#26 Bertemunya Dua Orang

324 22 0
                                    

Suara pintu terbuka memecah keheningan. Ternyata hanya Han Na yang masuk kelas. Kulihat He Ra terkejut saat melihat Han Na.

"Hwang... Hwang Han Na!" Seru He Ra sambil menutup mulutnya tidak percaya.

Oh iya, He Ra baru tahu kalau Han Na bersekolah di sini.

Han Na sempat terdiam, tapi akhirnya dia tersenyum, "Hai."
Han Na pun duduk di tempatnya yang berada di belakangku.

"Yoo In, sejak kapan Hwang Han Na sekelas dengan kita?" Tanya He Ra masih tidak percaya.

"Hari pertama kamu dirawat di rumah sakit, dia sudah ada di sini." Jawabku, "Kenapa?"

"Ah, kamu mungkin nggak tahu, tapi aku fansnya."

Aku hanya menatap He Ra datar, "Ooohh...."

***

Istirahat akhirnya aku bisa makan siang bersama lagi dengan He Ra di taman seperti biasa.

"Gimana keadaanmu tanpa aku?" He Ra membuka plastik pembungkus sandwichnya.

"Baik."
Aku tidak ingin menceritakan pada He Ra jika aku sedikit dekat dengan Han Na.

Aku memang harus menanyakannya pada Han Na, apakah dia merasakan sesuatu yang aneh terjadi padanya.

***

Pulang sekolah, aku menahan Han Na yang terlihat tergesa-gesa.

"Ada apa?" Tanyanya sambil tersenyum, "Aku buru-buru nih. Ada kerjaan."

"Tidak memakan banyak waktu kok. Apakah kamu merasakan sesuatu yang aneh? Misalnya merasa diikuti oleh seseorang?"

Han Na tampak berpikir, "Enggak kok. Kenapa? Kamu khawatir padaku?"

Aku menggeleng, "Tidak. Baguslah jika memang tidak ada." Aku membalik badanku, bersiap untuk pergi.

"Apakah polisi menduga aku adalah incaran pelaku selanjutnya?"

Aku berhenti melangkahkan kaki dan menatap Han Na, "Apa maksudmu?"

"Aku tahu, Yoo In. Three Nails Killer kan? Semua kru di agensiku sedang heboh. Apakah aku termasuk jadi incaran pelaku selanjutnya?"

Aku membuang mukaku, "Aku tidak tahu. Meskipun iya, aku tidak bisa melindungimu."

"Kenapa enggak? Kamu kan temanku."

"Hentikan, Han Na-ssi! Jangan sebut aku temanmu!" Marahku, "Apa tujuanmu mendekatiku, Han Na-ssi? Apakah karena aku kepercayaan Presiden atau karena aku Kim Yoo In?!"

Han Na terdiam. Kurasa kata-kataku agak kejam. Tapi memang benar kan? Ia tidak mungkin mendekatiku tanpa ada maksud apapun.

"Yoo In... kamu nggak bisa percaya padaku ya? Aku mengerti." Ucap Han Na sambil tertawa. Tawa sedih, "Di sekelilingmu penuh dengan orang jahat. Apa karena itu kamu nggak bisa memercayaiku juga?"

Aku terdiam, "Ya. Kamu benar. Dunia ini penuh dengan pengkhianatan. Bahkan aku sendiri belum bisa membedakan mana kesetiaan dan mana pengkhianatan."

Han Na tersenyum kecil, "Bisakah kamu memercayaiku sama seperti kamu percaya pada Goo He Ra?"

Aku menatap Han Na nanar, "Dia membuktikan padaku jika dia adalah kawan. Karena itu, buktikan dirimu juga kalau kamu adalah kawanku."

Aku pun meninggalkan Han Na yang masih berdiri. Aku bahkan tidak bisa menebak, apa Han Na kawan atau... lawan.

***

"Semua korban terbunuh di apartemen atau rumah mereka masing-masing. Itu artinya pelaku menguntit mereka sebelum beraksi atau pelaku kenal baik dengan calon korbannya."
Aku mulai bergumam tidak jelas jika sedang serius atau pusing.

"Apa tetangga korban nggak mendengar jeritan korban saat ia sekarat? Seperti sihir saja."
Aku pun meletakkan kepalaku menyamping di atas kertas yang bertuliskan susunan nama korban hingga hanya huruf belakang nama korban yang terlihat olehku.

H-A-N-A-E-B-O-G-S

Aku langsung menggebrak mejaku. Kenapa aku tidak menyadarinya dari kemarin?!! Bodoh sekali!!

"Nona muda, ada apa?"
Tanya Se Woo sambil membuka pintu.

"Se Woo cari nama artis terkenal yang huruf belakangnya U!" Perintahku.
Se Woo awalnya terdiam, akhirnya ia pun pergi.

Kenapa aku menyuruh Se Woo mencari artis yang nama huruf belakangnya U?

Karena jika H-A-N-A-E-B-O-G-S ditambah dengan huruf U, maka akan membentuk kalimat.

Hana-e bogsu (Dendam pada Han Na).

Ja... jadi benar... si pelaku dendam pada Han Na.

Se Woo pun membuka pintu, "Nona Muda, ada terlalu banyak artis yang nama huruf belakangnya U. Saya tidak yakin Anda bisa mengerucutkan ratusan artis menjadi 1."

"Yang penting kita amankan Han Na dulu. Kurasa pembunuhan ini hanya untuk jadi petunjuk siapa yang dia incar sesungguhnya. Kurasa... Han Na-ssi adalah incaran pelaku."

"Tinggal 1 huruf lagi, pelaku akan berbuat 'sesuatu' pada Han Na-ssi. Jika dia nggak membunuh korban terakhir hari ini, setidaknya kita masih punya waktu untuk berpikir."

"Nona Muda, Anda yakin jika 1 artis lagi adalah korban terakhir?"

"Ya, aku yakin. Kalimat itu sudah nggak bisa diteruskan lagi. Kita harus... mencari nama incaran terakhir pelaku."

***

"Apakah Anda yakin pelakunya akan muncul di sini?" Tanya Se Woo.

"Seharusnya iya. Jung Lim Su adalah satu-satunya artis yang pernah bekerja di sana."

"Tapi bagaimana jika pelaku tidak muncul hari ini?"

"Masih ada hari esok, Se Woo-a."

To Be Continued~

Note: Chapter 26 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 27 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang