#58 Kemudian

311 17 1
                                    

5 tahun kemudian.

Aku memasukkan baju-bajuku ke dalam koper. Langit London begitu cerah dan biru.

Dengan tiket pesawat menuju Korea Selatan di saku dan koper di tangan kananku, aku segera keluar dari apartemenku.

"Yoo In, kamu akan pindah sekarang?" Suara Jessica, tetanggaku sekaligus teman kuliahku terdengar dari belakang. Aku tersenyum dan memeluknya.

"Kamu baik-baik di sini ya, Jess. Kita akan bertemu jika takdir berkata begitu."

"Aku akan merindukanmu." Ucap Jessica terdengar sedih.

Setelah keluar dari gedung, aku menatap gedung untuk yang terakhir kali. Aku tidak akan pernah ke sini lagi.

Sekarang aku adalah lulusan Strata 1 University of Southampton Inggris jurusan matematika.

Apa kalian bertanya Se Woo ikut denganku atau tidak? Jawabannya adalah... tidak.

Se Woo ada di Korea Selatan dan sedang menjaga rumahku dan hari ini aku akan kembali ke Korea.

***

Sesampainya di Bandara Incheon, Korea Selatan, kulihat Se Woo telah menjemputku. Dia tidak berubah tentunya.

Se Woo membungkukkan badannya, "Nona Muda. Akhirnya anda sampai."

Aku tersenyum, "Kau merindukanku?"

Se Woo menggeleng, "Saya hanya bosan menunggu kepulangan anda."

"YOO IN!!!"
Suara teriakan yang memanggil namaku mengagetkanku dan aku lebih kaget saat melihat siapa yang memanggilku.

Sesorang memelukku dengan sangat erat. Wangi ini...

Aku tersenyum. Wangi yang tidak berubah meskipun 5 tahun sudah berlalu.

"Kaget kami ada di sini? Tentu saja." Han Na tersenyum dengan senyuman khasnya. Senyuman yang sama seperti dulu.

"Kamu di sini?" Tanyaku masih kaget.

"Iyalah! Kamu pikir kami siapa?"

Kulihat He Ra, So Eun dan Im Sil juga tersenyum saat melihatku.

"He Ra-ssi, kamu juga ikut?"

He Ra memelukku, "Sahabatku datang masa' aku nggak datang?"

Aku tersenyum. Sahabat. Sudah lama aku tidak bertemu sahabatku yang sebenarnya.

"Ayo kita ke rumahmu. Kita sudah menyiapkan pesta kedatanganmu." Ajak He Ra antusias.

"He Ra! Kenapa kamu bilangin?! Ini kan surprise!" Omel So Eun.

"Eh, keceplosan. Nggak apa-apa lah. Nanti akhirnya dia juga tau kan?"

Aku tertawa melihat kebodohan sahabat-sahabatku. Mereka sama sekali nggak berubah dari masa-masa SMA. Masa-masa yang indah itu. Yang sangat kurindukan.

***

Suasana rumahku benar-benar diubah menjadi suasana pesta. Bahkan ada kue tart segala.

"Welcome home, Yoo In!!!" Seru He Ra bersemangat diikuti yang lainnya, kecuali Se Woo yang hanya tersenyum.

"Ya ampun, kan aku hanya pulang. Sampai seheboh ini." Aku tak bisa menahan senyumku.

"Yoo In, kamu tau? Kita udah berapa kali reuni dan cuma kamu yang nggak pernah datang! Gimana kami nggak kangen?" Im Sil memotong-motong tart hingga beberapa bagian dan meletakkannya di piring kecil.

Aku tertawa, "Iya deh. Maaf."

Tiba-tiba So Eun menyuapi sesendok tart ke mulutku dan refleks aku memakannya.
"Mulai sekarang kita akan sering bertemu." Ucap So Eun dengan senyumannya.

"Semoga saja." Aku tersenyum.

Aku sama sekali tak menyangka jika hari itu adalah yang pertama dan terakhir kalinya setelah 5 tahun....

Aku melihat senyuman So Eun.

***

Aku terpaku menatap tubuh So Eun yang kaku tergantung di langit-langit rumahnya.

So Eun menggantung dirinya.

Seketika perasaan amarah menjalar ke seluruh tubuhku. Apakah So Eun benar-benar bunuh diri?

Senyuman dan kekonyolan So Eun seketika melintas di pikiranku dan perasaan tak rela ini datang. Bahkan ini baru seminggu sejak pertemuan pertamaku dengan So Eun setelah 5 tahun.

Sekarang aku sedang berada di TKP karena dipanggil oleh NIS. NIS memanggilku karena aku adalah orang yang ditelepon terakhir oleh So Eun.

Padahal So Eun tidak mengatakan sesuatu yang aneh di teleponnya. Dia bilang kalau kami akan sering bertemu.

Kami akan sering bertemu.

Apa maksudnya? Apa maksud So Eun kami akan sering bertemu di alam lain? Anehnya air mata ini tak bisa keluar. Atau memang bukan takdirku untuk menangisi So Eun?

Suara panggilan Inspektur Kang mengagetkanku.
"Kim Yoo In, sudah lama sekali tidak bertemu."

Aku tersenyum, "Apa inspektur merindukanku?"

"Tidak. Tapi tak disangka anda bisa tumbuh secepat ini dalam 5 tahun."

Aku hanya bisa tersenyum. Inspektur Kang tidak berubah. Dia berubah sedikit lebih tua tentunya.

"Langsung saja. Apa yang korban bicarakan pada anda di telepon kemarin?"

Aku menatap Inspektur Kang, "Dia hanya bilang kalau kita akan sering bertemu dan ia segera menutup telepon."

"Hanya itu? Benarkah? Kalian kan perempuan. Tidak mungkin korban hanya mengatakan 1 kalimat saja."

Aku terdiam. Inspektur Kang memang benar. So Eun memang tidak hanya mengatakan itu, tapi...

Flashback on

"Yoo In, dengarkan aku."
Suara So Eun terdengar serak di telepon. Agak aneh memang. Tetapi aku pun menyimak apa yang akan dikatakan So Eun.

"Ada apa?"

"Yoo In, kita akan sering bertemu dan--"

"Dan?"

"Dulu aku sangat kejam sekali padamu. Tapi tak disangka kita masih bisa bersahabat sampai sekarang. Apakah kamu masih menganggapku sahabat?"

Aku terdiam bingung. Mengapa So Eun tiba-tiba menanyakan itu?

"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya begitu?"

Ada jeda setelah kulontarkan pertanyaanku, namun So Eun segera menjawab.

"Kumohon... Katakan kalau kamu masih menganggapku sahabat Yoo In-a. Aku nggak ingin... kehilanganmu."

To Be Continued~

Note: Chapter 58 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 59 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang