#48 Gagal

276 20 0
                                    

Kami telah sampai di lobby. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru menara. Aku menghirup napas sebanyak-banyaknya.

"Kita mau ke mana dulu nih?" Tanya Han Na pada kami.

"Makan dulu yuk. Aku lapar." Usul So Eun.

"Ya sudah." Jawabku singkat.

He Ra mengecek sesuatu di ponselnya, "Di Tower 1F ada Restoran Korea Hancook. Kita naik lift ke sana."

Kami pun menurut dan naik ke Tower 1F dengan lift. Di sini cukup ramai, tentu saja karena hari ini hari minggu.

Setelah menemukan restoran yang dituju, kami pun makan siang.

"Kita ke mana lagi nih?"
Kami semua sudah selesai makan dan Im Sil menanyakan tujuan kita selanjutnya.

"Kita ke museum teddy bear yuk. Terus kita ke puncak menara." Ajakku.

"Tapi naik ke sana bayar, Yoo In. 14.000 won." He Ra menggeser-geser layar ponselnya. Aku langsung gila begitu mendengar harganya.

"Kalau ke museumnya?"
"8.000 won."

Aku terdiam, "Kalian semua punya uang berapa?"

Mereka berempat membuka dompet masing-masing.

"10.000 sama ongkos kereta dan bus." Jawab So Eun.
"13.000." Jawab Im Sil.
"15.000." Jawab He Ra.
"20.000." Jawab Han Na.

"Kita ke teras gembok cinta saja yuk. Di sana gratis." Ajakku akhirnya.

Setelah membayar makan siang, kami pun turun kembali dan menuju teras gembok cinta.

Sesampainya di sana, Han Na mengeluarkan kameranya dan kami berfoto bersama. Entah sudah berapa foto kami ambil, tapi mereka semua tidak lelah.

Benar-benar perempuan.

"Kalau aku punya pacar, aku akan mengajaknya ke sini dan menggembok nama kita berdua di sini." Ujar He Ra. Han Na, So Eun, dan Im Sil tertawa.

"Suatu saat, semoga." Aku membalasanya.

"KYAAAAAA!!"
Kami semua yang berada di luar langsung kaget. Ada apa? Kenapa ada orang berteriak?

Aku langsung berlari ke dalam menara dan mendapati kerumunan orang di tengah lobby. Aku langsung menyeruak kerumunan orang dan ternyata... seorang perempuan terbujur kaku di lantai.

Aku langsung mendekati korban dan memeriksa denyut nadinya. Ia sudah mati.

Keadaan ini... bukannya sama dengan korban Three Nails Killer yang diracun?

Aku shock, tentu saja. Kasus Three Nails Killer sudah lama selesai.

"Yoo In!" Panggil He Ra di antara kerumunan orang. Aku otomatis menjauh dari mayat dan berjalan menuju arah suara He Ra.

He Ra langsung memegang tanganku, "Jangan tahu-tahu pergi begitu dong!"

Tak lama NIS datang dan segera mambubarkan para pengunjung yang berkerumun. Apa-apaan ini? Aku ke sini untuk melepas penat dan sekarang aku harus ditahan di sini?

Kami berlima dan seluruh pungunjung menunggu untuk diperbolehkan pulang di Plaza 1F.

"Kenapa ini terjadi saat kita ingin bersenang-senang?" Keluh Han Na sambil bersenderan pada tembok. Aku terdiam.

"Sudahlah. Ini sering terjadi padaku. Mungkin saja aku yang membawa kejadian itu ke sini." Ucapku.
Mereka berempat terdiam.

"Maksudmu apa? Kamu sering menjumpai kasus pembunuhan begini?" He Ra menatapku dan aku yang terdiam sekarang.

"Nggak. Tenang saja."

Tiba-tiba terlihat Detektif Hwang bersama beberapa polisi lain mendekat ke arah tempat pengunjung menunggu.

"Ayah." Gumam Han Na pelan. Tak disangka, Detektif Hwang mendekati kami berlima.

"Han Na, kamu di sini?" Tanya Detektif Hwang dan Han Na mengangguk.

"Maafkan ayah, tapi ayah harus memintamu bicara tentang kasus ini bersama teman-temanmu."

Kami semua terkejut. Kasus ini ada hubungannya dengan kami? Apalagi ini?!

Han Na menatap kami dan akhirnya kami mengikuti Detektif Hwang dan kami sampai di depan ruangan bertuliskan Staff Only.

"Han Na, kamu masuk duluan." Detektif Hwang membukakan pintu dan Han Na pun masuk ke dalam.

So Eun, Im Sil, dan He Ra juga masuk satu-persatu dan aku yang terakhir.

Aku pun duduk di hadapan Inspektur Kang yang ternyata ada di sini. Beberapa polisi juga ada di ruangan ini.

"Kim Yoo In, apa-apaan ini? Kenapa Anda di sini?" Inspektur Kang memulai pembicaraan.

"Aku juga nggak mau ada di sini. Terutama bertemu kasus seperti ini."
"Langsung saja. Kenapa Anda bisa berada di sini?"
"Aku ingin melepas penat."
"Benarkah? Bukannya Anda kemari karena tahu di sini akan ada kasus?"

Aku menatap Inspektur Kang tajam, "Kalau aku tahu di sini ada kasus, aku nggak akan mengajak teman-temanku ke sini."

"Menurut teman-teman korban, korban bernama Im Li Hyun sempat berbincang dengan kalian berlima."

Aku berusaha mengingat kembali kejadian itu. "Benar. Korban menjatuhkan dompetnya dan kami mengembalikannya, tentu saja."

"Siapa yang menyerahkan dompetnya pada korban?"

"Sahabatku, He Ra-ssi."

Inspektur Kang mencatat sesuatu di notebooknya, "Goo He Ra adalah korban penculikan di kasus pembantaian dan pengeboman rumah sakit kan?"

"Iya. Kenapa?"

"Saya curiga jika kasus ini berhubungan dengannya."

Aku menatap Inspektur Kang lebih tajam dari sebelumnya, "Apa maksudmu?! Kau ingin bilang He Ra-ssi pelakunya?!"

Inspektur Kang kaget begitu mendengar seruanku, "Tenanglah. Maksud saya bukan seperti itu."

Inspektur Kang melanjutkan, "Maksud saya, kasus ini terjadi karena pelaku tahu Goo He Ra ada di sini."

"Kenapa kau berpikir itu He Ra-ssi? Kenapa kau nggak bilang karena Kim Yoo In yang ada di sini?" Belaku kesal, "Bahkan He Ra-ssi nggak terlibat dalam kasus sebelum ini."

To Be Continued~

Note: Chapter 48 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 49 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang