#14 Kenyataan

364 20 0
                                    

Se Woo tersenyum sinis.

"...yang mengabaikan misinya yang sebenarnya yang membuat mereka harus turun ke bumi."

Mereka bertiga terdiam.

"Iblis benar-benar tidak bisa dipercaya."

"Darimana kau tahu?" Tanya Jung Won Gak tajam.

Flashback on

Yoo In membelalakkan matanya, "I--itu..."

"Terkejut, Nona Muda? Saya juga."

Yang diperlihatkan Se Woo adalah botol kecil yang berisi darah.

"Se Woo... warna darah ini... bukan warna darah manusia." Memang warnanya masih merah gelap, tapi di mata Yoo In itu berbeda.

"Ya, Anda benar, Nona Muda. Haruskah kita menyelidikinya?"

"Tentu saja. Ini sangat penting." Jawab Yoo In cepat, "Setelah menemui ketiga tersangka, kita ke rumah sakit tempat mayat ledakan rumah sakit dievakuasi."

***

Yoo In dan Se Woo sampai di rumah calon tersangka pertama, Jung Won Gak.

"Kalian siapa?" Tanya Jung Won Gak begitu membuka pintu.

"Ah, maaf. Saya adalah Kim Yoo In."

Jung Won Gak terdiam cukup lama. Namun akhirnya ia mengizinkan Yoo In dan Se Woo masuk.

"Ada keperluan apa kalian datang kemari?" Jung Won Gak meletakkan dua gelas teh di meja.

"Bukan sesuatu yang istimewa kok. Anda penjaga CCTV Rumah Sakit Umum Seoul di siang harinya kan?" Tanya Yoo In. Se Woo yang duduk di samping Yoo In meminum teh yang disediakan.

"I... iya. Memangnya ada apa?" Jung Won Gak tersenyum.

"Ada sesuatu yang mencurigakan ditemukan oleh polisi. Ada alat penyadap yang tidak hancur ditemukan di halaman belakang rumah sakit. Bukankah itu aneh?"

Jung Won Gak terdiam lama dan terlihat jika ia sedang memikirkan sesuatu.

"Sudah itu saja. Semoga kita bisa bertemu lagi nanti." Yoo In bangkit bersama Se Woo, "Kami pamit dulu."

Yoo In dan Se Woo pun keluar.

"Bagaimana, Nona Muda?"
"Perangkap sudah dibuat. Kita hanya perlu mengatakan hal yang sama pada kedua calon tersangka yang lain."

***

Yoo In dan Se Woo telah tiba di kamar mayat. Ya, kamar mayat. Kamar mayat di rumah sakit tempat evakuasi korban ledakan rumah sakit.

"Nona Muda... hmmm... Anda tidak takut?"
"Buat apa takut? Mereka semua sudah mati."
"Mmm... Baiklah."

Yoo In dan Se Woo membuka satu-persatu kain putih yang menutupi tubuh mayat. Ya... Tak perlu ditanya seperti apa rupa mayat tersebut.

Benar-benar tidak utuh. Itu saja.

Setelah memeriksa semua mayat, Yoo In dan Se Woo bertemu di pintu masuk kamar mayat.

"Bagaimana?" Tanya Yoo In.

"Semua mayat di sini adalah manusia."

Yoo In tersenyum sinis, "Sudah kuduga. Ternyata memang bukan manusia yang melakukan pembantaian dan pengeboman itu."

"Apa yang akan kita lakukan selanjutnya"

"Lanjutkan semuanya sesuai rencana."

Flashback off

Jung Won Gak tertawa keras saat mendengar semua yang diceritakan Se Woo, "Aku tidak bisa meremehkan Kim Yoo In. Dia benar-benar gadis yang luar biasa."

Se Woo tersenyum, "Terima kasih atas pujian Anda untuk Nona Muda."

Seketika ekspresi Jung Won Gak berubah serius, "Di mana alat penyadap itu?"

Se Woo membuka matanya lebar, "Alat penyadap apa?"

"Aku tanya dimana alat penyadapnya?!!" Tanya Jung Won Gak keras.

Se Woo terdiam sambil menatap Jung Won Gak, "Bukannya aku sudah bilang jika itu hanya perangkap? Jadi alat penyadap itu benar-benar bukti ya?"

"Benar-benar bukti jika kalian menyadap rumah sakit ini untuk tujuan tertentu."

Lagi-lagi mereka bertiga terdiam.

"Kalian... sudah berapa banyak yang kalian tahu?" Tanya Lee Joong Hae tajam.

Se Woo berpura-pura berpikir, "Hmmm... Mungkin semuanya." Se Woo kembali menatap mereka bertiga.

"Kalian adalah iblis utusan Yang Mulia Tertinggi yang mempunyai misi lain di sini. Tapi kalian malah mengurusi sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan misi kalian."

"Penyelundupan obat-obatan kan? Kalianlah yang menyelundupkan obat-obatan ke luar Seoul. Memang bukan narkoba, tapi tetap saja ini melanggar hukum."

"Kalian harus... menebus dosa kalian. Beraninya kalian bertingkah di dunia depan Korea Selatan."

Mereka bertiga lagi-lagi terdiam. Apa mereka akan terus terdiam seperti itu?

"Kau..." Jung Won Gak tidak meneruskan kata-katanya.

"Ada apa denganku?" Tanya Se Woo sambil menunjuk dirinya.

Sebuah kepalan tangan mengarah ke wajah Se Woo dan dengan satu tangan, Se Woo menahannya.

"Tolong jangan curi start duluan." Se Woo membuang tangan yang hendak memukulnya dan Jung Won Gak terseret ke samping.

Mata Se Woo yang tadinya hitam berubah menjadi hijau tua yang tajam.

"Mari kita bermain lebih panas daripada teriknya matahari di malam hari."

Yoo In masih bersembunyi, menunggu saat yang tepat untuk keluar, "Sampai kapan aku harus menunggu disini?"

5... 10 menit... 20 menit.... Yoo In masih bersembunyi.

"Se Woo, atas nama Kim Yoo In, perintahku adalah buka segel kekuatanmu."

"Tentu, Nona Muda."

To Be Continued~

Note: Chapter 14 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 15 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang