#11 Bully

389 26 0
                                    

Aku mengusap wajahku dengan air. Aku bangkit dan menatap mereka tajam, "Kenapa kalian selalu mencari masalah denganku?"

Mereka menatapku jijik, "Entah. Mungkin karena kau menjijikkan."

Aku masih menatap mereka dingin.

"Kau!" So Eun menarik rambutku kasar, "Beraninya kau memandangku begitu?!"

"Hei! Kalian berdua sedang apa di sana?!"

Suara lelaki menghentikan So Eun. So Eun melepaskan tangannya dan menarik Im Sil pergi.

Kulihat lelaki itu. Ternyata Jung Ha Myung.

"Nuna baik-baik saja?" Tanyanya sambil mendekatiku dan aku berjalan menjauh.

"Pergilah." Kataku.

Ha Myung terdiam, "Nuna mengusirku padahal aku sudah menyelamatkan nuna?"

"PERGI!" Aku membentaknya. Aku sebenarnya ingin berterima kasih, tapi dia harus sadar yang ia hadapi itu siapa.

Ha Myung terdiam sebentar, tapi ia segera menjawab, "Baiklah." Ha Myung pun pergi.

"Se Woo, kemarilah."

Tak lama Se Woo datang dan kaget begitu melihatku.

"Ada apa dengan Anda?! Anda ditumpahi tepung?!"

Aku menatapnya datar. Kenapa ia menanyakan pertanyaan retoris yang sudah jelas jawabannya?

"Ma... maafkan saya. Nona Muda sebaiknya mandi dulu. Saya akan bawakan pakaian ganti."

Aku pun berjalan menuju ruang wakasek dengan tepung masih menempel di tubuhku. Semua murid menatapku dengan aneh, tentu saja. Aku tidak peduli apa yang akan mereka katakan.

***

Setelah memakai baju ganti, aku duduk di kursi wakasek. Se Woo meletakkan secangkir teh di meja.

"Saya benar-benar tidak tahu jika Anda bersama Jung So Eun dan Hwang Im Sil. Mohon maafkan saya." Ucap Se Woo sambil menundukkan kepalanya, "Saya akan memberi surat panggilan orangtua pada mereka."

"Nggak perlu." Aku meletakkan cangkirku di meja, "Biarkan mereka dulu. Kalau sudah saatnya, lihat saja nanti."

Aku segera memakai sweaterku, "Kita pergi ke NIS sekarang."

***

Aku telah berada di NIS dan sedang duduk menunggu Se Woo. Se Woo kemudian datang dan menghampiriku.

"Nona Muda, mereka bilang Inspektur Kang sedang menyelidiki kasus lain di Apgujeong-dong. Apa kita harus menunggunya?"

Aku berpikir.
"Kapan dia akan kembali?"
"Saya rasa sekitar dua atau tiga jam lagi."

Aku kembali berpikir, "Kita tunggu saja."

Se Woo pun berdiri di samping bangkuku.

"Sebaiknya kau duduk di sampingku. Aku risih melihatmu berdiri di sana."

"Apa... tidak apa-apa saya duduk di sebelah Anda?"

Aku mengangguk. Se Woo pun duduk di sampingku. Aku pun meminjam koran dari rak koran.

'Kasus gadis remaja yang menghilang telah dikuak oleh NIS!

NIS berhasil menemukan tersangka di sebuah rumah yang berlokasi di Seoul. NIS menyatakan bahwa kasus ini adalah perdagangan organ tubuh manusia secara ilegal.

NIS juga menyatakan bahwa ada dua korban selamat dan salah satu korban selamat dirawat di rumah sakit umum Seoul.'

Aku tersenyum. Syukurlah mereka tidak menyebutkan namaku dan He Ra di sini.

Entah kenapa tiba-tiba suasana kantor menjadi ribut. Kelihatannya telah terjadi sesuatu yang gawat.

Aku menatap Se Woo dan Se Woo juga menatapku.

DUAR!

Tiba-tiba terdengar suara ledakan dari luar. Aku segera meletakkan koranku dan berlari keluar kantor.

Dari arah utara telihat asap. Ledakan apa barusan?

Se Woo menyusulku dan berhenti di belakangku. Se Woo langsung terkejut.

"No... Nona muda..."

Aku langsung menoleh dan ekspresi Se Woo benar-benar terkejut.

"Rumah sakit itu... telah diledakkan."

Aku membelalakkan mataku karena kaget. Tak lama suara sirine mobil polisi terdengar dan segera menghilang.

"Jangan bercanda..." Ucapku pelan, "JANGAN BERCANDA! KITA BAHKAN BELUM MENEMUKAN APAPUN!"

Semua orang yang berada di sekitarku menatapku heran.

"Kita ke rumah sakit sekarang. Inspektur Kang pasti ada di sana."

Se Woo pun segera pergi ke tempat parkir mobil. Tak lama mobil berhenti di depanku. Aku segera naik dan segera juga menuju rumah sakit. Aku harap bukan Rumah Sakit Umum Seoul yang meledak. Aku bahkan belum menemukan bukti apapun.

Sedikit lagi kami akan sampai di rumah sakit, tapi jalanan sangat macet, tentu saja.

"Aku turun duluan." Aku langsung turun dari mobil dan berlari menuju rumah sakit melalui trotoar.

Sesampainya di sana, para polisi dan pemadam kebakaran telah berada di sana. Polisi sibuk mengatur warga yang heboh.

Rumah Sakit Umum Seoul benar-benar telah diledakkan.

"Nak! Sedang apa kau di sana?! Cepat menyingkir!" Salah satu polisi meneriakiku.

Aku mendekatinya dan bertanya, "Di mana Inspektur Kang?"

Polisi tersebut terdiam sebentar, lalu menjawab, "Cepat menyingkir dan jangan bertanya hal seperti itu!"

"Aku tanya di mana Inspektur Kang?!"
Tak disangka polisi tersebut menarikku.

"Detektif Hwang! Hentikan!" Suara Inspektur Kang berhasil menghentikan langkah polisi yang sedang menarikku.

"Bawa dia kemari!"

Polisi yang bernama Hwang ini akhirnya membawaku menuju Inspektur Kang.

"Ada urusan apa kemari?" Tanya Inspektur Kang dingin, "Ini bukan tempat untuk bermain."

"Presiden Lee menyuruhku untuk menangani kasus ini."

Inspektur Kang terdiam, "Meskipun Anda punya izin untuk menangani kasus ini, situasi sekarang tidak mengizinkan Anda untuk menyelidiki lebih jauh."

"Tanpa kaukatakan, aku sudah mengerti situasi yang terjadi sekarang." Ucapku, "Aku hanya ingin meminjam dokumen NIS yang berisi data pegawai rumah sakit umum Seoul yang masih hidup."

Inspektur Kang terlihat terkejut, "Anda jauh-jauh kemari hanya untuk meminjam dokumen NIS? Kenapa Anda tidak mencurinya seperti dulu?"

To Be Continued~

Note: Chapter 11 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 12 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang