#47 Rencana

298 22 2
                                    

"Aku ingin jalan-jalan."

Mereka berempat terdiam.

So Eun mengangkat tangannya untuk menyela, "Aku nggak kaget jika kamu mengajak He Ra. Tapi kamu juga mengajak kami?"

Aku menghela napas, "Mulai sekarang kalian adalah temanku. Apakah aneh jika aku juga mengajak kalian?"
Aku benar-benar tidak percaya aku bisa berkata seperti itu pada mereka!

Kulihat diam-diam He Ra tersenyum dan yang lainnya terdiam tidak percaya.

"Tapi besok aku ada rekaman. Aku akan usahakan untuk cepat selesai. Jam berapa kita akan ke sana?"

Aku berpikir, "Sekitar jam 8 atau 9 pagi. Bagaimana?"

"Jam 10? Aku akan usahakan selesai jam 10." Tawar Han Na.

"Baiklah. Kita naik kereta dulu ke stasiun myeong-dong. Kita akan naik shuttle bus ke sana."

"Oke, kita ketemuan di stasiun ya?" He Ra sekarang yang bicara.

"Iya."

***

Sepulang sekolah, aku segera menuju ruang wakasek sebelum dipergoki oleh Im Sil atau seseorang. Jam istirahat tadi, aku sudah cukup dekat dengan Han Na, So Eun, dan Im Sil meskipun aku masih memaksakan senyumku.

Aku membuka pintu ruang wakasek dan kulihat Se Woo sedang membaca beberapa kertas.

"Selamat datang, Nona Muda."

Aku pun duduk di kursi wakasek dan meminum teh yang di berikan Se Woo.

"Aku sudah mengajak mereka untuk ke N Seoul Tower. Besok jam 10 kami akan berkumpul di stasiun."

"Benarkah? Itu kabar yang bagus." Se Woo tersenyum, "Ini pertama kalinya Anda naik kereta setelah bertemu dengan saya kan?"

Aku mengangguk, "Siapkan semuanya. Aku pergi ke N Seoul Tower untuk jalan-jalan, bukan untuk menyelidiki kasus jadi semoga perjalanan kali ini nggak ada hambatan."

***

Dengan baju kaos, celana panjang biasa, membawa ransel di punggung, dan mengenakan flat shoes aku menunggu di stasiun.

Sudah jam 9.50 AM. Kenapa mereka semua belum ada yang datang satu pun? Jika Han Na telat, aku memaklumi karena dia memang sibuk. Tetapi He Ra, So Eun, dan Im Sil?

Dari kejauhan, kulihat So Eun terengah-engah berlari ke arahku. "Maaf, aku terlambat."

Aku menggeleng, "Belum kok. Masih ada--" Aku mengecek jamku, "--9 menit lagi."

Aku dan So Eun menunggu tanpa ada obrolan. Kapan aku bisa bicara tanpa dipikir dulu?

"Yoo In." So Eun memecah keheningan.
"Hm?"
"Kenapa kamu mau dengan mudah memaafkan kami?"

Aku terdiam sebentar, "Kenapa menanyakan itu sekarang? Maafku itu nggak penting, yang penting adalah keberanianmu untuk mengungkapkan kesalahan. Bukannya jujur itu sangat sulit dilakukan?"

So Eun terdiam begitu mendengar jawabanku.

"Aku menghargai usahamu untuk mengakui kesalahanmu padaku karena aku tahu itu sangat sulit."

Hening.

"Kamu ternyata benar-benar luar biasa, Yoo In. Jarang ada orang sepertimu."

"Terima kasih." Aku tersenyum. Bukan senyum paksaan seperti kemarin. Tapi senyum yang lebih lepas.

Tiba-tiba suara He Ra memanggilku dari kejauhan bersama Han Na dan Im Sil.

"Kok kalian bisa bareng?" Tanyaku.

"Aku diantar ke stasiun naik mobilku dan bertemu He Ra di jalan. Aku pun menyuruhnya ikut denganku. Kalau Im Sil, aku baru ketemu dia di sana." Han Na menjelaskan.

"Oke. Jam 10 tepat. Kita berangkat sekarang."

Setelah membeli tiket masing-masing, kami pun naik kereta jam 10.15 AM. Tempat duduk di kereta sudah terisi dan kami berlima harus berdiri. Han Na mengenakan topi dan kacamata hitam untuk menutupi wajahnya. Seisi kereta bisa heboh jika tahu Hwang Han Na naik kereta bersama mereka.

Aku menoleh kaget ketika kurasakan pandangan menusuk jauh menelusuri di dalam kereta. Perasaan apa ini?

"Yoo In." Suara He Ra menyadarkanku.
"Eh, maaf, kamu ngomong apa?" Aku kaget.
"Kenapa? Ada masalah?"

Aku menggeleng, "Nggak apa-apa."

Kereta melaju dengan kecepatan 80 km/jam. Aku berpegangan erat pada pegangan gantung. Kami berlima terdiam sambil melihat pemandangan keluar jendela.

"Yoo In, N Seoul Tower sudah terlihat." He Ra yang ada di sebelahku bicara padaku. Memang, Seoul Tower sudah terlihat.

Deg!
Seketika pandangan menusuk sesaat yang sama seperti tadi kurasakan. Ada apa ini?

Itu pasti hanya khayalanku karena aku stress. Aku ke sini untuk bersenang-senang. Bukan untuk bekerja, apalagi melihat darah.

***

Kami pun sampai di stasiun myeong-dong pada jam 11.30 AM. Harus berdiri selama 75 menit membuat kakiku kram.

"Yoo In, kamu baik-baik saja?" Suara Im Sil menyadarkanku.

"Eh, iya, aku baik kok."

Kami pun menunggu shuttle bus di halte untuk langsung menuju Seoul Tower. Pemandangan di sini tidak beda jauh dengan lingkungan sekitar rumahku. Tapi ini benar-benar pengalaman baru untukku.

Dheg!
Lagi. Pandangan menusuk itu kurasakan kembali. Aku menoleh ke segala arah, namun hanya ada beberapa remaja yang juga menunggu bus.

"Yoo In, busnya sudah datang." Ajak He Ra sambil menarikku yang masih mencari sumber pandangan menusuk itu. Aku harus menemukannya karena perasaanku benar-benar tidak enak saat merasakan pandangan itu.

Apa itu? Apa sesuatu akan terjadi?

To Be Continued~

Note: Chapter 47 terbit nih. Vote dan komentar kalian akan sangat ku hargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 48 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang