#59 Jung So Eun

283 21 0
                                    

Aku terdiam dan bertambah bingung. Ada apa ini?

"Tentu saja kita masih bersahabat, So Eun-ssi."

Kudengar helaan napas lega dari seberang telepon.
"Makasih, Yoo In. Dengan begini... aku nggak akan pernah menyesal setelah melakukannya."

Hening.

"So Eun-ssi? Kamu masih di sana?"

Bunyi 'tut' panjang terdengar setelahnya. So Eun memutus teleponnya?

Flashback end

"Ya. So Eun-ssi hanya mengatakan itu." Jawabku pada Inspektur Kang dan ia mencatatnya pada notebooknya kemudian pergi menuju petugas forensik.

Kukepalkan tanganku erat. Jadi ini maksud semua perkataan So Eun di telepon? So Eun, apa yang membuatmu lebih memilih bunuh--

Mataku terbelalak begitu melihat butiran kayu di lantai. Memang hanya satu butir, tetapi ini terlihat familiar. Dengan saputangan aku memegang butiran kayu tersebut. Berusaha mengingat di mana aku melihatnya.

Mengapa sulit sekali?! Padahal ingatanku di atas rata-rata manusia normal. Sial! Di saat seperti ini!

"Nona muda tak akan bisa mengingatnya."

Suara Se Woo terdengar dari depan pintu dan aku menatapnya datar.

"Apa maksudmu aku tak akan mengingatnya? Dan apa yang kau lakukan di sini?"

"Saya harus menjemput Anda, tentu saja."

"Aku nggak memerintahkanmu untuk menjemputku."

"Tetapi Nona Muda tidak memerintahkan saya untuk tidak menjemput Anda."

Aku menghela nafasku berat, "Terserah kau lah."

Kukantongi butiran kayu yang kutemukan di lantai dan pergi menuju mobil.

"Apakah benar Nona Jung So Eun telah bunuh diri?"

Aku menatap datar pemandangan di luar jendela. "Nggak. Dia dibunuh."

Se Woo menatapku dari kaca spion tengah, "Benarkah? Tetapi polisi mengatakan--"

"Aku punya bukti dia dibunuh." Selaku cepat.

"Nona Muda... apakah Anda baik-baik saja?"

Aku menatap Se Woo. "Apa maksudmu bertanya begitu?"

Se Woo tersenyum, "Salah satu sahabat anda... telah dibunuh. Apakah Anda baik-baik saja?"

Aku terdiam dan mengembalikan pandanganku keluar jendela, "Melihat air mata Han Na-ssi 5 tahun yang lalu karena kematian ayahnya saja sudah membuatku murka. Bagaimana menurutmu Se Woo-a?"

"Saya rasa... Anda sedang tidak baik-baik saja sekarang."

"Aku sedang sekuat tenaga menahan amarahku sekarang karena kalau aku marah sekarang, seluruh Korea akan hancur."

"Anda benar-benar mengerikan, Nona Muda."

Tiba-tiba aku teringat sesuatu, "Bagaimana perkembangan kasus pembunuhan di N Seoul Tower dulu? Aku pergi sebelum mengetahui kebenaran kasus itu."

"Nona Muda mungkin akan terkejut, tetapi pelaku kasus itu... belum ditemukan."

Aku membelalakkan mataku tidak percaya, "Apa?! Bagaimana mungkin?!"

"Saya juga sedikit terkejut."

Aku menghela nafasku berat, "Meskipun kasus ini tidak mengkhawatirkan Presiden Lee, tapi kelihatannya aku terlibat dalam kasus itu. Awalnya aku nggak ingin peduli tentang kasus itu, tapi kelihatannya aku harus menyelidikinya."

Kulanjutkan, "Apa kabar Rain dan Hae Eun? Aku nggak pernah mendengar kabar mereka sejak pergi ke London."

"Segera setelah pengumuman kelulusan, mereka kembali ke kerajaannya. Saya rasa mereka sedang membuat strategi untuk menangkap saya."

"Apakah membuat strategi harus sampai 5 tahun lamanya?"

"Saya rasa itu mungkin saja."

Hening.

"Aku akan menangkap pelakunya. Aku akan menyeret pelaku ke neraka bersamaku, sama seperti Kim Jin Se. Tak peduli siapapun dia."

Se Woo menatapku dari kaca spion tengah, "Meskipun yang melakukan pembunuhan ini adalah... sahabat Anda?"

Aku melotot pada Se Woo, "Kau ingin bilang... pelakunya di antara He Ra-ssi, Han Na-ssi, dan Im Sil-ssi?"

"Mereka yang punya kemungkinan dan kesempatan terbesar... untuk melakukannya, Nona Muda."

Sekarang aku tak bisa menahan emosiku lagi. Seketika titik-titik air hujan membasahi kaca depan mobil dan akhirnya hujan deras mengguyur Kota Seoul.

"Nona Muda... tenanglah. Belum tentu mereka yang melakukannya."

"Setelah dipikir-pikir--" Ucapku datar,
"--persepsimu itu... masuk akal, Se Woo-a."

Hening.

Hujan menjadi semakin deras. Bahkan angin mulai berhembus kencang.
"Tenanglah, Nona Muda. Anda tidak bisa untuk meluapkan emosi Anda sekarang."

"AKU AKAN MEMBUNUHNYA! SIAPUN DIA! Tanpa terkecuali...." Suaraku makin melemah.

Hening menyelimuti kami berdua hingga kami kami sampai di rumah. Aku pun turun dari mobil dan berhenti di depan pintu.

"Se Woo."

Se Woo menoleh, "Ada apa, Nona Muda?"

"Temukan--" Ucapku sambil berusaha menekan emosi,

"Temukan orang itu, yang telah membunuh So Eun. Aku nggak akan menyerahkannya pada NIS."

Se Woo menatapku tidak percaya, "Apakah ini kesalahan saya yang telah mengatakan bahwa kemungkinan besar pembunuhnya adalah sahabat Anda?"

"Ya. Ini salahmu." Jawabku cepat dan membuka pintu, "Kali ini kau yang akan temukan orang itu untukku. Tapi--"

"Aku sendiri yang akan menyeretnya ke neraka."

***

Benar-benar hancur.
Awalnya aku 70% baik-baik saja saat melihat jenazah So Eun. Tapi, karena omongan Se Woo membuatku benar-benar jatuh menjadi 10% saja.
Hujan masih membasahi kota Seoul. Meskipun tidak sederas saat masih di mobil. Keadaanku benar-benar kacau sekarang.

Siapa orang gila yang bisa-bisanya berpikir untuk melakukan ini pada So Eun?!

To Be Continued~

Note: Chapter 59 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 60 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang