesai. Kalian boleh pulang sekarang. Rela bolos sekolah hanya untuk menjengukku sama sekali nggak berguna." Ucapku sadis, "Bawa pulang semua makanan kalian."

Kulihat He Ra memberikan kode pada So Eun dan Im Sil untuk membereskan meja. Kurasa He Ra tahu situasi saat ini sangat tidak mengenakkan.

BRUK!
Kurasakan sesuatu yang berat dan hangat memelukku. Kutoleh arah belakang.

Han Na.

Kurasakan basah dibahuku.

Han Na... menangis?

"Yoo... In... Jadi kamu begini... gara-gara aku?" Isak Han Na dibahuku. Aku bungkam.

"Maaf... Aku sama sekali nggak ada perasaan untuk... balas dendam. Aku hanya... sedih, Yoo In...." Isakan Han Na makin keras di bahuku.

"Aku nggak peduli pada pelaku... atau pembunuhnya. Aku hanya... rindu pada ayah...." Sekarang seluruh tubuh Han Na bergetar, seakan ia menanggung beban 1 ton di bahunya.
Dan untuk pertama kalinya semenjak bertemu Se Woo...

air mataku mengalir.

***

Aku termangu di ranjangku. Memikirkan Han Na. Manusia pertama yang bisa membuatku mengeluarkan air mata sejak bertemu dengan Se Woo. Bahkan cerita-cerita He Ra tidak pernah membuatku menangis. Cerita He Ra memang sedih, tapi tetap saja aku tak bisa menangis.

"Nona Muda."
Panggilan Se Woo membuatku kembali sadar.

"Ada apa?"
"Anda baik-baik saja?"

Aku terdiam kemudian tersenyum tipis, "Han Na-ssi, dia benar-benar menyulut emosiku."

Se Woo terdiam.

Aku melanjutkan, "Aku... iri padanya. Dia bisa hidup tanpa... ada dendam dan dia tak ingin ada perasaan itu tersimpan di hatinya."

"Seandainya aku melupakan dendam Soo In oppa, apakah hidupku masih akan seperti ini?"

"Inspektur Kang benar. Seandainya aku nggak kembali ke sini, aku nggak perlu hidup tanpa kejahatan, darah dan... pengkhianatan."

"Nona Muda...."

Aku menepuk tanganku, "Ya, ceritaku selesai. Aku harus segera bersiap untuk sekolah besok. Aku harus minta maaf karena telah mengusir mereka hari ini."

***

Aku membuka pintu kelas dan mendapati Rain yang sedang membaca buku. Ia menatapku tajam.
Apa salahku?

"Yoo In."
Aku menoleh. Suara Rain begitu berat hingga mengagetkanku.
"Kami... tidak akan membuang-buang waktu lagi."
Aku menaikkan sebelah alisku.

"Kami harus membawa Han Se Woo."

Satu kalimat yang membuatku beku sejenak. Akhirnya aku tersenyum.
"Aku memerintahkan Se Woo seonsaengnim untuk nggak ikut denganmu sampai dendamku... terbalaskan."

Rain menatapku, "Dendam? Jadi itu tujuanmu?"

Aku meletakkan tasku di atas meja dan balas menatap Rain, "Ya, itu tujuanku! Jadi berhentilah mengganggu milikku dan pulanglah!"
Dengan kesal aku keluar kelas. Bicara dengan Rain selalu membuatku kesal.

"Kim Yoo In."

Kulihat dari kejauhan, Kang Hae Eun.
Jarak kami begitu jauh, tapi aku tahu kalau kami sedang saling bertatapan.

"Kau masih hidup?"

"Kau ingin aku mati?"

"Tentu saja. Dengan matinya kau, Han Se Woo bisa di bawa dengan mudah."

Aku tersenyum.
"Kau nggak akan pernah membawanya. Aku jamin."

Aku membuang mukaku dan kaget karena He Ra ada di depanku.
"Yoo In! Kamu sudah sehat?"

Aku tersenyum kemudian mengangguk, "Ya, aku sehat. Maaf, kemarin aku sudah mengusir kalian."

"Nggak apa-apa. Kita juga salah karena datang mendadak kemarin. Ayo, kita masuk. Kamu sedang apa di luar sini?"

"Aku ada sedikit urusan di sini."

"Yoo In!"
Suara Han Na memanggilku bersama So Eun dan Im Sil. Mereka bertiga pun mendekatiku.

"Kamu sudah sehat?" Tanya Han Na sambil meletakkan punggung tangannya di dahiku.

"Aku sehat kok." Aku menyingkirkan tangan Han Na dari dahiku.

"Kamu nggak perlu memaksa ke sekolah kalau masih merasa nggak enak." So Eun bersuara.

"Sudah kubilang aku baik-baik saja."

Kulihat Kang Hae Eun masih berdiri di tempatnya dan anehnya....

Dia tersenyum.

Kulihat bibirnya bergerak mengatakan sesuatu dan aku terkejut saat ia pergi dari tempatnya.

"Yoo In, ada apa?" Suara Im Sil menyadarkanku.

Aku menggeleng cepat, "Nggak apa-apa. Ayo kita masuk."

Aku masih tidak percaya apa yang Kang Hae Eun katakan.

"Syukurlah kau tidak sendirian lagi, Kim Yoo In. Kau bisa tersenyum kembali, kau bisa melupakan dendam itu walau hanya sebentar."

***

To Be Continued~

Note: Chapter 57 terbit nih.
Mulai chapter depan adalah cerita Kim Yoo In 5 tahun kemudian. Nggak terasa GOK udah 57 chapter :') author terharu. Makasih banyak buat yang udah vote dan komen. Alhamdulillah juga masih ada yang mau baca cerita absurd ini😂
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 58 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang