#46 He Ra?

297 16 0
                                    

"Aku tahu kamu nggak akan percaya padaku karena kamu memercayai He Ra lebih dari apapun dan siapapun. Tapi kelihatannya... kamu sudah memercayai orang yang salah."

Sekarang aku cukup marah karena Im Sil bicara begitu. "Hentikan. Aku... nggak percaya."

Im Sil menatapku, "Baiklah, aku sudah tahu kamu nggak akan percaya. Ini peringatanku untukmu. Tapi kumohon, berhati-hatilah pada He Ra. Jika kamu punya kemampuan seperti aku, kamu pasti... akan terkejut."

Aku menatap punggung Im Sil yang menjauh tidak percaya. He Ra... berbohong? Tidak mungkin.
Tapi ucapan Im Sil sangat serius. Apakah aku bisa memercayainya?

Apakah He Ra... benar-benar berbohong tentang ayahnya?
Ayah He Ra memang sudah meninggal karena suatu kasus pembunuhan dan itu terjadi saat He Ra berumur 3 tahun. He Ra dan ibunya memang sedang tidak ada di rumah saat itu. He Ra yang menceritakannya sambil menangis padaku karena itu aku tidak pernah menyinggungnya lagi.

Apakah ayahnya meninggal karena pembunuhan juga kebohongan?

Aku begitu frustasi memikirkannya. Aku segera melangkahkan kakiku dan membuka pintu ruang wakasek dengan kesal. Se Woo sampai kaget begitu melihatku.

"Ada apa, Nona Muda? Wajah Anda kurang enak dilihat."

Aku pun duduk di kursi wakasek dan Se Woo meletakkan secangkir teh di atas meja.

"He Ra-ssi... Apa maunya?" Gumamku.

"Ada apa dengan Nona Goo He Ra? Anda punya masalah dengannya?"
"Nggak. Aku sedang mengalami konflik batin."
"Apa terjadi masalah serius?"
"Ya. Aku sudah berbaikan dengan Han Na-ssi, So Eun-ssi, dan Im Sil-ssi."
"Benarkah? Anda memaafkan mereka bertiga?"
"Itu keinginan He Ra-ssi, makanya aku memaafkan mereka."
"Lalu apa yang terjadi?"

"Im Sil-ssi bisa membedakan saat orang bohong dan jujur dan dia bilang kalau He Ra-ssi--" Aku merasa berat mengatakan kata selanjutnya.

"--sering berbohong."

Hening.

"Benarkah? Bisa saja Nona Goo He Ra membohongi Nona Hwang Im Sil, tapi jujur pada Anda kan?"

Aku menggeleng lemah, "Dia juga bilang padaku kalau ibunya bekerja sebagai pegawai, tapi Im Sil-ssi sangat yakin kalau dia bohong."

Hening.

"Bagaimana kalau... He Ra-ssi benar-benar bohong padaku?" Tanyaku lemah.

"Maafkan saya, tetapi tidak ada cara lain selain Nona Muda memintanya untuk jujur."

Aku terdiam, "He Ra bisa bilang "Kamu nggak mempercayaiku selama ini? Aku kecewa." padaku. Itu kata-kata yang bisa membuatku mudah percaya dengannya."

"Kali ini Nona Muda harus tegas padanya. Meskipun dia adalah sahabat Nona Muda, Nona Muda harus sedikit 'marah' padanya."

"Aku nggak mau... dia kecewa."

"Anda ingin mengalami konflik batin seperti sekarang?! Anda ingin melanjutkan hubungan yang didasari kebohongan?!"

Aku kaget karena Se Woo tiba-tiba membentakku.

"Jika Nona Goo He Ra menganggap Nona Muda benar-benar sahabatnya, ia pasti jujur pada Anda. Tapi apa? Nona Goo He Ra berbohong pada Anda. Bukankah itu berarti--"

"--Nona Goo He Ra punya tujuan untuk mendekati Anda?"

Rasanya jantungku langsung berhenti begitu Se Woo berkata begitu.
"Ke... kesimpulan macam apa itu?"

"Maafkan saya sudah berkata kasar, tapi itulah kesimpulan yang tepat untuk situasi ini."

"HE RA-SSI BELUM TENTU BOHONG! BISA SAJA IM SIL-SSI YANG BOHONG PADAKU TENTANG ITU!"
Aku benar-benar tidak bisa mengendalikan emosiku. Aku terlalu takut kalau He Ra benar-benar... mengkhianatiku.

Se Woo terdiam begitu mendengarku marah,
"Maafkan saya, Nona Muda."

Aku bangkit dan mengambil ranselku, "Aku ingin pulang dan beristirahat."

***

Di meja kerjaku, aku sedang frustasi memikirkan 2 masalah. Yang pertama, masalah orang kelima yang membuat racun Tueur Mortelle dan yang kedua, masalah He Ra yang kemungkinan besar berbohong padaku.

"Tidak baik jika Anda selalu berpikir keras. Sebaiknya Anda jalan-jalan untuk melepas penat."

Aku menatap Se Woo, "Ke mana?"

"Ke mana saja. Bagaimana jika pergi ke tempat yang agak jauh? Misalnya N Seoul Tower?"

Aku berpikir. Aku memang belum pernah ke N Seoul Tower.

"Aku akan pergi sendiri?"

"Tentu saja tidak. Anda sudah punya banyak teman. Anda bisa mengajak mereka.

Aku bisa mengajak He Ra. Tapi Han Na, So Eun, dan Im Sil? Aku berpikir, kemudian menghela napas.

"Baiklah. Aku akan mengajak mereka."

***

Pagi-pagi, aku membuka pintu kelas dan kulihat He Ra bersama Han Na, So Eun, dan Im Sil.

"Yoo In, selamat pagi!" Sapa Han Na dengan senyum khasnya. Aku meletakkan tasku di bangkuku dan mereka berempat menghampiriku. Ini saat yang tepat untuk bicara dengan mereka.

"Aku ingin bicara."
Seketika mereka semua menatapku serius.

"Nggak perlu menatapku begitu."
Seketika tatapan mereka semua berubah sedikit santai.

"Hari minggu, lebih tepatnya besok, aku ingin kalian ikut bersamaku."

Hening.

"Ke mana?" So Eun bertanya.

"N Seoul Tower."
Mereka semua terkejut.

"Kamu mengajak kami ke N Seoul Tower? Dalam rangka apa kamu mengajak kami?" Tanya Han Na terdengar tidak percaya.

To Be Continued~

Note: Chapter 46 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 47 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang