#62 Ternyata

246 21 2
                                    

"Tapi ada satu yang ingin kutanyakan. Kenapa kamu bisa mencurigaiku, Yoo In? Padahal aku nggak berbuat apapun."

Aku menatapnya tajam. "Kau tidak perlu tahu alasannya. Yang pasti kau kucurigai karena tidak berbuat apapun."

He Ra memasang tampang kecewa yang pastinya dibuat-buat. "Yoo In-a... Aku kecewa padamu karena kau nggak mempercayaiku."

"Aku tidak peduli jika kau kecewa padaku."

He Ra menepuk tangannya sekali. "Baiklah. Aku akan memulai ceritaku."

"Kamu tau racun Tueur Mortelle Yoo In? Pasti kamu tau karena sudah menanyakannya pada Joong Hae dan Jin Se."

Aku terkejut. He Ra... kenal dengan... Joong Hae dan Jin Se?

"Dan sampai saat ini, kamu mencari orang kelima yang membuat racun itu kan?" He Ra tersenyum,

"Orang kelima itu adalah aku."

Sekarang aku benar-benar terkejut. Apa-apaan ini? Orang yang kucari setengah mati, ternyata ada di depan mataku sendiri?!

"Dan soal pembunuhan di N Seoul Tower...." He Ra melanjutkan.

"Yang meracuni wanita itu adalah aku. Di dompet yang kukembalikan padanya kulumuri racun Teuer Mortelle di sana."

Aku kembali terkejut setengah mati. "Ke... kenapa kau membunuh wanita itu?"

He Ra tampak menimbang-nimbang pertanyaanku. "Kenapa? Karena aku menambahkan sesuatu pada racun itu dan ternyata hasilnya benar-benar sempurna."

Aku masih terdiam karena di antara kaget, bingung dan tidak percaya.

"Kamu tau apa yang kutambahkan pada racun itu?" Tanya He Ra dan aku bungkam.

"Manusia yang menyentuh racun itu secara langsung... akan mati setelah beberapa jam."

Aku termangu karena aku ingat, aku pernah menyentuh racun itu di jeruji milik Lee Joong Hae!

"Aku pernah menyentuh racun itu di jeruji besi milik Lee Joong Hae! Lalu kenapa aku tidak mati?!"

He Ra menatapku, "Itu karena kekuatan Hydrokinesismu yang menghapus racun itu dari tubuhmu."

"La... lalu, kenapa ayah Han Na-ssi... harus mati?"

"Kamu tau Yoo In? Ayah Han Na adalah pengkhianat yang mencintai wanita yang seorang manusia."

Sekarang aku benar-benar terkejut. Aku semakin pusing memikirkan semua omongan He Ra.

"Ayah Han Na adalah... kakaknya Rain. Dia mengkhianati kerajaan La Vie Terrestre Dieu karena dia mencintai manusia. Itu merupakan kesalahan yang nggak bisa diampuni oleh kerajaan."

"Kamu bohong, He Ra-ssi! Ayah Han Na-ssi di mataku... Warnanya adalah warna manusia!"

"Dewa yang telah dewasa bisa menyembunyikan auranya. Tapi Rain dan Hae Eun belum cukup dewasa untuk menyembunyikan auranya."

Aku terdiam sebentar dan melanjutkan. "Lalu... apa tujuanmu membuat racun itu?" Tanyaku sambil menatap He Ra tajam.

"Tujuanku? Tentu saja untuk menghukum pengkhianat. Ayah Han Na harus dihukum dengan kejam."

Aku menatap He Ra tidak percaya. "Apa-apaan kau? Bisa-bisanya... kau bicara begitu?"

He Ra tersenyum, "Oh iya, Yoo In, aku punya satu pengakuan terakhir dan pastinya ini istimewa untukmu."

Aku menatap He Ra datar.

Entah bagaimana caranya, tiba-tiba Im Sil muncul dan berhenti tepat di antara kami berdua. Ia menghadap ke arahku. Kelihatannya Im Sil sedang melamun atau... dia sedang dikendalikan.

"Bagaimana caranya... kau membawa Im Sil ke sini?! Dia tidak ada hubungannya dengan ini!"

"Tentu saja ada, Kim Yoo In. Dia ini orang yang berharga untukmu kan?" He Ra mendekati Im Sil dan berhenti tepat di belakangnya.

"Kau ingat ini... Kim Yoo In yang mungil? Saat dirimu masih bocah berumur 4 tahun?"

Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang kulihat di depan mataku.

He Ra... menebas leher Im Sil hingga putus... tepat di depan mataku!

Cipratan darah Im Sil mengenai wajah dan bajuku, tapi aku hanya sanggup terdiam menatap He Ra.

"He Ra-ssi... Apa yang... kau lakukan?" Tanyaku tidak percaya.

"Ingat kejadian itu? Kim Yoo In yang masih berumur 4 tahun? Saat orangtuamu mati dengan cara ini?"

Aku termangu menatap tubuh Im Sil yang tanpa kepala dan kepala Im Sil yang dipegang oleh He Ra.

Seketika kejadian hari itu... 19 tahun yang lalu... terbayang di kepalaku. Apa-apaan ini?

"He Ra...ssi? Jadi kau...."

He Ra tersenyum miring, "Ya. Akulah yang telah... membantai keluarga Kim 19 tahun yang lalu."

Seketika rasanya waktu berhenti. Tubuhku membeku. Perasaanku di campur aduk di antara sedih, marah, bingung, kecewa, tidak percaya, dan terkejut.

"He Ra-ssi, kejadian itu terjadi 19 tahun yang lalu! Apakah kau ingin bilang kalau kau membunuh keluargaku saat usiamu 4 tahun?!"

He Ra masih tersenyum, "Kamu pikir... manusia itu akan hidup sampai berapa tahun?"

Aku menatap He Ra, "Apa... maksudmu?"

"Kukatakan dengan jelas Kim Yoo In. Sama seperti Presiden yang mengutus orang biasa untuk menyelidiki kasus yang berada di luar jangkauannya. Aku juga sama sepertimu. Aku adalah satu-satunya manusia utusan Yang Mulia Tertinggi untuk menyelidiki kasus."

Aku... sudah tidak sanggup untuk mengetahui kenyataannya. Sampai berapa lama... aku harus dikejutkan dengan kenyataan?

"Darimana kau tahu kalau aku--"

"Kamu nggak bisa menyembunyikan apapun dariku, Kim Yoo In. Sama sepertimu yang diberi kekuasaan untuk bekerjasama dengan NIS. Aku juga diberi kekuatan oleh Yang Mulia Tertinggi." Sela He Ra.

"Kekuatanku adalah pembaca pikiran."

To Be Continued~

Note: Chapter 62 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 63 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang