#13 Penyusupan

384 27 0
                                    

Foto di atas adalah Han Se Woo.

"Nona Muda!" Panggil Se Woo dan aku terbangun dengan keringat bercucuran. Lagi-lagi mimpi itu.

Dendam kakak... yang membuatku harus membuat perjanjian dengan Se Woo.

"Memimpikan kakak Anda, Nona Muda?" Tanya Se Woo sambil menyerahkan secangkir teh padaku.

Lagi-lagi dengan tangan gemetar aku menerimanya.

"Se Woo." Panggilku lemah, "Kita harus menyelesaikan kasus ini secepatnya. Hari ini kita akan ke rumah sakit."

Se Woo tampak kaget, "Kita akan ke rumah sakit?"

"Ya. Setelah itu kita menemui ketiga pegawai yang bertugas menjaga CCTV."

"Baiklah, Nona Muda."

***

Hari ini adalah hari minggu. Aku bisa lebih leluasa menyelidiki kasus. Sesampainya di rumah sakit, masih banyak polisi yang berjaga di sekitar reruntuhan.

"Kita akan masuk lewat pintu depan?" Tanya Se Woo.

"Nggak. Kita akan menyusup." Jawabku enteng dan menatap Se Woo.

...

Sesampainya di dalam rumah sakit, hanya ada reruntuhan di mana-mana. Kurasa polisi yang memeriksa di sini sudah selesai. Aku langsung menuju ruang CCTV. Bahkan komputer di ruang CCTV pun hancur.

Apa polisi sudah mengambil kartu memori komputernya? Tanyaku dalam hati. Tiba-tiba Se Woo membekapku dan bersembunyi di balik pintu.

Suara derap langkah kaki terdengar.

"Ada penyusup?" Suara bariton memecah keheningan di sekitar reruntuhan.

"Iya. Kita harus segera menemukanya." Suara bass menjawab pertanyaan pemilik suara bariton dan terdengar derap langkah kaki yang menjauh.

Se Woo melepas bekapannya dan aku menarik nafas panjang. "Kita sudah terdeteksi keamanan yang dipasang polisi di sekitar sini, Nona Muda. Apa yang harus kita lakukan?"

Aku terdiam karena bingung. Tinggal tunggu waktu saja polisi menemukan kami di sini.

"Kita berpencar." Ucapku serius.

"A... apa? Bukankah itu justru lebih berbahaya?" Tanya Se Woo khawatir.

"Kita berdua temukan bukti di sini secepatnya. Jangan banyak protes dan cepat pergi!"

"Tapi, Nona Muda... bukankah lebih baik jika saya yang..."

"Lebih cepat kalau kita berdua mencari daripada sendirian. Sana pergi!" Aku tidak bisa bersuara keras karena polisi bisa saja mendengarku.

"Ba... baiklah. Jika ada apa-apa, tolong panggil saya." Se Woo pun pergi.

Aku membongkar komputer. Barangkali ada kartu memori yang tidak diambil oleh polisi.

Detik... Menit... berlalu. Aku telah membongkar semua komputer dan ini yang terakhir. Aku sudah putus asa jika memang tidak ada bukti di sini.

Se Woo... apakah dia menemukan sesuatu?

"Siapa di sana?!!"

Aku langsung menoleh ke belakang dan ada polisi di sana sedang mengacungkan pistol ke arahku.

Bahkan aku belum menemukan apapun!

Apapun itu, aku sudah ketahuan. Satu-satunya jalan agar aku bisa kabur adalah...

"Pak! Di sana ada alien!!" Tunjukku dan dengan bodohnya polisi tersebut menolehkan kepala ke arah yang kutunjuk. Cara barusan memang konyol, tapi agak efektif jika orang tersebut sedang tidak fokus.

Dengan kesempatan yang sangat sedikit waktunya, aku segera berlari menuju ke dalam reruntuhan.

"Ada penyusup!!" Polisi yang kuabohongi barusan segera melakukan pengejaran bersama polisi lainnya.

Aku harus melompati reruntuhan dan barang-barang hancur lainnya. Masker, jarum suntik, kertas-kertas, buku, bahkan obat-obatan berserakan di lantai.

Kutoleh ke belakang dan ternyata makin banyak polisi yang mengejarku. Bagaimana caranya lolos dari situasi ini?

"Se Woo, kita pergi sekarang."

Tak lama, Se Woo datang dan membawaku keluar dari reruntuhan. Kami pun berhasil menapak di trotoar.

"Nona Muda baik-baik saja?"

Aku mengambil napas satu-satu karena berlari tadi.

Setelah napasku teratur, aku bertanya pada Se Woo apakah ia menemukan sesuatu.

"Saya menemukan sesuatu yang menarik." Se Woo mengeluarkan sesuatu dari saku coatnya.

Aku terbelalak, "I--itu..."

***

Setelah menemui ketiga tersangka, senyuman puas kusunggingkan.

"Kita tinggal merencanakan strategi, Se Woo-ya." Ucapku serius, "Setelah kita pergi ke rumah sakit, kita akan menyelesaikan semuanya."

"Kesempatan hanya ada sekali!"

***

10.00 PM.

Percaya atau tidak, kalian harus percaya karena aku dan Se Woo sedang berada di belakang reruntuhan rumah sakit. Tempat ini tidak ada orang sama sekali dan tidak ada bangunan lain lagi. Hanya ada lapangan yang penuh rumput yang tingginya setengah betis.

"Nona Muda, kita sudah menunggu 1 jam di sini. Nona Muda yakin pelakunya akan kemari?"

"Kurasa obrolan kita tadi siang cukup untuk memancing 'mereka' kemari."

Srak.. Srak..

Suara derap langkah kaki yang bersinggungan dengan rumput terdengar dari kejauhan. Langkah kaki ini... bukan langkah kaki satu orang. Sudah kuduga.

"Kim Yoo In! Keluarlah! Kami tahu kau ada di sini!"

Aku dan Se Woo saling bertatapan dan saling mengangguk.

Author POV

Se Woo keluar dari persembunyiannya dan berhadapan dengan tiga orang di depannya.

"Sudah kuduga kalian akan datang." Ucap Se Woo dengan senyuman.

"Jung Won Gak, Lee Joong Hae, dan Choi Min Ji. Senang bertemu dengan kalian lagi di sini."

Ketiga orang yang disebut namanya barusan tersenyum sinis. "Tak disangka malah kau yang keluar." Ucap Choi Min Ji.

"Tidak perlu basa-basi. Bagaimana kau bisa tahu kami bertigalah pelakunya? Kenapa kau tidak mencurigai satu orang saja?" Tatapan Choi Min Ji berubah menjadi tajam.

Se Woo tertawa kecil, "Karena buktinya mengarah ke sana. Bagaimana dong?"

Tatapan tiga orang yang berada di hadapan Se Woo berubah menjadi tajam.

"Jangan galak begitu. Mana mungkin aku berani melawan..." Se Woo menatap mereka bertiga bergantian.

"...tiga iblis utusan Yang Mulia Tertinggi..."

To Be Continued~

Note: Chapter 13 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 14 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang