#12 Peledakan

379 27 0
                                    

"Aku masih punya etika jika keadaannya nggak mendesak." Jawabku, "Aku akan tetap meminjamnya meskipun kau bilang nggak boleh. Aku pergi."

Author POV

"Inspektur, siapa dia? Kenapa Anda mengizinkan seorang anak remaja mendekati Anda? Bahkan mendekati TKP?" Tanya Detektif Hwang setelah Yoo In pergi.

"Dia..." Inspektur Kang menatap punggung Yoo In yang menjauh, "Dia adalah kepercayaan Presiden Korea Selatan."

"Apa?"

"Presiden pasti mempunyai orang biasa yang akan menjadi mata-matanya untuk menyelidiki kasus nasional atau kasus internasional dan Kim Yoo In terpilih sebagai kepercayaannya."

"Kenapa Kim Yoo In yang terpilih dan kenapa harus orang biasa?"

"Kim Yoo In terpilih karena kejeniusannya dan memang harus orang biasa agar ia bisa leluasa menyelidiki kasus, berbeda dari polisi yang harus punya izin untuk melakukan sesuatu."

"Tapi... kenapa harus anak SMA? Dan lagi dia perempuan."

"Kau tidak tahu. Dia punya kekuatan yang mengerikan."

Normal POV

Kulihat mobilku telah terparkir di bahu jalan. Aku pun segera naik.

"Bagaimana, Nona Muda?" Tanya Se Woo segera setelah aku duduk.

"Rumah sakit benar-benar telah diledakkan." Jawabku, "Kita kembali ke NIS. Kita harus mengambil dokumen itu."

Se Woo segera menyalakan mobil dan segera juga menuju kantor NIS.

***

Aku dan Se Woo sibuk berkutat mencari dokumen di lantai dua.

"Se Woo, aku menemukannya."
Se Woo langsung berjalan menuju tempatku berada.

"Ini daftar pegawai rumah sakit yang masih hidup." Aku memotret semua dokumen yang kutemukan.

Dokumen ini tidak terlalu banyak. Hanya ada sepuluh lembar. Berarti ada sepuluh orang pegawai yang selamat.

"Apa ini sudah semuanya, Nona Muda?" Tanya Se Woo.

"Kurasa iya." Jawabku, "Ini akan jadi sedikit lebih mudah karena kita mendapatkan gambaran pelaku."

Setelah selesai, aku dan Se Woo segera pulang ke rumah.

***

Di meja kerja, aku membaca semua data yang kupotret tadi dengan teliti. Pegawai rumah sakit yang selamat terdiri atas tiga suster, tiga pegawai biasa, dan empat dokter.

Aku curiga pada tiga pegawai biasa karena pekerjaan mereka adalah pengawas CCTV yang bekerja pada siang hari. Kepalaku benar-benar pusing sekarang.

Tok.. Tok..

"Masuk!"

Se Woo pun masuk dan meletakkan secangkir teh di atas meja.

"Bagaimana perkembangannya?" Tanya Se Woo.

"Lumayan." Jawabku, "Di sini ada tiga pegawai yang bekerja sebagai penjaga CCTV di siang hari, jadi mereka yang punya kemungkinan besar untuk jadi pelakunya dan mereka nggak punya alibi."

Se Woo terdiam sebentar, "Tidak punya alibi?"

"Yang pertama Jung Won Gak. Umur 38 tahun. Pada saat kejadian, dia sedang tidur di rumahnya."

"Yang kedua Lee Joong Hae. Umur 40 tahun. Pada saat kejadian, dia sedang memerbaiki komputernya di rumah."

"Yang ketiga Choi Min Ji. Umur 35 tahun. Pada saat kejadian, dia sedang minum-minum sendirian di warung minum dekat rumah sakit. Di sana nggak ada CCTV dan lagi pelayan di sana juga nggak ingat ia pernah minum di sana."

"Tersangka ketiga perempuan?" Tanya Se Woo.

"Iya." Jawabku singkat,

"Maaf, Nona Muda, tapi menurut saya, apakah mungkin seorang perempuan membantai seisi rumah sakit?"

Aku terdiam kemudian menatap Se Woo, "Apakah aku pernah bilang pelakunya hanya 'seorang'?"

Se Woo tampak terkejut sekarang, "Pelakunya... lebih dari satu orang?"

"Tentu saja, Se Woo-ya. Meskipun saat malam rumah sakit nggak banyak orang, tetap saja mana mungkin ia menghabisi semuanya sendirian?"

Se Woo pun terdiam.

Aku menyalakan televisi dan menonton berita ledakan rumah sakit. Bahkan semua TV menyiarkan berita tersebut.

"Aku harap tidak ada ledakan lain selain di rumah sakit itu. Satu ledakan saja sudah membuat satu TV heboh."

Se Woo membawa cangkir tehku dan pergi keluar.

Tok.. Tok..

Aku terdiam karena Se Woo mengetuk pintu, padahal ia baru saja keluar. "Masuk!"

Se Woo membuka pintu dan segera menyerahkan sebuah surat padaku.

Surat ini... dari Presiden Lee. Kubuka surat itu.

'Yth,
Kim Yoo In
Di tempat

Maafkan saya karena telah mengirimkan dua surat dalam satu kasus.

Saya sangat terkejut setelah tahu Rumah Sakit Umum Seoul telah diledakkan.

Kau tidak bisa mengulur waktu lagi untuk menyelesaikan kasus ini. TKP telah hancur dan saya harap kau masih bisa menyelesaikan kasus ini.

Seoul, 20 Maret 2xxx

Lee Min Guk'

"Presiden Lee telah mendesakku." Ucapku pelan, "Situasi kali ini sudah gawat."

Se Woo terdiam, "Segawat itukah?"

"Presiden Lee jarang memberikan dua surat dalam satu kasus dan ia pernah mengirimkan dua surat padaku saat..." Aku menghentikan pembicaraanku,

"...perang tertutup antara Korea Selatan dan Korea Utara akan terjadi."

***

Ayah... Ibu... Kakak di mana? Aku tidak melihat kakak bersama kalian.

Ah, itu dia! Kakak! Aku berlari dan menemukan kakak yang terbaring lemah di lantai.

"Yoo In...."
"Kakak?!"

Kakak memberikan sebilah pisau padaku.

"Apa maksud kakak memberikan ini?"

"Balaskan... dendam kakak."

"Apa?!"

Genggaman kakak terlepas dari tanganku.

"Kakak! Kakak! Jangan tinggalkan aku!! Kenapa ayah, ibu, dan kakak meninggalkanku?! Hanya kalian yang aku punya!!!"

To Be Continued~

Note: Chapter 12 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 13 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang