#68 Akhir-nya Sang Hydrokinesis

442 23 6
                                    

Silakan play musiknya di atas.

Se Woo terdiam kemudian juga tersenyum, "Sebaiknya Anda sarapan lebih dulu."

***

Akhirnya kami sampai di hutan belakang istana presiden. Aku tidak mengerti kenapa harus dilakukan di sini. Tetapi, di sini memang tempat aku dan Se Woo menulis simbol perjanjian di punggung masing-masing.

"Apakah akan sakit?" Tanyaku.

"Kira-kira... rasanya akan sedikit lebih sakit dari saat menggambar simbol perjanjian."

Aku mengangguk, "Baiklah."

Kulihat dari ekor mataku, Se Woo meletakkan tangannya di depan simbol perjanjian di punggungku dan seketika semuanya gelap.

***

Aku membaca buku soal matematika di kamarku yang berada di istana presiden. Sekarang aku adalah manusia biasa. Tanpa kekuatan atau apapun. Bahkan... tanpa teman.

Aku kembali ke istana presiden dan aku resmi menjadi anak angkat Presiden Lee. Dia telah terpilih kembali menjadi presiden.

Aku membuka jendela kamarku dan memandang pepohonan yang rimbun dan hijau. Membayangkan wajah Se Woo yang telah dibawa oleh pengawal Kerajaan La Vie Terrestre Dieu. Aku tidak peduli hukuman apa yang akan dijalaninya karena perjanjian kami memang hanya sebatas dendam Soo In oppa terbalaskan.

Aku membayangkan wajah Han Na dan pesan terakhirnya. Tamparan Im Sil yang membuatku sadar dan guyuran air dari So Eun saat masih SMA dulu.

Goo He Ra. Sahabatku yang paling kupercayai lebih dari siapapun. Maafkan aku, tapi inilah keinginan Soo In oppa. Kamu adalah orang yang paling kupercayai sekaligus orang yang paling kubenci di dunia ini.

"He Ra-ssi, Han Na-ssi, So Eun-ssi, Im Sil-ssi, apakah kita nggak bisa kembali seperti dulu?" Gumamku.

"Seandainya dulu aku lebih menghargai kenangan bersama kalian, pasti aku nggak akan semenyesal ini."

"Aku hanya ingin kita bisa bersama seperti dulu. Sayangnya waktu nggak bisa diputar mundur."

"Maafkan aku karena aku pernah membuat kalian marah dan menangis. Padahal jika aku tahu akhirnya akan begini..., aku akan menjaga kalian sebaik-baiknya."

"Aku telah gagal... melindungi kalian."

***

SMA Yong Sik.

Tempat di mana aku dan sahabat-sahabatku bertemu. Meskipun persahabatanku dengan He Ra didasari dengan kebohongan.

Sekarang aku berada di tempat dudukku di kelas 12.3. Kubayangkan semua murid-murid ada di sini. Meskipun mereka semua mengabaikanku, tapi aku tetap merasa rindu pada mereka.

Kutoleh ke sebelah kananku, He Ra.
Kutoleh ke sebelah kiriku, Rain.
Kutoleh ke belakangku, Han Na.
Kutoleh 2 bangku di belakang Han Na, So Eun dan Im Sil.
Terakhir, kutoleh ke arah meja guru,
Se Woo seonsaengnim.

Aku tersenyum. Kematian mereka tidak akan mengubah apapun.

Aku tidak tahu bagaimana kabar Rain dan Hae Eun. Entah mereka masih hidup atau mati terkena ledakan tersebut waktu itu. Aku tidak peduli karena dendamku sudah terbalaskan.

Aku kembali mengelilingi sekolah. Tiba-tiba aku melihat Jung Ha Myung saat ia menyatakan perasaannya di pinggir lapangan dalam bayanganku.

Sesampainya di depan pintu ruang wakasek, aku ragu untuk membuka pintunya. Namun, akhirnya ku buka juga.

Kulihat Se Woo yang sedang membaca beberapa kertas dengan mata hitamnya, kemudian menghilang.

Aku duduk di kursi wakasek dan membayangkan Se Woo meletakkan secangkir teh di atas meja.

Aku keluar dari ruang wakasek dan melihat ke arah lapangan. Tempat Hae Eun terlempar jauh karena ia menyeretku paksa ke kerajaannya.

Meskipun He Ra bilang ini adalah 'masa lalu bodoh', tetapi ini bagiku adalah yang terindah.

Sekolah kosong karena hari ini memang hari minggu. Tetapi, dengan mudah aku memanjat pagar sekolah.

Aku berdiri tepat di tengah lapangan. Menelusuri setiap sudut sekolah.
Membayangkan jika kami berlima berkumpul bersama sambil menertawakan kekonyolan kami.

Aku tersenyum dan tak lama... air mataku mengalir.

Dulu aku sama sekali tidak bisa menangis. Namun sekarang aku cengeng sekali. Jadi seperti ini perasaan perempuan normal? Tanpa adanya dendam.

Benar-benar lega. Seakan-akan aku menghirup oksigen di padang bunga.

Aku menghapus air mataku dan segera keluar dari sekolah.

Ketika hendak menyebrang, aku tidak melihat ada sebuah mobil melaju kencang menuju ke arahku dan seketika semuanya gelap.

End~

Note: Aaaaaaaaahhhhhhhhh... God Only Knows tamat. Ada yang sedih? Ada yang seneng? Ada yang baper? Ada yang nangis? Enggak kan? Endingnya ngegantung? Menurut author ini nggak ngegantung kok, soalnya udah jelas kalau Yoo In berhasil balas dendam.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk cerita ini. Sampai jumpa di ceritaku yang lain ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang