#40 Tujuan Lain

330 19 0
                                    

"Se Woo, aku sekarang... ada di kamarku?"

Se Woo menatapku, "Tentu saja, Nona Muda. Saya menemukan Anda di hutan belakang Istana Presiden."

Aku menghela napas lega, "Berarti sekarang aku benar-benar sudah dilepaskan?"

Se Woo menyerahkan secangkir teh padaku, "Tentu saja."

Aku menatap bayangan diriku di teh. "Apakah Rain dan Hae Eun akan kembali ke sini?"

"Misi mereka yang sebenarnya belum selesai."

Aku menatap Se Woo, "Misi mereka menangkapmu kan?"

"Ya, Nona Muda."

Aku mengangguk paham.
Aku menyerahkan cangkir tehku yang kosong dan melihat jam.

06.00.

"Se Woo, sekarang jam 6 pagi atau jam 6 sore?"

"Jam 6 pagi."

Aku terdiam.
"AKU SUDAH TERLAMBAT KE SEKOLAH!" Aku langsung kalang-kabut mengambil handuk.

***

Aku berlari-lari menuju kelas dan aku segera membuka pintu kelas.

Syukurlah, guru belum datang.

He Ra yang melihatku langsung mendekatiku, "Tumben kamu telat?"

Aku tertawa, "Hehe, aku bangun terlambat."

"Kamu kemarin ke mana? Kok nggak masuk?"

Aku terdiam, "Memang sekarang hari apa?"

"Hari Jum'at."

Ah, Rain menculikku di hari rabu. Aku benar-benar bolos sehari.

"Aku ada urusan tiba-tiba." Aku mencari alasan.

"Seenggaknya bilang padaku kalau kamu mau nggak masuk. Aku khawatir, kamu tahu."

Aku terdiam.

"Tenang saja. Aku nggak akan pergi jauh tanpa bilang padamu."

***

Pulang sekolah, aku segera menuju ruang wakasek. Aku menatap ke depan dan di sana ada Hae Eun. Aku tak pernah bertemu dengan Hae Eun sejak ia membawaku.

"Ada apa?" Tanyaku dingin.

"Bagaimana kau... bisa lolos dari pengadilan itu tanpa memberitahu satu pun ketahuanmu tentang kerajaan kami?"

Aku tersenyum, "Tanya saja pada calon mertuamu."

Aku berdiri di hadapan Hae Eun, "Minggir."

"Yoo In!" Panggil seseorang dari belakangku. Ternyata itu Han Na. Han Na mendekatiku dan melihat Hae Eun.

Kulihat mereka berdua saling terkejut satu sama lain. Ada apa?

"Kenapa kalian saling terkejut begitu? Tanyaku menyelidik, "Apa kalian punya 'hubungan' di belakangku?"

Tak disangka Han Na menarikku menjauh 3 langkah dari Hae Eun.

Han Na menatap Hae Eun tajam, "Mau apa kau dengan Yoo In?"

Hae Eun tertawa, "Aku tidak melakukan apapun padanya. Tanya saja padanya."

"Aku tidak punya urusan lagi denganmu."

"Sayangnya misi kami padamu belum selesai. Akan ada Dewa lain yang turun untuk menggantikan Jin Se. Siap-siap saja."

Aku terdiam melihat mereka berdua berdebat. Jadi akan ada dewa lain selain Kim Jin Se?

Hae Eun melanjutkan, "Aku tahu kau ada 'urusan' dengan Yoo In, makanya kau mendekatinya. Apa tujuanmu?"

Aku terkejut dan menatap Han Na yang juga terkejut. Jadi Han Na... mendekatiku karena dia ada maksud tertentu denganku?

Sudah kuduga. Semua manusia memang pengkhianat.

Aku melepaskan tangan Han Na yang menggenggam pergelangan tanganku.

"Kau tidak pantas... menyentuhku."
Aku pergi meninggalkan mereka berdua. Han Na mengejarku dan menarik tanganku. Aku melepaskannya dengan paksa.

"Hentikan, Han Na-ssi! Kau tidak akan mendapat apapun dariku!" Marahku.

"Yoo In! Dengarkan aku! Aku memang punya maksud denganmu, tapi itu bukan sesuatu seperti yang kamu pikirkan!"

Aku menatap Han Na murka, "Kaupikir aku akan percaya?"

"Ya. Aku pikir kamu akan percaya padaku. Kenapa kamu nggak bisa percaya padaku... sekali saja?"
Suara Han Na melemah.

Aku menatap Han Na datar, "Tidak. Aku tidak akan percaya padamu. Semua orang bilang begitu padaku, tapi nyatanya---"

"--mereka semua adalah pengkhianat."

Aku berbalik meninggalkan Han Na yang masih berdiri menuju ruang wakasek.

Kubuka pintu ruang wakasek dan melihat Se Woo sedang membaca beberapa dokumen.

"Tumben Anda datang terlambat, Nona Muda?" Se Woo bangkit dan memakaikan sweater padaku.

"Hae Eun dan Han Na-ssi punya suatu 'hubungan' di luar perkiraan kita." Ucapku tanpa menjawab pertanyaan Se Woo.

"Kurasa hubungan Hae Eun dengan Han Na-ssi ada hubungannya dengan misi yang diberikan pada Kim Jin Se tentang orangtuanya Han Na-ssi."

"Apakah itu termasuk ke dalam kasus dunia depan Korea Selatan?" Se Woo meletakkan secangkir teh di atas meja.

"Bukan. Itu urusan dunia belakang Korea Selatan. Kita nggak ada hubungannya."

Aku menyeruput teh, "Semuanya sesuai dengan rencana kita. Rain nggak hadir di kelas, tapi Hae Eun masih ada di sini. Yang Mulia Tertinggi melepaskanku dengan mudah."

"Baguslah kalau begitu."

Aku melanjutkan, "Tapi ada 1 hal yang membingungkanku."

Se Woo menatapaku, "Ada apa?"

"Han Na-ssi.... Dia mendekatiku karena dia punya tujuan tertentu denganku."

Se Woo tampak terkejut, "Ternyata Nona Hwang Han Na adalah pengkhianat?"

"Tapi dia bilang padaku kalau tujuannya bukan seperti yang kupikirkan."

"Memangnya apa yang Nona Muda pikirkan?"

Aku terdiam sebentar, "Semua orang yang punya tujuan jahat selalu berkata begitu padaku."

"Jadi Nona Muda pun tidak akan percaya padanya?"

"Aku nggak akan percaya pada siapapun, kecuali He Ra-ssi." Jawabku sambil meletakkan cangkir tehku di meja.

To Be Continued~

Note: Chapter 40 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 41 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang