#51 Meninggalnya Sang Detektif

292 19 0
                                    

Aku di antara kaget, bingung, dan tidak percaya. Ibu juga seorang Hydrokinesis?

"Ibuku... seorang Hydrokinesis?" Tanyaku tidak percaya.

"Benar. Ibu Anda sangat jarang menggunakannya, tapi saya pernah melihatnya menggunakannya di depan mata saya sendiri."

"Kapan itu terjadi?"

"Sebelum ibu Anda menikah. Saya sudah kenal lama dengan ibu Anda sebelum ia menikah." Inspektur Kang menatapku dengan senyuman, "Dulu saya juga jatuh cinta pada ibu Anda."

Aku sampai terbatuk-batuk karena kaget, "A... Apa?!"

"Kaget? Saya juga. Ibu Anda semasa SMA juga mendapat julukan birth of a beauty. Semua laki-laki tergila-gila padanya."

Aku terdiam.

"Ibu Anda memilih lelaki yang lebih baik dari saya. Itu bagus. Saya yakin dia bahagia sekarang karena ia mati bersama orang yang dicintainya."

Aku memilih untuk bungkam.

"Kejadian itu terjadi saat saya berusaha menangkap pelaku kasus penggelapan uang yang dilakukan oleh salah satu tokoh pemerintahan Korea Selatan. Pelaku menyandera ibu Anda supaya dia bisa kabur ke luar negeri, tapi ibu Anda membungkam pelaku dengan mudah dengan kekuatannya."

Aku masih bungkam.

"Cerita saya cukup sampai di situ. Jadi Anda ke sini hanya untuk melaporkan itu?" Inspektur Kang menghentikan ceritanya.

Aku bangkit, "Ya. Jadi tolong suruh Detektif Hwang untuk berhati-hati dan tolong, suruh polisi mengawasi Kim Jin Se."

Inspektur Kang menatapku, "Tolong? Anda barusan meminta tolong?"

Aku terdiam, sesaat kemudian tersenyum, "Ya. Aku tahu Han Na-ssi sangat mencintai ayahnya. Aku juga sangat tahu bagaimana rasanya--"

"--kehilangan orang yang dicintai."

Inspektur Kang hanya menatapku, "Baiklah. Berhati-hatilah."

***

"Bagaimana, Nona Muda? Apakah polisi akan memberikan pengawasan untuk Kim Jin Se?" Tanya Se Woo saat kami sampai di dalam mobil.

"Seharusnya iya."

Hening.

Aku menatap keluar jendela mobil sambil mendengarkan lagu di mp3 playerku.

Jeongmal babo gataseo
Saranghanda haji mothaneungeon amado
Mannam dwiyeh gidarineun apeumeh
Seulpeun nanaldeuri dooryeowoseo ingabwa (If by Taeyeon)

Lagunya memang tidak sesuai dengan kenyataanku, tapi enak untuk didengar di telingaku.

"Nona Muda? Apakah ada masalah?"

Aku langsung menoleh ke arah Se Woo, "Kenapa kau bisa berpikir begitu?"

"Kelihatannya Anda seperti punya masalah."

Aku kembali menatap keluar jendela mobil, "Nggak ada yang perlu dicemaskan. Semuanya akan baik-baik saja."

Semoga.

***

Lima hari kemudian di sekolah. Kasus pembunuhan di N Seoul Tower sama sekali tidak ada kemajuan. Yang NIS tahu, racun yang digunakan memang sama dengan kasus sebelumnya. Tueur Mortelle.

Aku membuka pintu kelas dan So Eun telah tiba duluan.

"Yoo In." Sapa So Eun dengan senyumannya.

"Hai." Balasku. Aku pun duduk di tempatku. So Eun pun berdiri di hadapanku.

"Han Na tumben belum datang? Aku menunggunya."

"Ada perlu apa kamu dengan Han Na-ssi?"

"Aku meminjam sesuatu dan aku harus mengembalikannya."

"Oh."

Tak lama Im Sil, He Ra, dan kemudian Han Na datang.

"Ini, makasih, Han Na." So Eun memberikan sesuatu pada Han Na. Sesuatu yang kecil. Aku tak bisa melihatnya.

"Sama-sama." Han Na tersenyum.

Tiba-tiba bunyi dering ponsel terdengar. Ternyata ponsel Han Na yang berbunyi. Han Na mengangkatnya.

"Ada apa, Bu?"

Seketika ekspresi wajah Han Na berubah dari senyum menjadi datar dan semakin datar saat mendengar omongan ibunya di ponsel.

Aku bangkit dan menatapnya, "Han Na-ssi, apa sesuatu terjadi?"

Tiba-tiba air mata Han Na mengalir. Kami semua terkejut, tentu saja. Aku segera menghampiri Han Na. Han Na menutup teleponnya, berlari ke arahku, dan menghambur di pelukanku.

"Han Na-ssi? Ada apa?!" Tanyaku panik.

"Ayah... Ayah...." Isak Han Na di pundakku.

Tubuhku membeku, "Ada apa dengan ayahmu, Han Na-ssi?! Kenapa?!"

Isakan Han Na semakin kencang, "Ayah... Ayahku--"

"--ayahku... meninggal." Isakan Han Na semakin kencang.

Rasanya detak jantungku langsung berhenti. Detektif Hwang... mati? Apa-apaan ini?

Terlihat satu kelas juga kaget saat mendengar Han Na bicara begitu.

"AKU NGGAK MAU BERCANDA SEKARANG, HAN NA-SSI!" Marahku. Sangat marah.

Kelas menjadi sangat hening. Rain juga terdiam.

"KAMU PIKIR AKU BERCANDA!?! APAKAH AYAHKU MENINGGAL ITU CANDAAN?!" Han Na membalas dengan nada marah dan juga parau.

Aku segera meninggalkan kelas dan segera pergi ke ruang wakasek.

"Ada apa, Nona Muda?" Tanya Se Woo kaget.

"Kita ke NIS sekarang. Jangan bertanya."

Se Woo terdiam sebentar, namun ia segera bangkit. Kami pun segera berangkat.

***

Aku berlari-lari menuju kantor NIS. Banyak sekali reporter yang berkerumun di depan kantor. Jadi... itu benar?

Aku meninggalkan Se Woo dan menyeruak kerumunan reporter. Ada banyak polisi yang berjaga di pintu depan kantor.

Kulihat Inspektur Kang hendak keluar dan para polisi membukakan pintu untuknya. Para reporter segera menghampiri Inspektur Kang dan otomatis aku menepi.

Inspektur Kang melihatku dan tak disangka ia menghampiriku bersama polisi lainnya.

"Anda ada di sini. Berarti Anda sudah tahu ya?"

Aku menatap Inspektur Kang dingin, "Apa-apaan kau?"

To Be Continued~

Note: Chapter 51 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 52 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang